Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka.
Amma ba’du.
Ramadhan tentu menyisakan kenangan dan kenikmatan ruhani bagi setiap mukmin. Karena dengan menahan lapar, haus dan hawa nafsu karena Allah menumbuhkan kegembiraan dan kesejukan di dalam jiwanya. Sebuah kelezatan yang sangat tinggi. Kelezatan yang hanya akan bisa dirasakan oleh orang-orang yang mewarnai hati, lisan, dan anggota badannya dengan iman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti akan merasakan lezatnya iman; orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim). Sebuah kelezatan yang diperoleh dari hati yang mengenal Allah dan mencintai-Nya. Hati yang tunduk dan mengamba serta bergantung kepada-Nya semata.
Sebagiamana ikrar penghambaan yang selalu kita ucapkan ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’ yang artinya, “Hanya kepada-Mu ya Allah kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” Tidak ada yang lebih kita cintai daripada Allah, dan tidak ada yang kita jadikan sesembahan dan tumpuan takut dan harap selain Rabb penguasa alam semesta.
Puasa tentulah memberikan kesan indah bagi hati hamba-hamba Allah. Karena mereka terlatih untuk meninggalkan sesuatu yang disukai hawa nafsunya demi menggapai kenikmatan yang lebih tinggi dan lebih mulia yaitu demi meraih kemuliaan dan kecintaan dari Allah jalla wa ‘ala. Sebab takwa adalah jalan menuju mulia, jalan menuju surga dan jalan untuk menghapuskan dosa.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, suatu ketika Malik bin Dinar rahimahullah berkata kepada teman-temannya, “Para pemuja dunia telah pergi meninggalkan dunia dalam keadaan belum merasakan sesuatu yang paling lezat di sana.” Orang-orang bertanya, “Apakah itu yang paling lezat di dunia, wahai Abu Yahya?” maka beliau menjawab, “Mengenal Allah ‘azza wa jalla.”
Semoga ibadah puasa yang kita jalankan bukan semata-mata rasa lapar, haus dan mengekang hawa nafsu. Akan tetapi sudah semestinya kita jadikan puasa ini sebagai media untuk berlomba-lomba meraih kelezatan ruhani, dengan dzikir, dengan sholat, dengan sedekah, dengan puasa, dan dengan berbuat baik kepada sesama seraya mengharapkan wajah Allah semata.
Demikianlah sedikit faidah yang bisa kami sajikan dalam kesempatan ini. Mudah-mudahan Allah berikan kepada kita ketakwaan yang sejati; yaitu ketakwaan yang berakar dari dalam hati. Sehingga akan muncullah kelezatan demi kelezatan ruhiyah dari amal-amal yang kita lalui.
Wallahul musta’aan.
Yogyakarta, 5 Ramadhan 1437 H
Redaksi al-Mubarok