Sholat Tanpa Hati

Bismillah.

Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah berkata :

اعلم أرشدك الله لطاعته، وأحاطك بحياطته، وتولاك في الدنيا والآخرة، أن مقصود الصلاة وروحها ولبها هو إقبال القلب على الله تعالى فيها، فإذا صليت بلا قلب فهي كالجسد الذي لا روح فيه

“Ketahuilah, semoga Allah membimbingmu untuk taat kepada-Nya dan meliputimu dengan penjagaan-Nya serta memberi pertolongan kepadamu di dunia dan di akhirat, bahwa sesungguhnya maksud utama dari sholat dan ruh serta intinya adalah menghadapnya hati kepada Allah di dalamnya. Apabila anda melakukan sholat tanpa kehadiran hati maka itu seperti badan yang tidak memiliki nyawa.” (kitab Tafsir Ayat minal Qur’an al-Karim, link maktabah Syamilah : https://shamela.ws/book/11099/4)

Para ulama telah menjelaskan kepada kita bahwasanya sholat merupakan bentuk amal badan yang paling utama setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia menjadi pembeda antara kaum beriman dengan yang kafir kepada Allah. Oleh sebab itu meninggalkan termasuk dosa besar yang sangat mengerikan.

Sholat termasuk di dalam rukun Islam. Ia merupakan kewajiban terbesar setelah kalimat tauhid. Meskipun demikian sholat menjadi tidak berguna apabila tidak dilandasi dengan keimanan dan aqidah yang lurus. Karena itulah orang-orang munafik yang secara lahiriah mengucapkan syahadat dan juga mengerjakan sholat tidak mendapatkan jatah tempat di surga.

Sholat adalah ibadah yang membutuhkan keikhlasan dan kekhusyu’an. Semakin kuat keikhlasan dan kekhusyu’an yang ada pada diri pelakunya maka semakin tinggi kualitas sholat itu di hadapan Allah. Sebagaimana yang diterangkan para ulama bahwa amal-amal itu memiliki keutamaan yang bertingkat-tingkat disebabkan perbedaan apa-apa yang ada di dalam hati pelakunya berupa iman, keikhlasan dan rasa takut kepada Allah.

Para ulama juga menjelaskan bahwa setiap amal salih harus ditegakkan di atas 3 pilar ibadah hati; takut, harapan, dan cinta. Demikian juga ibadah sholat. Ia bukan sekedar gerakan fisik dan ucapan lisan tanpa makna. Sholat pun membutuhkan kecintaan dan pengagungan kepada Allah. Karena hakikat ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah dan tunduk kepada-Nya dengan penuh kecintaan dan pengagungan.

Sholat termasuk bagian dari dzikir kepada Allah. Sementara dzikir yang paling utama adalah yang selaras antara apa yang diucapkan dengan lisan dengan apa yang ada di dalam hati pelakunya. Dzikir itu sendiri merupakan sebab hidupnya hati. Tanpa dzikir maka hati akan mati, sebagaimana ikan yang hidup tanpa air. Begitulah kondisi hati yang jauh dari dzikir kepada Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang senantiasa mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya seperti perumpamaan orang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *