Bismillah.
Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada manusia adalah dengan Allah tunjukkan mereka kepada tauhid; pokok ajaran Islam dan landasan tegaknya bangunan agama ini.
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Beribadah kepada Allah tidak akan tegak kecuali dengan tauhid. Oleh sebab itu Allah berfirman (yang artinya), “Seandainya mereka berbuat syirik pasti akan lenyap semua amal yang telah mereka kerjakan.” (al-An’am : 88)
Dengan demikian memahami hakikat tauhid dan merealisasikannya adalah kewajiban utama setiap insan. Tanpanya maka hidupnya di alam dunia hanya akan menjadi sia-sia dan menjerumuskannya dalam kerugian dan kesesatan. Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-’Ashr : 1-3)
Syirik adalah mempersembahkan ibadah kepada selain Allah di samping pelakunya juga beribadah kepada Allah. Syirik inilah yang menjadi sebab utama kerugian dan kesengsaraan. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang pun penolong.” (al-Ma-idah : 72). Allah juga menegaskan (yang artinya), “JIka kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)
Tauhid tidak bisa terwujud kecuali dengan membersihkan amal dari segala macam syirik. Oleh sebab itu setiap rasul menyerukan kepada kaumnya (yang artinya), “Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36). Bahkan Allah mengiringi perintah beribadah kepada-Nya dengan larangan berbuat syirik kepada-Nya; karena ibadah kepada Allah akan sia-sia jika tercampuri syirik. Allah berfirman (yang artinya), “Beribadahlah kepada Allah dan jangan kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (an-Nisaa’ : 36). Sehingga hakikat tauhid adalah memurnikan segala bentuk ibadah kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk sesembahan selain-Nya.
Banyak orang mengira bahwa mereka bisa bahagia tanpa tauhid, padahal tauhid inilah sebab keamanan dan hidayah dari Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman (syirik); mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan dan mereka itulah orang yang diberi petunjuk.” (al-An’am : 82). Kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat tidak tercapai kecuali dengan tauhid. Sebab dengan tauhid itulah seorang hamba menggantungkan hatinya kepada Allah semata, dan tidak kepada selain-Nya.
Dengan tauhid itu pula hatinya akan tentram dengan dzikir dan taat kepada-Nya. Dengan tauhid itu pula akan terangkat kepada Allah amal-amal salih dan ucapan-ucapan yang indah. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110). Oleh karena itulah kebahagiaan seorang hamba berbanding lurus dengan tauhidnya; semakin bersih tauhidnya dari syirik dan kezaliman maka semakin besar pula kebahagiaan yang akan dia peroleh dan rasakan; di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa melakukan amal salih, baik dari kalangan lelaki atau perempuan, dalam keadaan beriman, niscaya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan benar-benar Kami akan berikan balasan untuk mereka dengan sesuatu yang jauh lebih baik daripada apa-apa yang mereka amalkan.” (an-Nahl : 97). Tauhid adalah pokok keimanan, tanpa tauhid maka amal hamba akan lenyap dan sia-sia. Beruntunglah seorang hamba yang Allah berikan taufik untuk mengenal tauhid dan mengamalkannya…