Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia. Janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, karena hal itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.” (Al-An’am : 153)
Jalan yang lurus adalah jalan Allah ta’ala. Jalan yang ditempuh oleh para nabi dan rasul serta pengikut setia mereka. Allah berfirman (yang artinya), “Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang yang dimurkai, bukan pula jalan orang yang sesat.” (Al-Fatihah : 5-7)
Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama dengan orang-orang yang Allah beri kenikmatan kepada mereka yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada’, dan orang-orang salih, dan mereka itulah sebaik-baik teman.” (An-Nisaa’ : 69)
Jalan yang lurus adalah jalan ahli tauhid, bukan jalan kaum musyrikin. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Inilah jalanku. Aku menyeru menuju Allah di atas bashirah/ilmu, inilah jalanku dan orang-orang yang mengikuti. Dan maha suci Allah, aku bukan termasuk golongan orang-orang musyrik.” (Yusuf : 108)
Allah ta’ala berfirman mengisahkan dakwah para rasul-Nya ‘alaihimus salam (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl : 36). Allah juga berfirman (yang artinya), “Tidaklah Kami utus seorang rasul pun sebelum kamu kecuali telah Kami wahyukan kepadanya; bahwa tiada sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku saja.” (Al-Anbiyaa’ : 25)
Jalan yang lurus ini adalah jalan kaum beriman dan beramal salih. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (Al-‘Ashr : 1-3)
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu sekedar angan-angan atau menghias-hiasi penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan.”
Jalan yang lurus ini adalah jalan Islam. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya dan kelak di akhirat dia akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85)
Jalan yang lurus ini adalah jalan ketaatan kepada rasul. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada rasul maka sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (An-Nisaa’ : 80). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti selain jalan orang-orang beriman, maka Kami akan membiarkan dia terombang-ambing dalam kesesatan yang dipilihnya, dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam. Dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisaa’ : 115)
Jalan yang lurus ini adalah jalan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, jalan kaum Muhajirin dan Anshar radhiyallahu’anhum ajma’in. Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama yaitu Muhajirin dan Anshar, dan juga orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Allah siapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (At-Taubah ; 100)
Imam Al-Auza’i rahimahullah berkata, “Hendaklah kamu berjalan mengikuti jejak-jejak kaum salaf/terdahulu (para sahabat) meskipun orang-orang menolakmu. Dan jauhilah pendapat-pendapat manusia, meskipun mereka menghias-hiasinya dengan ucapan yang indah.”
Imam Malik rahimahullah berkata, “Tidak akan bisa memperbaiki generasi akhir umat ini kecuali apa-apa yang telah memperbaiki generasi awalnya.”
Jalan yang lurus ini adalah Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi bid’ah. Karena semua bid’ah adalah sesat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengada-adakan di dalam urusan/agama kami ini yang bukan berasal darinya maka ia pasti tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Imam Malik rahimahullah berkata, “Sunnah adalah bahtera Nuh. Barangsiapa yang menaikinya dia pasti selamat, dan barangsiapa yang tertinggal darinya maka dia pasti tenggelam.”
Jalan yang lurus ini adalah jalan keikhlasan, bukan jalan riya’ dan kemunafikan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersektukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (Al-Kahfi : 110)
Allah ta’ala juga berfirman tentang amalan orang yang riya’ dan orang kafir (yang artinya), “Dan Kami hadapkan semua amal yang dahulu mereka kerjakan kemudian Kami jadikan ia bagaikan debu yang beterbangan.” (Al-Furqan : 23)
Jalan yang lurus adalah jalan yang dibentangkan di atas ilmu, bukan jalan yang dibangun di atas kebodohan. Allah berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati itu semua akan dimintai pertanggungjawabanya.” (Al-Israa’ : 36)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah pahamkan dia dalam urusan agama.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Manusia jauh lebih membutuhkan ilmu daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali. Adapun ilmu dibutuhkan sebanyak hembusan nafas.”
Jalan yang lurus adalah jalan orang yang takut kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan adapun orang yang merasa takut akan kedudukan Rabbnya dan dia menahan dari memperturutkan hawa nafsunya maka sesungguhnya surga itulah tempat tinggalnya.” (An-Nazi’at : 40-41)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Bukanlah ilmu itu dengan banyaknya riwayat, akan tetapi hakikat ilmu adalah rasa takut kepada Allah.” Ibnu Tamiyah rahimahullah berkata, “Setiap orang yang takut kepada Allah maka dia lah orang yang ‘alim/ahli ilmu.”
Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata, “Aku bertemu dengan tiga puluh orang Sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mereka semuanya merasa takut dirinya terjangkit kemunafikan.” Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Tidaklah mengkhawatirkan hal itu kecuali mukmin dan tidaklah merasa aman darinya kecuali orang munafik.”