Bismillah.
Kedudukan aqidah bagi ilmu-ilmu dan amal-amal adalah seperti kedudukan pondasi dalam sebuah bangunan, seperti akar bagi pohon. Sebagaimana halnya bangunan tidak bisa berdiri tanpa pondasi dan pohon tidak bisa tegak tanpa akarnya maka demikian pula ilmu dan amal seorang tidak akan bermanfaat kecuali apabila didasari dengan keyakinan yang benar (lihat keterangan Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam Tadzkiratul Mu’tasi, hal. 8)
Diantara sebab utama pentingnya mempelajari aqidah salaf ialah karena sesungguhnya aqidah inilah yang akan mempersatukan barisan kaum muslimin dan para da’i. Di atas landasan inilah kalimat mereka akan bersatu. Adapun tanpa aqidah yang benar maka umat akan tercerai-berai serta porak-poranda. Sebab aqidah salaf ini adalah aqidah yang bersumber dari al-Kitab dan as-Sunnah serta dipegang-teguh oleh generasi pertama umat ini. Tanpa dilandasi aqidah ini maka segala bentuk perkumpulan dan persatuan hanya akan berakhir dengan percerai-beraian dan berantakan (lihat keterangan Syaikh ‘Alawi Abdul Qadir as-Saqqaf hafizhahullah dalam mukadimah Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyah karya Syaikh Muhammad Khalil Harras, hal. 6)
Aqidah merupakan asas di dalam agama. Ia merupakan kandungan dari syahadat ‘laa ilaha illallah wa anna Muhammadar rasulullah’. Aqidah merupakan kandungan dari rukun Islam yang pertama. Oleh sebab itu wajib memperhatikannya dan mengenalinya dengan baik. Wajib pula mengetahui hal-hal yang bisa merusaknya. Dengan begitu maka seorang insan akan berada di atas ilmu yang nyata dan di atas aqidah yang benar. Karena apabila agamanya tegak di atas pondasi yang benar niscaya agama dan amalnya akan menjadi benar dan diterima di sisi Allah (lihat keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam at-Ta’liqat ‘ala ath-Thahawiyah, hal. 23)
Ilmu aqidah ini disebut juga oleh para ulama dengan berbagai macam sebutan. Diantaranya adalah mereka sebut dengan nama ‘al-Iman’, ‘as-Sunnah’, ‘at-Tauhid’, ‘al-‘Aqidah’, ‘Ushul ad-Din’, ‘asy-Syari’ah’, dan disebut juga dengan istilah ‘al-Fiqh al-Akbar’. Banyaknya nama atau sebutan bagi ilmu ini menunjukkan kemuliaan dan keagungannya di dalam Islam. Karena sesungguhnya kebahagiaan di dunia ini sangat tergantung pada ilmu aqidah. Kebutuhan hamba terhadapnya berada di atas semua kebutuhan. Dan keterdesakan dirinya untuk memahami ilmu ini adalah jauh lebih mendesak daripada semua hal yang mendesak (lihat keterangan Syaikh Abu Bakr al-Hanbali hafizhahullah dalam mukadimah kitab It-haf Dzawil ‘Uqul ar-Rasyidah bi Syarhil Bidayah fil ‘Aqidah karya Aiman bin Ali Musa, hal. 7)
Karena pentingnya aqidah inilah Allah utus para rasul untuk menyeru manusia agar beribadah kepada Allah dan menjauhi thaghut. Setiap rasul berkata (yang artinya), “Wahai kaumku, sembahlah Allah saja. Tidak ada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (al-A’raaf : 59). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selama 10 tahun di Mekah pun mengokohkan tauhid, mendakwahkannya, memerangi syirik dan memperingatkan umat darinya. Setelah itu sepanjang hayatnya beliau berusaha meneguhkan dan mengokohkan aqidah tauhid dan menerangkan hukum-hukum syari’at. Ini menunjukkan pentingnya memperhatikan dan memprioritaskan perkara aqidah dalam belajar, mengajar, beramal, dan berdakwah (lihat keterangan Syaikh Abdussalam Barjas rahimahullah dalam Ushul ad-Da’wah as-Salafiyah, hal. 42)
Demikian sedikit nukilan faidah yang bisa kami sajikan dalam kesempatan ini. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semuanya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
—
Info Donasi :