Menjaga Puasa

Bismillah.

Tidaklah diragukan bahwa ibadah puasa termasuk pilar agama Islam yang sangat agung. Dengan puasa seorang muslim menempa kesabaran dan ketakwaan hatinya kepada Allah. Oleh sebab itu puasa bukan sekedar menahan dari makan dan minum. Lebih daripada itu puasa menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas keimanan.

Pada bulan Ramadhan, tidak sedikit orang yang lupa bahwa puasa itu wajib untuk dijaga dan dipelihara dari segala perusak dan pencemarnya. Bukanlah yang menjadi masalah utama perihal menjalankan puasa, tetapi bagaimana seorang hamba bisa menjaga puasa itu dari hal-hal yang merusaknya. Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga.

Pada momen sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan ini yang mana pada malam-malamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik daripada seribu bulan; sudah sepantasnya kita memeriksa kembali keadaan puasa dan ibadah kita selama ini. Apakah puasa ini telah kita murnikan untuk Allah dan sesuai dengan tuntunan; ataukah hanya menjadi rutinitas dan kebiasaan belaka.

Tentu kita tidak ingin termasuk golongan yang celaka; yaitu yang berlalu Ramadhan dalam keadaan dosa-dosa kita tidak diampuni oleh Allah. Hal ini mengisyaratkan bahwa dihapuskannya dosa menjadi salah satu target utama ibadah puasa. Kita juga tidak boleh lupa bahwa sebab utama dihapuskannya dosa adalah dengan bertauhid kepada Allah. Dan dalam ibadah puasa itu sendiri terkandung nilai-nilai tauhid yang sangat istimewa. Sampai-sampai dikatakan oleh para ulama bahwa ibadah puasa itu tidak bisa tersusupi dengan riya’. Karenanya, di dalam hadits qudsi disebutkan bahwa “Puasa itu untuk-Ku, dan Aku lah yang akan langsung membalasnya.”

Karena itulah pada akhir-akhir Ramadhan ada syariat beri’tikaf di masjid. Ia menjadi salah satu sarana untuk menjaga ibadah puasa. Selain menjadi jalan untuk mendongkrak pahala serta memperkuat penghambaan kepada Allah. Dari sinilah kiranya penting bagi para pengurus masjid untuk bisa menjaga masjid agar tidak dicemari dengan kegiatan dan aktifitas yang merusak nilai ibadah dan ketakwaan. Kegiatan belajar dan membaca al-Qur’an harus semakin digiatkan. Jangan sampai malam-malam yang mulia ini berlalu dalam keadaan kita justru tenggelam dalam kelalaian dan kesia-siaan; bagaimana lagi jika hal itu dilakukan di masjid?!

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *