Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan peringatan ini (al-Qur’an) dan Kami pula yang akan menjaganya.” (al-Hijr : 9)
Imam Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, bahwa beliau berkata, “Adalah menjadi kebiasaan seorang diantara kami -para sahabat- apabila mempelajari sepuluh ayat maka mereka tidak akan melampauinya kecuali setelah mengetahui makna-maknanya dan mengamalkan kandungannya.” (dinukil dari Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 1/255)
Allah berfirman (yang artinya), “Niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu berderajat-derajat. Dan Allah terhadap apa-apa yang kalian kerjakan Mahateliti.” (al-Mujadilah : 11)
Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah berkata, “Tidaklah diragukan bahwa keutamaan ini hanya akan didapatkan oleh orang berilmu yang mengamalkan ilmunya; maka dia pun melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan…” (lihat Minhatul Malik, 1/201)
Allah berfirman (yang artinya), “Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi setelah kematiannya. Sungguh Kami telah menjelaskan ayat-ayat itu kepada kalian, mudah-mudahan kalian mau memikirkan.” (al-Hadid : 17)
Sesungguhnya Allah kuasa untuk menghidupkan bumi setelah kematiannya maka demikian pula Allah kuasa untuk melembutkan hati yang tadinya keras akibat dosa dan maksiat; Allah lembutkan hati itu dengan iman. Dan kepada Allah pula kita berharap semoga Allah melembutkan hati kita dengan keimanan (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim, 1/6 oleh Imam Ibnu Katsir)
Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sungguh telah datang kepada kalian suatu nasihat dari Rabb kalian serta obat bagi apa-apa yang ada di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus : 57)
Maka al-Qur’an ini menjadi obat bagi penyakit yang bercokol di dalam hati berupa kebodohan dan penyimpangan. Kebodohan adalah penyakit, sedangkan obatnya adalah ilmu dan petunjuk. Penyimpangan adalah penyakit sedangkan obatnya adalah rusyd/hidayah berupa amalan (lihat Ighatsatul Lahfan, 1/52 oleh Imam Ibnul Qayyim)
Abul Aswad ad-Du’ali rahimahullah berkata, “Tidak ada suatu perkara yang lebih mulia daripada ilmu. Para raja adalah pengatur urusan manusia. Sementara para ulama adalah pengatur ketetapan yang dijalankan oleh raja-raja.” (lihat Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim, hlm. 42)
Allah berfirman (yang artinya), “Allah menghendaki bagi kalian untuk memberi kemudahan, dan Allah tidak menghendaki bagi kalian untuk menyulitkan.” (al-Baqarah : 185)
Allah ingin memberi kemudahan bagi kita dalam menempuh jalan-jalan menuju keridhaan-Nya dan Allah pun membantu hamba-hamba-Nya dengan segala sarana supaya mereka semakin bersemangat dalam mencapainya. Dan hal ini (kemudahan) merupakan salah satu kaidah agung diantara kaidah-kaidah dasar di dalam syari’at Islam (lihat Taisir Lathif al-Mannan, hlm. 93)
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami menurunkan ia (wahyu al-Quran) berupa bacaan yang berbahasa arab…”(Yusuf : 2)
Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui.” (az-Zumar : 9)
Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan bahwa ilmu didahulukan sebelum ucapan dan amalan. Apabila ilmu itu didahulukan sebelum ucapan dan amalan niscaya pelaku amalan itu akan diberkahi meskipun sedikit yang dia lakukan. Sebaliknya, apabila amalan dan ucapan itu lebih didahulukan sebelum ilmu -artinya dia bertindak tanpa ilmu yang mendasari- maka bisa jadi amalan itu besar-besar laksana gunung tetapi ia tidak berada di atas jalan keselamatan (lihat keterangan Syaikh Shalih alu Syaikh hafizhahullah dalam Syarh Tsalatsah al-Ushul, hlm. 27)
Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah memudahkan al-Qur’an untuk diingat/dipelajari; apakah ada orang yang mau mengambil pelajaran?” (al-Qamar : 17)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Allah berfirman (yang artinya), “[Ini adalah] Kitab yang Kami turunkan kepadamu agar kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya.” (Ibrahim : 1)
Qatadah rahimahullah menafsirkan ‘dari kegelapan menuju cahaya’ maksudnya adalah ‘dari kesesatan menuju petunjuk’ sebagaimana disebutkan oleh Imam ath-Thabari dalam tafsirnya (lihat nukilan di kitab Nurul Huda wa Zhulumatu Dholal, hlm. 16)
Allah telah menjamin untuk menjaga agama dan kitab-Nya. Allah pun menjadikan kitab-Nya mudah untuk dipelajari dan diingat oleh manusia. Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu agama maka Allah akan mudahkan untuknya jalan menuju surga.
Diantara sarana untuk memahami agama adalah dengan mempelajari bahasa arab; yang itu merupakan bahasa al-Kitab dan as-Sunnah. Dengan al-Qur’an itulah Allah akan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari kesesatan menuju petunjuk.
Dengan ilmu inilah Allah akan mengobati penyakit-penyakit yang bercokol di dalam hati. Dengan ilmu ini pula Allah akan memuliakan umat yang taat. Dengan ilmu pula amalan yang tampak kecil akan mendatangkan banyak kebaikan. Sebaliknya tanpa ilmu maka amal-amal yang kelihatan besar bisa berubah menjadi sia-sia dan mengundang malapetaka.
Dengan ilmu itu pula Allah akan menghidupkan hati yang mati sebagaimana Allah hidupkan bumi yang mati dengan air hujan. Semoga Allah jadikan hati kita menerima kebenaran dan menyambut seruan yang datang dari Allah. Karena tidak ada kemuliaan bagi manusia kecuali dengan mengikuti petunjuk Rabbnya.
Disusun oleh :
al-Faqir ila Maghfirati Rabbihi Abu Mushlih