Bismillah. Wa bihi nasta’iinu.
Allah berfirman (yang artinya), “Berpegang-teguhlah kalian dengan tali Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah…” (Ali ‘Imran : 103)
Para ulama memiliki pendapat yang saling melengkapi dalam memahami maksud ayat tersebut. Diantaranya, Ibnu ‘Abbas menafsirkan ‘Berpegang-teguhlah dengan agama Allah’. Ibnu Mas’ud mengatakan ‘Yang dimaksud tali Allah adalah al-jama’ah/persatuan kaum muslimin’. Mujahid dan ‘Atha’ mengatakan ‘Yang dimaksud adalah perjanjian dengan Allah’. Qatadah dan as-Suddi menafsirkan, ‘Maksudnya adalah al-Qur’an’. Muqatil bin Hayan mengatakan, ‘Yang dimaksud adalah perintah Allah dan ketaatan kepada-Nya’ (lihat Tafsir al-Baghawi, hal. 229)
Dan tidak akan bisa terwujud persatuan umat itu kecuali dengan berpegang-teguh dengan akidah yang benar yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan meninggalkan akidah-akidah yang rusak, meninggalkan bid’ah dan khurafat. Berpegang-teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah (lihat Nashihatun wa Ta’shiilun fi Zamanil Fitan, hal. 11)
Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya faktor utama yang akan menyatukan umat ini adalah berpegang-teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta akidah yang benar. Seperti yang telah diisyaratkan oleh Imam Malik rahimahullah, “Tidak akan memperbaiki keadaan generasi akhir umat ini kecuali dengan apa-apa yang telah memperbaiki keadaan generasi awalnya.” (lihat Nashihatun wa Ta’shiilun, hal. 12)
Dengan demikian, adalah sebuah kemustahilan persatuan umat itu bisa terwujud apabila kaum muslimin memiliki akidah yang menyimpang dari jalan para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab akidah inilah yang menjadi asas persatuan. Seperti yang dinasihatkan oleh Imam al-Auza’i rahimahullah, “Hendaklah kamu mengikuti jejak orang-orang terdahulu (salafus shalih) meskipun orang-orang menolakmu. Dan jauhilah pendapat-pendapat akal manusia, meskipun mereka menghias-hiasinya dengan ucapan yang indah.”
Betapa banyak kerusakan dan perpecahan yang timbul ketika umat Islam melenceng dari jalan generasi terbaik umat ini. Lihatlah apa yang ditimbulkan oleh firqah Khawarij dalam bentuk pengkafiran dan pembunuhan serta pemberontakan.. Lihatlah apa yang ditimbulkan oleh firqah Syi’ah Rafidhah dalam bentuk pengkultusan terhadap individu dan praktek-praktek amalan yang menyimpang dan merusak… bahkan pembantaian terhadap kaum muslimin! Lihatlah apa yang ditimbulkan oleh kaum Liberal dalam bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap Islam dengan kedok kebebasan dan Hak Asasi Manusia (HAM)…
Sebesar apa pun upaya dan usaha yang dikerahkan untuk merapatkan barisan dan menjalin persatuan tetapi jika tidak dibangun di atas akidah yang benar maka mustahil persatuan dan kemuliaan itu akan terwujud. Apabila dalam perkara bersuci, sholat, zakat, puasa, dan haji kita kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah lantas mengapa dalam hal-hal akidah kita justru kembali kepada akal-akal kita, pemikiran dan perasaan kita atau tradisi dan budaya?!
Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain karena hal itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Itulah yang Allah wasiatkan kepada kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-An’am : 153)
Berkah apa yang kita harapkan apabila kita mencari jalan selain jalan nabi dan para sahabatnya?