Manhaj

Miskin Ilmu

Bismillah.

Salah satu sifat yang terpuji dalam diri seorang muslim adalah haus akan ilmu agama. Dengan memiliki sifat ini maka seorang hamba akan tertuntut untuk terus belajar. Karena ilmu diperoleh dengan belajar. Sebagaimana sabar juga butuh latihan.

Alkisah, beberapa tahun silam ada orang yang ditugasi untuk menguras kolam di depan rumah saudaranya. Seperti biasanya dia pun mengambil ember dan berusaha menguras air di kolam itu seember demi seember hingga airnya tinggal sedikit. tentu hal ini memakan waktu dan tenaga. Sampai suatu saat datanglah beberapa temannya yang ikut membantu menguras kolam itu dengan cara menggunakan selang air yang diisi air lalu ditutup ujungnya dan dimasukkan ke dalam kolam. Dia bilang itu karena mengikuti pelajaran di sekolah dulu; kalau gak salah hukum Archimedes.

Walhasil, ternyata kolam pun bisa terkuras dengan cara yang lebih efisien dan lebih hemat tenaga. Masya Allah, ternyata selama ini orang itu tidak mengetahui cara cerdas menguras air semacam itu. Padahal dia juga lulusan S-1. hehe… Hal ini setidaknya memberikan gambaran kepada kita bahwa ilmu itu sangat penting, bahkan dalam urusan yang dianggap remeh sekali pun.

Mungkin masih banyak contoh yang lain yang menunjukkan bahwa kita ini adalah orang-orang yang miskin ilmu dan miskin pengalaman. Jangan kita meremehkan orang lain yang mungkin kita anggap kurang berilmu atau tidak punya kedudukan yang tinggi. Kita perlu belajar untuk menjadi pribadi yang tawadhu’ atau rendah hati. Bisa jadi orang lain memiliki kemampuan yang anda tidak bisa mengerjakannya. Misalnya keahlian untuk memperbaiki pompa atau saluran air. Terkadang pompa di rumah anda rusak atau macet sedangkan anda sendiri tidak mampu memperbaikinya. Begitu pula keahlian tambal ban. Ketika ban kendaraan anda bocor bisa jadi anda sendiri tidak bisa menambalnya.

Ya, terlalu banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia ini walaupun telah diberikan berbagai keunggulan dan kemudahan ternyata masih banyak urusan yang tidak dia kuasai. Maka alangkah sombongnya kita; jika kita merasa pongah di hadapan ilmu al-Kitab dan as-Sunnah seraya merendahkan para ulama semata-mata bermodal deretan titel dan ijasah dari perguruan tinggi ternama!

Pada masa sekarang ini tidak jarang kita temukan orang yang menempatkan dirinya sejajar dengan para ulama, sementara mereka tidak mengenal ilmu agama dari sumber-sumbernya. Mereka tuduh para ulama sebagai kaum konservatif dan kaku, padahal sesungguhnya mereka lah yang tidak paham aturan agama dan dasar-dasarnya. Mereka jauhkan umat dari para ulama dengan alasan bahwa para ulama tidak mengerti realita masyarakat. Mereka ingin agar ulama tunduk kepada kepentingan dan hawa nafsu manusia.

Dalam keadaan semacam ini pantaslah kiranya kita menyimak nasihat sebagian ulama salaf, “Wajib bagimu untuk mengikuti jalan kebenaran, dan janganlah kamu risau dengan sedikitnya orang yang mengikutinya. Dan jauhilah jalan-jalan kebatilan, janganlah kamu tertipu oleh banyaknya jumlah orang yang celaka…” Ingatlah perkataan Ibnu Sirin rahimahullah, “Sesungguhnya ilmu ini adalah bagian dari agama, maka perhatikanlah oleh kalian dari siapa kalian mengambil agama kalian…”

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *