Nasihat Agar Menjauhi Maksiat

Ibnul Mubarak rahimahullah berkata dalam sya’irnya :

Aku melihat dosa-dosa mematikan hati
sungguh membuahkan kehinaan memeliharanya

Meninggalkan dosa-dosa kehidupan bagi hati
lebih baik bagi dirimu tuk mencampakkannya

(lihat Tazkiyatun Nufus wa Tarbiyatuha, hal. 32)

Suatu ketika Ibnul Mubarak rahimahullah ditanya mengenai maksud perkataan Luqman kepada anaknya, “Apabila berbicara itu dari perak, maka diam itu dari emas.”

Maka beliau pun menjelaskan, “Seandainya berbicara dalam rangka ketaatan kepada Allah itu diibaratkan terbuat dari perak, maka sesungguhnya berdiam diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah adalah terbuat dari emas.”

(lihat Husnus Samti fish Shamti, hal. 47)

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan sebuah perkataan dari Maimun bin Mihran, bahwa beliau mengatakan, “Sabar itu ada dua macam; sabar ketika tertimpa musibah, maka itu bagus. Dan yang lebih utama lagi adalah sabar untuk menjauhi maksiat.”

(lihat ‘Uddatush Shabirin wa Dzakhiratusy Syakirin, hal. 71)

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah memberikan nasihat :

Seorang mukmin harus bertakwa kepada Allah ‘azza wa jalla secara lahir dan batin. Bertakwa kepada Allah ketika berada di jalan. Bertakwa kepada Allah ketika berada di rumah. Dia harus bertakwa kepada Allah di mana pun dia berada. Bertakwa kepada Allah pada siang hari dan bertakwa kepada-Nya pada malam hari. Bertakwa kepada-Nya dalam keadaan terang-benderang dan bertakwa kepada-Nya dalam keadaan gelap. Karena sesungguhnya dirinya selalu disertai oleh (pengawasan) Allah subhanahu, tidak ada yang samar bagi-Nya.

Jadi bukanlah yang dimaksud ialah seorang insan harus menjauhi maksiat-maksiat yang tampak saja. Adapun ketika dia menyendiri lantas hal itu boleh dia kerjakan. Tidak demikian. Sesuatu yang haram tetap saja haram dalam keadaan apa pun. Dan Rabb -yaitu Allah- tetaplah Rabb subhanahu yang senantiasa melihat dan mengetahui dalam segala keadaan. Baik dalam keadaan tampak ataupun tersembunyi. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya subhanahu wa ta’ala. Bagaimana pun caranya kalian berusaha untuk menutup-nutupi sesungguhnya kalian tidak tersembunyi dari pengetahuan dan pandangan Allah subhanahu wa ta’ala

(lihat I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid, Juz 1 hal. 46)

Semoga nasihat-nasihat ini bermanfaat bagi kita semuanya. Dan tidak ada taufik bagi kami kecuali dengan pertolongan dari Allah. Kepada-Nya lah kita bertawakal dan kepada-Nya pula kita kembali untuk bertaubat dan berupaya untuk semakin bertambah taat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *