Mukadimah Kitab Tauhid (bagian 1)

Bismillah.

Alhamdulillah pada kesempatan ini Allah berikan kemudahan untuk kita untuk kembali membuka sebuah kitab karya Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah yang berjudul Kitab Tauhid.

Beliau memulai risalahnya :

بسم الله الرحمن الرحيم

Dengan menyebut nama Allah Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang

Di dalam kalimat ini terkandung tabarruk/mencari berkah dengan menyebutkan nama-nama Allah/asma’ul husna di awal tulisannya. Selain itu di dalamnya juga terkandung permohonan pertolongan kepada Allah/isti’anah, karena huruf ba’ dalam kalimat bismillah bermakna lil isti’anah.

Beliau berkata :

 الحمد لله، وصلى الله على محمد وعلى آله وسلم

Segala puji bagi Allah, salawat dan salam semoga tercurah kepada Muhammad dan segenap pengikutnya.

Kemudian beliau memuji Allah atas segala kesempurnaan nama dan sifat-Nya dan karena limpahan rahmat dan nikmat yang Allah berikan kepada segenap makhluk. Beliau juga berdoa kepada Allah agar mencurahkan salawat yaitu pujian-Nya kepada nabi di hadapan para malaikat-Nya.

Demikianlah diantara adab para ulama dalam memulai karyanya dengan basmalah dan memuji Allah dan bersalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau berkata :

كتاب التوحيد

Kitab Tauhid

Kitab ini beliau beri judul dengan Kitab Tauhid karena ia berisi pembahasan mengenai aqidah islam yaitu mentauhidkan Allah dalam hal ibadah. Inilah muata utama dakwah para nabi dan rasul. Inilah pondasi agama dan syarat diterimanya seluruh amal hamba.

Beliau berkata :

وقول الله تعالى: {وََمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ}

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Ayat ini menjelaskan mengenai wajibnya beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan segala sesembahan selain-Nya. Inilah tujuan penciptaan jin dan manusia. Para ulama salaf menafsirkan ‘beribadah kepada-Ku’ dalam ayat ini dengan ‘mentauhidkan-ku’ sebagaimana tafsiran dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, hal itu dinukil oleh al-Baghawi rahimahullah dalam tafsirnya Ma’alim at-Tanzil bahwa setiap perintah beribadah di dalam al-Qur’an maka maksudnya adalah bertauhid.

Beliau berkata :

وقوله: {وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ}

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Ayat ini mengandung penjelasan tentang hakikat tauhid; bahwa tauhid adalah beribadah kepada Allah dan menjauhi thaghut. Yang dimaksud thaghut sebagaimana dijelaskan oleh Imam Malik rahimahullah adalah segala bentuk sesembahan selain Allah. Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu juga menjelaskan bahwa thaghut adalah setan. Sahabat yang lain menjelaskan termasuk thaghut adalah para kahin/dukun dan paranormal. Yang dimaksud dengan menjauhi thaghut adalah meninggalkan syirik dan segala sarana yang mengantarkan menuju syirik.

Para ulama juga menjelaskan tentang makna ibadah. Bahwa ibadah adalah puncak perendahan diri yang disertai dengan puncak kecintaan. Ibadah mencakup ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah meliputi segala hal yang dicintai Allah baik berupa ucapan maupun perbuatan yang tampak maupun yang tersembunyi. Ada ibadah dengan lisan, ada ibadah dengan hati, dan ada ibadah dengan anggota badan.

Beliau berkata :

وقوله: {وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً

Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah menetapkan bahwa janganlah kalian beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan kepada kedua orang tua hendaklah kalian berbuat baik…” (al-Israa’ : 23)

Ayat ini menunjukkan betapa agungnya tauhid; karena perintah bertauhid disebutkan sebelum perintah berbakti kepada kedua orang tua. Ayat ini juga menjelaskan makna tauhid yaitu beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan syirik. Tauhid inilah kewajiban terbesar di dalam agama Islam. Tauhid ini merupakan kandungan dari kalimat syahadat laa ilaha illallah; di dalamnya terkandung dua rukun; penafian ibadah kepada selain Allah dan istbat/penetapan ibadah untuk Allah semata.

Bersambung insya Allah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *