Terangilah Rumahmu…

Bismillah…

Musibah wabah yang kini meluas di berbagai wilayah menuntut kita untuk lebih banyak di rumah dan mengurangi aktifitas di luar rumah. Demikianlah diantara hikmah Allah yang mahabijaksana terhadap umat manusia, tiada perbuatan Allah yang sia-sia. Ketetapan dan takdir Allah menyimpan pelajaran bagi hamba-hamba-Nya.

Saudaraku yang dirahmati Allah, perjalanan hidup kita ini tidak bisa lepas dari petunjuk dan bimbingan Allah. Selama ini mungkin banyak orang yang terlalu mengejar materi dan melupakan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Lalai dari kewajibannya untuk berbakti kepada orang tua. Lalai dari kewajibannya untuk mendidik putra-putrinya. Lalai dari kewajibannya untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Subhanallah… apa yang Allah takdirkan menyimpan hikmah dan pelajaran-pelajaran yang sangat berharga bagi umat manusia…

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya adalah seperti perumpamaan orang hidup dengan orang mati.” (HR. Bukhari). Orang yang menghiasi hatinya dengan dzikir kepada Allah maka hatinya pun hidup dengan ketaatan dan ketundukan. Hatinya memancarkan cahaya kebaikan dan menggerakkan amal salih serta menebarkan kasih sayang kepada sesama.

Dzikir kepada Allah adalah sebab hidupnya hati. Ajaran yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun ibarat mentari yang menyinari kehidupan hati manusia di atas muka bumi. Apabila selama ini rumah-rumah kaum muslimin sepi dari bacaan qur’an dan lantunan doa atau sholat maka kini dalam kondisi wabah kita bisa melihat kaum muslimin pun menghiasi dan menghidupkan rumah mereka dengan dzikir, doa, dan sholat. Sebuah fenomena dan kesadaran yang patut untuk diapresiasi. Mungkin selama ini kita lalai dari menerangi rumah kita dengan iman dan amal salih. Bisa jadi rumah kita selama ini lebih dekat seperti kuburan; sebuah tempat yang tidak dipakai untuk beribadah. Bahkan mungkin selama ini ayat-ayat Allah tidak terdengar dari dalam rumah kita kecuali jarang sekali. Ya Allah, kami mohon ampunan atas segala kelalaian ini… Ampunilah kami Ya Rabb!

Banyak umat Islam tidak menyadari bahwa selama ini rumah-rumah mereka terkontaminasi oleh mantra setan untuk menyesatkan bani Adam. Seperti musik-musik dan nyanyian-nyanyian yang merusak akhlak dan budi pekerti. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan dalam hadits sahih, “Benar-benar akan ada diantara umatku ini orang-orang yang ‘menganggap halal’ kemaluan/zina, sutera (untuk lelaki), khamr, dan ma’azif/alat-alat musik.” (HR. Bukhari). Banyak orang tidak menyadari bahwa musik-musik telah meracuni generasi…

Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan rumah yang digunakan untuk berdzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak digunakan untuk berdzikir kepada Allah seperti perumpamaan orang hidup dengan orang mati.” (HR. Muslim)

Dari sini kita bisa memahami bahwa amalan dan ketaatan manusia bisa mempengaruhi rumah dan tempat yang mereka tinggali. Apabila kita mengisi rumah dengan iman dan amal salih serta dzikir kepada Allah maka ia akan hidup dengan ketakwaan dan kesalihan. Sebaliknya jika rumah itu jauh dari iman dan dzikir kepada Allah maka ia akan mati dan membusuk seperti bangkai! Banyak orang tidak sadar bahwa rumah mereka pun butuh dibersihkan dari kotoran-kotoran kefajiran dan kemungkaran, lebih besar kebutuhannya daripada kebutuhan rumah itu untuk dibersihkan dari kotoran secara fisik dengan cara menyapu, mengepel, kerja bakti dan menyikat lantai kamar mandi….

Hari ini kita tidak perlu lagi menerka apa akibat dari jauhnya rumah kaum muslimin dari nilai-nilai keimanan karena itu semua sudah terbukti dan para orang tua pun telah mengakui kuwalahan untuk mendidik anak-anaknya sendiri. Selama ini mereka lebih banyak pasrah kepada sekolah. Biarlah sekolah yang membina dan mendidik putra-putrinya. Mereka seolah-olah tidak mau tahu yang penting anak saya bisa jadi sukses dan berprestasi. Mereka pun tidak mengerti apa itu makna kesuksesan hakiki dan apa itu prestasi yang sejati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *