Aqidah

Penghancur Amal Kebaikan

Bismillah.

Salah satu perkara mendasar yang wajib dipahami oleh kita adalah segala bentuk amal kebaikan ini hanya akan diterima oleh Allah apabila memenuhi syaratnya. Salah satu syarat utama ibadah adalah keikhlasan. Tidak ada amal yang bisa diterima tanpa keikhlasan.

Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan seandainya mereka melakukan syirik pasti akan lenyap semua amal yang pernah mereka lakukan.” (al-An’am : 88)

Ini adalah perkara yang sangat jelas, bahwa seorang muslim wajib untuk memurnikan ibadahnya kepada Allah. Apabila dia menujukan ibadah kepada Allah tetapi juga kepada selain Allah maka dia telah terjatuh dalam kesyirikan.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (an-Nisaa’ : 36)

Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu menetapkan bahwa janganlah kalian beribadah kecuali hanya kepada-Nya…” (al-Israa’ : 23)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama/amal untuk-Nya secara hanif/bertauhid…” (al-Bayyinah : 5)

Dari sini kita bisa memahami bahwa syirik merupakan penghancur amal-amal kebaikan. Syirik itu bisa berupa keyakinan, ucapan maupun perbuatan. Ada syirik yang tampak dan ada pula yang tersembunyi. Bahkan digambarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia lebih samar daripada bekas rayapan seekor semut. Beliau juga mengajarkan kepada kita untuk berdoa kepada Allah agar dilindungi dari bahaya syirik. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pun berdoa kepada Allah untuk dijauhkan dari menyembah berhala; padahal beliau adalah pejuang dakwah tauhid serta imam ahli tauhid…

Dari sini kita juga bisa memahami mengapa betapa besar perhatian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap tauhid dari sejak awal dakwahnya di Mekah hingga beberapa hari menjelang wafatnya. Tidak lain karena ia menjadi pondasi tegaknya agama dan syarat diterimanya amal kebaikan hamba. Sebab tauhid inilah pilar utama kebahagiaan umat manusia.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu; Jika kamu berbuat syirik pasti lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami utus sebelum kamu seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku.” (al-Anbiya’ : 25)

Kedudukan tauhid dalam agama ini laksana pondasi dalam sebuah bangunan. Adapun syirik laksana bom atom yang menghancurkan tatanan kehidupan umat manusia. Tidak ada jalan untuk bisa ‘menjinakkan bom’ ini kecuali dengan menimba ilmu al-Qur’an dan as-Sunnah dengan mengikuti jalan generasi terbaik umat ini. Oleh sebab itu para rasul menjadikan dakwah tauhid sebagai misi utama perjuangan mereka.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *