Tanda Kecintaan

Bismillah.

Dalam suratnya kepada Abu Musa al-asy’ari radhiyallahu’anhu, Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu mengatakan, “Apabila Allah tabaraka wa ta’ala mencintai seorang hamba maka Allah menolongnya. Dan apabila Allah membencinya Allah akan menelantarkannya. Semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai hamba-hamba-Nya yang diberi pertolongan dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya.” (lihat al-Jami’ fi ‘Aqaid wa Rasa’il Ahlis Sunnah, hlm. 25)

Jalan untuk meraih kecintaan Allah adalah dengan ittiba’/mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Apabila kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)

Termasuk di dalamnya adalah dengan bertaubat dari dosa-dosa dan membersihkan diri/bersuci dari kotoran najis secara fisik maupun najis ma’nawi. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang selalu bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka menyucikan diri.” (al-Baqarah : 222) 

Termasuk di dalamnya adalah dengan berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah maupun berbuat ihsan kepada sesama manusia atau makhluk Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan/kebaikan.” (al-Ma’idah : 13) 

Termasuk sebab utama untuk mendapatkan kecintaan Allah adalah dengan bertakwa kepada Allah dimana pun berada. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.” (at-Taubah : 4)

Termasuk diantara sebab agar dicintai Allah adalah bertawakal kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (Ali ‘Imran : 159)

Termasuk sebab untuk mendapatkan kecintaan Allah adalah erbuat adil. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (al-Hujurat : 9)

Termasuk sebab untuk meraih cinta Allah adalah memberikan manfaat kepada umat manusia. Dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang paling dicintai Allah ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi manusia…” (HR. Thabrani dalam al-Kabir dan Ibnu Asakir dalam Tarikhnya, sanadnya dihasankan al-Albani)

Begitu pula akhlak yang mulia menjadi sebab Allah mencintai seorang hamba. Dari Usamah bin Syarik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hamba Allah yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bagus akhlaknya.” (HR. Thabrani dalam al-Kabir dan al-Hakim dalam al-Mustadrak, disahihkan al-Albani)

Termasuk akhlak yang menjadi sebab kecintaan Allah adalah bersabar. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali ‘Imran : 146)

Berikut ini diantara tanda-tanda kecintaan Allah kepada seorang hamba :

Pertama; orang tersebut diterima di muka bumi dan dicintai oleh orang-orang beriman. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal salih maka ar-Rahman akan menjadikan bagi mereka rasa kecintaan/kasih sayang.” (Maryam : 96)

Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang hamba maka Allah memanggil Jibril ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia’, maka Jibril pun mencintainya. Maka Jibril pun berseru kepada para penduduk langit ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia’ maka para penduduk langit pun mencintainya. Kemudian dijadikan baginya sikap penerimaan di atas muka bumi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua; Allah akan menjaganya dari fitnah dunia. Dari Qatadah bin Nu’man radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan melindunginya dari (fitnah) dunia.” (HR. Tirmidzi dan disahihkan al-Albani)

Abu Hazim rahimahullah berkata, “Nikmat Allah berupa kesenangan dunia yang dipalingkan dariku itu lebih besar daripada nikmat-Nya yang diberikan kepadaku dari perkara dunia; karena aku melihat suatu kaum diberikan nikmat-nikmat itu lantas mereka pun celaka.” (lihat as-Siyar)

Ketiga; Allah berikan ujian dan cobaan kepadanya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala bersama dengan besarnya cobaan/musibah. Sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum Allah berikan ujian/cobaan kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah ridha kepadanya, dan barangsiapa yang justru murka karenanya maka Allah murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani)

Referensi :

al-Jami’ fi ‘Aqaid wa Rasa’il Ahlis Sunnah. Penulis : Adil bin Abdullah alu Hamdan

– Kaifa Tanaalu Mahabbatallah. Penulis : Faishal bin Abduh al-Hasyidi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *