Musim Kebaikan Pun Bersemi

Bismillah.

Saudaraku yang dirahmati Allah, tidak terasa bulan Ramadhan kini semakin dekat di hadapan dalam hitungan hari. Bulan Sya’ban pun beranjak pergi. Apakah yang muncul dalam hati seorang muslim dengan hadirnya bulan yang mulia itu? Tentu perasaan gembira dan bahagia ketika Allah beri taufik kepadanya untuk menikmati lezatnya ibadah di bulan suci.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti merasakan lezatnya iman; orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim). Lezatnya keimanan adalah kenikmatan dalam menjalankan ketaatan, hatinya lapang dan ridha dengan apa yang Allah perintahkan. Dan demikianlah sifat kaum beriman menemukan hati yang lapang dalam menyambut seruan dan ketetapan Islam.

Allah berfirman (yang artinya), “Sekali-kali tidak demi Rabbmu, mereka tidaklah beriman sampai mereka menjadikan kamu (rasul) sebagai hakim/pemutus perkara dalam hal-hal yang diperselisihkan diantara mereka, kemudian mereka tidak mendapati dalam hatinya rasa sempit dan mereka pun pasrah dengan sepenuhnya.” (an-Nisa’ : 65)

Allah ta’ala juga menegaskan (yang artinya), “Dan tidaklah pantas bagi seorang lelaki beriman atau perempuan yang beriman apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara kemudian masih ada bagi mereka pilihan lain atas urusan mereka itu…” (al-Ahzab : 36)

Adalah Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam teladan dalam penghambaan kepada ar-Rahman. Datangnya momen-momen ibadah dan kebaikan menjadi penyejuk hati dan penenang pikiran. Sebagaimana beliau gambarkan bahwa sholat menjadi penyejuk hatinya, dan beliau pun mengatakan kepada Bilal agar mengumandangkan adzan seraya mengatakan, “Wahai Bilal, istirahatkanlah kita ini dengan sholat…” Sholat menjadi sumber ketenangan hati insan beriman. Karena di dalam sholat seorang muslim bermunajat kepada Rabbnya, dan keadaan yang mana dirinya paling dekat dengan Allah yaitu pada saat ia tersungkur sujud kepada Allah…

Begitu pula dengan hadirnya bulan Ramadhan. Sebuah kesempatan yang sangat bernilai dan berharga bagi kaum muslimin di berbagai belahan dunia. Siapakah umat Islam yang tidak gembira dengan datangnya bulan mulia ini? Bahkan anak-anak kecil pun rindu untuk belajar membaca kitab Allah… Bahkan ibu-ibu pun rindu untuk memasak menu buka dan sahur untuk keluarga tercinta…

Saudaraku yang dirahmati Allah, datangnya bulan Ramadhan adalah nikmat agung bagi kaum mukminin. Mereka yang mau menundukkan pikiran dan hawa nafsunya di hadapan syariat Rabbul ‘alamin. Mereka yang rela menahan lapar dan haus di siang hari demi mengejar kecintaan Allah dan keridhaan-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 183)

Apa yang membuat kita harus sedih dengan datangnya Ramadhan? Memang suasana terpaan musibah wabah yang saat ini melanda bumi tak lepas dari perhatian kaum muslimin. Kita pun ikut berduka dan prihatin melihat apa-apa yang ada di hadapan kita ini. Kita wajib sabar dan mengharapkan pahala. Ingatlah, bahwa musibah ini bisa mendatangkan pahala yang tidak terbatas bagi kaum beriman. Yaitu apabila musibah disambut dengan sifat sabar dan ketabahan.

Maka demikian pula Ramadhan -wahai saudaraku- ia menyimpan segudang pahala dan beribu-ribu ganjaran bagi mereka yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dalam keadaan beriman dan mengharapkan pahala niscaya Allah akan ampuni dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan malam Ramadhan -dengan qiyamul lail- dalam keadaan beriman dan mengharap pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ya, bulan puasa renyah dengan amal salih. Siang hari dengan puasa hingga maghrib, malam hari disejukkan dengan sholat malam. Kalau Ramadhan tahun ini kita tidak bisa tarawih berjamaah di masjid karena wabah masih mengancam maka tarawih di rumah pun bisa. Dan itu pun telah difatwakan oleh para ulama, bahkan telah diicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah indahnya ajaran Islam; yang bisa diterapkan di setiap masa dan keadaan…

Belum lagi jika umat Islam menyemarakkan hari demi hari di bulan Ramadhan dengan tilawah al-Qur’an, pahala demi pahala akan tersimpan dan terekam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Inilah kesempatan emas yang dinantikan para pecinta al-Qur’an…

Berdekatan dengan kitab Allah, merenungkan kedalaman maknanya dan meresapi nasihat dan peringatannya… Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123). Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah menjamin bagi siapa pun yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajarannya bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat.”        

Datangnya Ramadhan tahun ini tentu akan membawa kesejukan dzikir dan kedermawanan. Dan itulah yang telah dicontohkan oleh panutan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau sosok yang selalu menghiasi diri dengan dzikir di setiap keadaan. Beliau pun menjadi lebih dermawan di bulan Ramadhan, padahal beliau orang yang paling dermawan. Bagaimana lagi dalam kondisi wabah merebak ke berbagai penjuru, apakah kita hendak mengubur kedermawanan itu di dasar bumi? Subhanallah, tentu saja tidak… kita ingin agar kedermawanan itu semakin menjulang…

Apa yang hendak kita banggakan sekarang ini? Apakah kekuasaan, jabatan, dan kemewahan? Apakah itu semua bisa membendung ganasnya wabah Corona? Bahkan negara-negara adi daya pun tumbang terkapar tak berdaya meladeni makhluk-makhluk kecil bernama virus Corona… Tidak ada tempat bagi kita bergantung dan berlindung dari segala marabahaya kecuali kepada Allah; Rabb yang menguasai alam semesta dan menciptakan segala sesuatu. Dan kini bulan istimewa yang Allah pilih bagi kita untuk berpuasa tak lama lagi tiba dengan izin Allah… Apakah kita tidak bergembira?

Saudaraku yang dirahmati Allah, nikmatnya ibadah puasa, sholat tarawih, membaca al-Qur’an, memberikan hidangan buka, santap sahur, membantu sesama insya Allah tetap bisa rasakan di bulan Ramadhan tahun ini. Bahkan kepedulian kepada sesama bisa lebih kita kuatkan. Karena orang yang terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Kita beramal salih untuk kebaikan diri kita, keluarga kita dan masyarakat kita. Musibah wabah ini adalah ujian bagi kaum beriman untuk menguji tingkat kesabaran mereka, sebagaimana ibadah puasa adalah ujian untuk kesabaran hamba-hamba Allah dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Allah berfirman (yang artinya), “Apakah manusia mengira mereka dibiarkan begitu saja mengatakan ‘Kami beriman’ kemudian mereka tidak diberi ujian. Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, agar Allah mengetahui siapakah orang-orang yang jujur dan siapakah orang-orang yang dusta.” (al-’Ankabut : 2). Sabar adalah senjata orang beriman dan perisai yang akan membentengi jiwanya dari kebinasaan, sebagaimana puasa adalah perisai baginya untuk terleindung dari panasnya sengatan api neraka.

Kita patut meneladani kesabaran para nabi; Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Yusuf, Nabi Ya’qub, Nabi Ayyub, dan Nabi kita Muhammad ‘alaihimush sholatu was salam. Sabar adalah akhlak para nabi dan para ulama. Dan dengan sebab sabar pula kaum beriman masuk ke dalam surga. Semoga Allah berikan ampunan atas dosa kita dan mempertemukan kita dengan bulan puasa dalam keadaan beriman dan tunduk kepada ajaran dan tuntunan-Nya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *