Perbedaan Islam Dengan Iman

256743

oleh : Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah

Suatu saat ada yang bertanya :

هل هناك فرق بين الإسلام والإيمان؟

Apakah disana ada perbedaan antara istilah islam dengan iman?

Beliau menjawab :

الإسلام هو الأعمال الظاهرة، والإيمان هو الأعمال الباطنة إذا اجتمعا، كما في حديث جبريل فسر الإسلام بالأعمال الظاهرة والإيمان بالأعمال الباطنة

Islam merupakan istilah untuk menunjukkan amal-amal lahiriyah, sedangkan iman adalah istilah untuk menunjukkan amal-amal batin, hal ini apabila kedua istilah itu disebutkan secara bersamaan dalam satu rangkaian. Sebagaimana dalam hadits Jibril, islam ditafsirkan -oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam– dengan amal-amal lahir sedangkan iman ditafsirkan dengan amal-amal batin.

أما إذا أطلق أحدهما دخل فيه الآخر إذا جاء الإسلام وحده دخل في الأعمال الباطنة والأعمال الظاهرة، كما في قوله -عز وجل-: إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

Adapun apabila istilah itu disebutkan secara terpisah -sendiri-sendiri- maka ia telah mencakup makna yang lain. Sehingga apabila disebutkan islam saja, maka sudah tercakup di dalamnya amal batin dan amal lahir. Sebagaimana misalnya dalam firman Allah (yang artinya), “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.”

وإذا جاء الإيمان وحده دخل فيه الإسلام لقوله عليه الصلاة والسلام: ـ الإيمان بضع وسبعون شعبة فإذا اجتمعا افترقا، وإذا افترقا اجتمعا إذا اجتمعا صار لكل واحد منهما، وإذا افترقا دخل فيه الآخر مثل الفقير والمسكين

Dan apabila datang istilah iman saja, maka sudah tercakup di dalamnya makna islam. Berdasarkan sabda nabi ‘alaihish sholatu was salam, “Iman itu terdiri dari tujuh puluh lebih cabang.” Maka apabila kedua istilah ini disebutkan dalam satu rangkaian pembicaraan maknanya menjadi berlainan. Dan apabila keduanya disebutkan secara terpisah maka kedua cakupan makna itu menjadi menyatu dalam setiap istilah itu. Artinya, jika disebutkan secara bersamaan, maka masing-masing dimaknakan dengan maknanya yang khusus. Namun apabila kedua kata ini terpisah secara otomatis telah mencakup makna istilah yang satunya. Hal ini serupa dengan penggunaan istilah fakir dan miskin.

Sumber : http://shrajhi.com/Fatawa/ID/458

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *