PANDUAN PROGRAM KELAS PERSIAPAN
RINGKASAN MATERI NAHWU
01. Kata dalam bahasa arab disebut dengan al-Kalimah
02. al-Kalimah terbagi tiga; isim (kata benda), fi’il (kata kerja), dan harf (kata sambung)
03. Kalimat dalam bahasa arab disebut dengan al-Jumlah
04. al-Jumlah terbagi dua; jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah
05. Ciri-ciri isim diantaranya : bisa dikasroh, ditanwin, diawali alif lam, diawali harf jar
06. Huruf Jar menyebabkan kata (isim) sesudahnya menjadi majrur/kasroh
07. Ciri-ciri fi’il diantaranya : diawali qod, sa, saufa, diakhiri ta’ ta’nits sakinah
08. Jumlah ismiyah adalah kalimat yang diawali dengan isim
09. Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang diawali dengan fi’il
10. Ditinjau dari bilangannya isim terbagi tiga; isim mufrod, mutsanna, dan jamak
11. Isim mufrod menunjukkan satu, sebuah, seorang, seekor, dst.
12. Isim mutsanna menunjukkan dua, diakhiri alif dan nun (aani) atau ya’ dan nun (aini)
13. Isim jamak terbagi tiga; jamak mudzakkar salim, jamak mu’annats salim, dan jamak taksir
14. Jamak mudzakkar salim menunjukkan lelaki, diakhiri wawu nun (uuna) atau ya’ nun (iina)
15. Jamak mu’annats salim menunjukkan perempuan, diakhiri alif dan ta’
16. Jamak taksir tidak memiliki aturan dan rumus tertentu
17. Asma’ul khomsah adalah lima isim yang khusus; abu, akhu, hamu, fu, dan dzu
18. Isim maqshur diakhiri dengan alif lazimah/alif bengkok sebelumnya fathah
19. Isim manqush diakhiri dengan ya’ lazimah dan sebelumnya dikasroh
20. Isim laa yanshorif tidak bisa diakhiri dengan tanwin dan tidak bisa dikasroh
21. I’rob adalah perubahan keadaan akhir kata dalam bahasa arab
22. Perubahan akhir kata itu disebabkan faktor yang mempengaruhi (‘aamil)
23. Faktor yang mempengaruhi itu bisa berupa jabatan kata atau kata sebelumnya
24. Contoh perubahan akhir kata; dari dhommah menjadi fathah dan kasroh
25. Tetapnya akhir kata dalam bahasa arab disebut dengan bina’
26. Kata yang akhirannya bisa berubah disebut kata yang mu’rob
27. Kata yang akhirannya tetap disebut kata yang mabni
28. I’rob ada empat; rofa’, nashob, jar, dan jazem
29. Rofa’ atau marfu’ tandanya diakhiri dhommah atau yang menggantikannya
30. Nashob atau manshub tandanya diakhiri fathah atau yang menggantikannya
31. Jar atau majrur tandanya diakhiri dengan kasroh atau yang menggantikannya
32. Jazem atau majzum tandanya diakhiri dengan sukun atau yang menggantikannya
33. I’rob pada isim; marfu’, manshub, dan majrur
34. I’rob pada fi’il; marfu’, manshub, dan majzum
35. Tanda marfu’ pada isim ada yang berupa harokat dan ada yang berupa huruf
36. Isim mufrod, jamak taksir, mu’annats salim, dan laa yanshorif marfu’ dengan dhommah
37. Isim mutsanna marfu’ dengan alif
38. Isim jamak mudzakkar salim dan asma’ul khomsah marfu’ dengan wawu
39. Isim maqshur dan manqush marfu’ dengan dhommah muqoddaroh
40. Tanda manshub pada isim ada yang berupa harokat dan ada yang berupa huruf
41. Isim mufrod, jamak taksir, manqush, dan laa yanshorif manshub dengan fathah
42. Isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim manshub dengan ya’
43. Isim jamak mu’annats salim manshub dengan kasroh
44. Isim asma’ul khomsah manshub dengan alif
45. Isim maqshur manshub dengan fathah muqoddaroh
46. Tanda majrur pada isim ada yang berupa harokat dan ada yang berupa huruf
47. Isim mufrod, jamak mu’annats salim, dan jamak taksir majrur dengan kasroh
48. Isim mutsanna, jamak mudzakkar salim dan asma’ul khomsah majrur dengan ya’
49. Isim maqshur dan manqush majrur dengan kasroh muqoddaroh
50. Isim laa yanshorif majrur dengan fathah
51. Isim yang mabni mencakup; isim dhomir, isyarah, maushul, istifham, dan syarath
52. Isim laa yanshorif memiliki dua syarat; tidak disandarkan, dan tidak diawali alif lam
53. Fi’il terbagi tiga; fi’il madhi (lampau), mudhori’ (sekarang/akan datang), dan amr (perintah)
54. Fi’il bisa dibentuk menjadi aktif (ma’lum) dan pasif (majhul)
55. Fi’il yang aktif memiliki/membutuhkan pelaku (fa’il) sesudahnya
56. Fi’il yang pasif tidak memiliki/membutuhkan pelaku (fa’il) sesudahnya
57. Fi’il mudhori’ terbagi tiga; sahih akhir, mu’tal akhir, dan af’alul khomsah
58. Sahih akhir diakhiri dengan huruf sahih (semua huruf kecuali alif, wawu, dan ya’)
59. Mu’tal akhir diakhiri dengan huruf penyakit/’illat (alif, wawu, atau ya’)
60. Af’alul khomsah diakhiri dengan huruf ‘illat dan nun (aani, uuna, atau iina)
61. Mengetahui macam-macam fi’il mudhori’ bermanfaat untuk melihat tanda i’robnya
62. Fi’il ada yang mu’rob dan ada yang mabni
63. Fi’il yang mu’rob akhirannya bisa berubah
64. Fi’il yang mabni akhirannya selalu tetap
65. Fi’il yang mu’rob ada pada fi’il mudhori’
66. Fi’il mudhori’ mu’rob selama tidak bersambung nun inats atau nun taukid
67. Fi’il mudhori’ yang mu’rob ada tiga bentuk; sahih akhir, mu’tal akhir, dan af’alul khomsah
68. Fi’il yang mabni mencakup fi’il madhi dan fi’il amr
69. Fi’il mudhori’ yang bersambung nun inats atau nun taukid juga mabni
70. Keadaan i’rob pada fi’il; marfu’, manshub, dan majzum
71. Tanda marfu’ pada sahih akhir adalah dhommah
72. Tanda marfu’ pada mu’tal akhir adalah dhommah muqoddaroh
73. Tanda marfu’ pada af’alul khomsah adalah tetapnya nun
74. Tanda manshub pada sahih akhir adalah fathah
75. Tanda manshub pada mu’tal akhir adalah fathah kecuali pada mu’tal alif
76. Fi’il mudhori’ mu’tal alif manshub dengan fathah muqoddaroh
77. Tanda manshub af’alul khomsah adalah dihapusnya nun
78. Tanda majzum sahih akhir adalah sukun
79. Tanda majzum mu’tal akhir adalah dihapus huruf akhir
80. Tanda majzum af’alul khomsah adalah dihapus nun
81. Fi’il mudhori’ yang mu’rob hukum asalnya adalah marfu’
82. Apabila fi’il didahului penashob ia berubah menjadi manshub
83. Apabila ia didahului penjazem ia berubah menjadi majzum
84. Huruf laa yang bermakna jangan disebut laa nahiyah; menyebabkan majzum
85. Huruf laa yang bermakna tidak disebut laa nafiyah; tidak menjazemkan fi’il
86. Tanda mabni pada fi’il madhi dilihat pada huruf asli yang terakhir
87. Tanda mabni pada fi’il mudhori’ juga dilihat pada huruf asli yang terakhir
88. Tanda mabni fi’il amr dilihat pada asal pembentukannya dari fi’il mudhori’
89. Ditinjau dari jenisnya isim terbagi dua; mudzakkar dan mu’annats
90. Isim mudzakkar menunjukkan lelaki, jantan, atau yang dianggap berjenis lelaki
91. Isim mu’annats menunjukkan perempuan, betina, atau yang dianggap berjenis perempuan
92. Kelompok jabatan kata benda (isim) yang harus dibaca marfu’ disebut marfu’aatul asmaa’
93. Fa’il terletak setelah fi’il ma’lum, fa’il harus dibaca marfu’
94. Fa’il bisa berupa kata asli (dhahir) atau kata ganti (dhamir)
95. Fi’il diberi tanda mu’annats jika fa’ilnya mu’annats
96. Na’ibul fa’il terletak setelah fi’il majhul, dan ia juga harus dibaca marfu’
97. Na’ibul fa’il bisa berupa kata asli atau kata ganti
98. Fi’il diberi tanda mu’annats jika na’ibul fa’ilnya mu’annats
99. Mubtada’ dan khobar harus dibaca marfu’
100. Mubtada biasanya terletak di awal kalimat
101. Mubtada’ bisa berupa kata asli dan bisa juga kata ganti
102. Mubtada’ yang diterangkan, sedangkan khobar yang menerangkan
103. Khobar bisa berupa kalimat/jumlah, bisa juga berupa syibhul jumlah/menyerupai kalimat
104. Syibhul jumlah itu berupa huruf jar dan majrur atau dharaf/keterangan
105. Jumlah ismiyah terdiri dari mubtada’ dan khobar
106. Jumlah fi’liyah terdiri dari fi’il dan fa’il atau fi’il dan na’ibul fa’il
107. Kaana dan saudaranya menyebabkan khobar menjadi manshub
108. Mubtada’ yang dimasuki kaana menjadi isim kaana; marfu’
109. Khobar yang dimasuki kaana menjadi khobar kaana; manshub
110. Kaana yang butuh kepada isim kaana dan khobarnya disebut kaana yang naqish
111. Kaana yang butuh kepada fa’il disebut kaana yang taamm
112. Inna dan saudaranya menyebabkan mubtada’ menjadi manshub
113. Mubtada’ yang dimasuki inna menjadi isim inna; manshub
114. Khobar yang dimasuki inna menjadi khobar inna; marfu’
115. Ditinjau dari kejelasannya isim terbagi dua; nakiroh dan ma’rifat
116. Isim nakiroh belum tertentu, sedangkan ma’rifat sudah tertentu
117. Fi’il yang butuh objek disebut fi’il muta’addi, objek disebut maf’ul bih
118. Maf’ul bih harus dibaca manshub
119. Fi’il yang tidak butuh objek disebut fi’il lazim
120. Maf’ul li ajlih menerangkan sebab terjadinya perbuatan, dibaca manshub
121. Maf’ul fih menerangkan waktu/tempat kejadian, dibaca manshub
122. Keterangan tempat disebut dharaf makan, dan keterangan waktu disebut dharaf zaman
123. Maf’ul muthlaq menegaskan atau menjelaskan perbuatan, dibaca manshub
124. Maf’ul ma’ah menjelaskan kesertaan, dibaca manshub
125. Haal menjelaskan keadaan pelaku atau objek, dibaca manshub
126. Haal bisa berupa kata dan bisa juga berupa kalimat/jumlah
127. Kata benda yang diterangkan keadaannya disebut sohibul haal, harus ma’rifat
128. Haal yang berupa kata harus dalam bentuk nakiroh
129. Tamyiz menjelaskan suatu hal yang masih samar di dalam kalimat
130. Sesuatu yang samar itu disebut dengan mumayyaz
131. Mumayyaz bisa tersurat dan bisa juga tersirat
132. Salah satu bentuk mumayyaz adalah berupa ‘adad/bilangan
133. Benda yang dibilang disebut ma’dud, dibaca manshub jika berada antara angka 11 – 99
134. Mustatsna adalah kata yang dikecualikan, dibaca manshub
135. Sumber pengecualian disebut sebagai mustatsna minhu
136. Kalimat pengecualian tanpa mustatsna minhu disebut kalimat yang naqish
137. Mustatsna dengan ghaira dan siwa dibaca majrur
138. Laa nafiyatu lil jinsi beramal seperti inna, butuh pada isim dan khobar
139. Isim laa bisa dibaca manshub atau bisa juga mabni atas tanda nashobnya
140. Isim laa manshub jika berupa mudhaf atau menyerupai mudhaf
141. Munada adalah kata benda yang diseru, dibaca manshub
142. Munada mabni jika berupa alam mufrod atau nakiroh maqshudah
143. Isim yang didahului huruf jar harus dibaca majrur
144. Huruf qasam/sumpah termasuk huruf jar
145. Mudhaf adalah kata benda yang disandarkan
146. Mudhaf ilaih kata benda yang disandari, harus dibaca majrur
147. Mudhaf tidak boleh ditanwin atau diberi alif lam
148. Tawabi’ adalah kelompok kata yang mengikuti i’rob isim sebelumnya
149. Pengikut disebut dengan istilah tabi’, sedangkan yang diikuti adalah matbu’
150. Tabi’ mengikuti i’rob dari matbu’nya
151. Tawabi’ ada empat; na’at, ‘athaf, taukid, dan badal
152. Na’at merupakan sifat dari isim sebelumnya
153. Isim yang disifati disebut dengan istilah man’ut atau maushuf
154. Na’at ada dua macam; hakiki dan sababi
155. ‘Athaf adalah pengikut yang terletak setelah huruf ‘athaf/kata penghubung
156. ‘Athaf ada pada isim dan juga berlaku pada fi’il
157. Taukid adalah pengikut yang mempertegas isim sebelumnya (mu’akkad)
158. Taukid ada dua macam; lafzhi dan ma’nawi
159. Badal adalah pengikut yang menjelaskan jati diri atau maksud isim sebelumnya
160. Badal mengikuti i’rob mubdal/kata yang dibadal-i
PERTANYAAN EVALUASI :
01. Sebutkan tiga macam al-kalimah!
02. Sebutkan tiga macam fi’il!
03. Sebutkan dua macam jumlah!
04. Apa yang dimaksud i’rob dan bina’?
05. Sebutkan i’rob yang berlaku pada isim!
06. Sebutkan i’rob yang berlaku pada fi’il!
07. Sebutkan tanda-tanda marfu’ pada isim!
08. Sebutkan tanda-tanda manshub pada isim!
09. Sebutkan tanda-tanda majrur pada isim!
10. Sebutkan tanda-tanda marfu’ pada fi’il!
11. Sebutkan tanda-tanda manshub pada fi’il!
12. Sebutkan tanda-tanda majzum pada fi’il!
13. Sebutkan kelompok isim yang mabni!
14. Sebutkan kelompok fi’il yang mabni!
15. Sebutkan alat-alat penashob!
16. Sebutkan alat-alat penjazem!
17. Apa perbedaan antara fa’il dengan mubtada’?
18. Apa perbedaan antara fa’il dengan na’ibul fa’il?
19. Sebutkan dua macam khobar!
20. Sebutkan dua unsur pokok jumlah ismiyah!
21. Apa fungsi dari kaana dan inna?
22. Sebutkan saudara-saudara kaana!
23. Sebutkan saudara-saudara inna!
24. Apa beda fi’il lazim dengan fi’il muta’addi?
25. Sebutkan tiga cara untuk membuat fi’il lazim menjadi muta’addi!
26. Apa beda antara maf’ul li ajlih dengan maf’ul ma’ah?
27. Apa beda antara maf’ul muthlaq dengan maf’ul fih?
28. Apa beda antara haal dengan mustatsna?
29. Apa beda antara munada dengan tamyiz?
30. Kapankah isim laa dibaca manshub?
31. Sebutkan huruf-huruf jar!
32. Sebutkan syarat-syarat idhofah/penyandaran!
33. Sebutkan empat macam tawabi’!
34. Apa beda na’at hakiki dengan na’at sababi?
35. Sebutkan huruf-huruf ‘athaf!
36. Apa beda taukid lafzhi dengan taukid ma’nawi?
37. Sebutkan empat macam badal!