Tujuan Hidup
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)
Allah menciptakan kita bukan untuk sebuah kesia-siaan. Ada hikmah dan tujuan yang sangat agung di dalamnya, yaitu agar kita tunduk beribadah kepada Allah semata. Oleh sebab itu Allah mengutus segenap rasul untuk mengajak manusia kepada tauhid dan meninggalkan syirik. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)
Makna Tauhid
Tauhid adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Mempersembahkan ibadah kepada Allah semata dan mengingkari segala sesembahan selain-Nya. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Dan sembahlah Allah, janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu pun.” (an-Nisaa’ : 36)
Ibadah adalah hak Allah. Tidak boleh menujukan ibadah kepada selain-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas segenap hamba adalah hendaklah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu pun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Makna dan Bahaya Syirik
Syirik adalah mengangkat sesembahan tandingan bagi Allah atau menujukan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah memerintahkan bahwa janganlah kalian beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan kepada kedua orang tua hendaklah kalian berbuat baik.” (al-Israa’ : 23)
Syirik menyebabkan pelakunya kekal berada di dalam neraka dan haram masuk surga. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan kepadanya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang pun penolong.” (al-Ma-idah : 72)
Hakikat Ibadah
Secara bahasa ibadah bermakna perendahan diri dan ketundukan. Adapun menurut syari’at yang dimaksud dengan ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah dengan melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sebagaimana yang telah diajarkan oleh rasul-rasul-Nya. Ibadah harus dilandasi dengan kecintaan dan pengagungan kepada Allah.
Beribadah dengan menjalankan perintah misalnya adalah dengan mendirikan sholat, berdzikir, menunaikan zakat, bersedekah, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Adapun beribadah dengan meninggalkan larangan misalnya adalah dengan meninggalkan zina, khamr, judi, riba dan berbagai bentuk perbuatan terlarang lainnya. Oleh sebab itu ibadah memiliki cakupan luas, meliputi segala hal yang dicintai dan diridhai Allah berupa ucapan dan perbuatan baik yang tampak secara fisik maupun yang tersembunyi di dalam hati.
Syarat Ibadah
Ibadah hanya akan diterima apabila ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana telah diterangkan di dalam ayat (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka ia pasti tertolak.” (HR. Muslim)
Makna Kalimat Tauhid
Ikhlas merupakan salah satu syarat utama agar ibadah dan amal salih diterima di sisi Allah. Ikhlas inilah kandungan dari kalimat tauhid laa ilaha illallah. Sebab makna kalimat tauhid ini adalah ‘tidak ada yang berhak disembah selain Allah’. Oleh sebab itu seorang muslim tidak layak mempersembahkan ibadah kepada selain Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah adalah yang maha benar sedangkan apa-apa yang mereka seru/sembah selain-Nya adalah -sesembahan yang- batil.” (al-Hajj : 62)
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu -Muhammad- seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada ilah/sesembahan -yang benar- selain Aku, maka sembahlah Aku -saja-.” (al-Anbiyaa’ : 25)
Wajib Taat Kepada Rasul
Salah satu syarat ibadah adalah harus mengikuti tuntunan. Karena sesungguhnya agama Islam ini sudah sempurna. Tidak ada satu pun kebaikan kecuali sudah ditunjukkan, dan tidak ada satu pun keburukan kecuali telah diperingatkan. Maka wajib bagi setiap muslim untuk tunduk dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah kandungan dari syahadat anna Muhammadar rasulullah. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa taat kepada rasul itu maka sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (an-Nisaa’ : 80)
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah pantas bagi seorang mukmin lelaki dan perempuan apabila Allah dan rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara kemudian masih ada bagi mereka pilihan lain dalam urusan mereka. Barangsiapa durhaka kepada Allah dan rasul-Nya maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (al-Ahzab : 36)
Keutamaan Tauhid
Tauhid merupakan sebab masuk ke dalam surga dan selamat dari api neraka. Bahkan dengan tauhid yang bersih akan mendatangkan keamanan dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana Allah jelaskan dalam ayat (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman/syirik maka mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah yang diberikan petunjuk.” (al-An’am : 82)
Tauhid adalah sebab keselamatan pada hari kiamat. Allah berfirman (yang artinya), “Pada hari itu -kiamat- tidaklah berguna harta dan keturunan kecuali bagi orang yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat.” (asy-Syu’araa’ : 88-89)
Keutamaan Mengikuti Rasul
Mengikuti rasul adalah sebab masuk surga dan mendapatkan kecintaan Allah serta ampunan dari-Nya. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Katakanlah -hai Muhammad-; Jika kalian mengaku mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku niscaya dia masuk surga, dan barangsiapa durhaka kepadaku maka dia itulah orang yang enggan -masuk surga-.” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya tidaklah seorang pun diantara umat ini yang mendengar kenabianku apakah dia Yahudi atau Nasrani, lantas dia meninggal dalam keadaan tidak beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia pasti akan termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim)
Keutamaan Mengikuti al-Qur’an
al-Qur’an adalah kitab Allah yang berisi petunjuk bagi umat manusia yang akan mengantarkan mereka menuju kebahagiaan. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma menjelaskan, “Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya; bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka nanti di akhirat.”
Keutamaan Iman dan Amal Salih
Iman dan amal salih adalah sebab keberuntungan. Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3)
Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan sementara dia dalam keadaan beriman maka pasti Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan benar-benar Kami akan memberikan kepada mereka balasan yang lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl : 97)
Hakikat Iman
Iman mencakup keyakinan di dalam hati, ucapan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan. Iman bertambah karena ketaatan dan menjadi berkurang karena maksiat. Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu semata-mata dengan angan-angan atau menghias-hias diri. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan-amalan.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman ada tujuh puluh lebih cabang. Yang paling tinggi adalah ucapan laa ilaha illallah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Makna Islam
Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan, serta berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Islam mencakup amalan hati dan amalan anggota badan. Tidak cukup amalan hati tanpa amal anggota badan, sebagaimana tidak cukup amal anggota badan apabila tidak disertai dengan amalan hati. Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata, “Aku telah bertemu dengan tiga puluh orang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara mereka semuanya merasa takut dirinya tertimpa kemunafikan. Tidak ada seorang pun diantara mereka yang mengatakan bahwa imannya sejajar dengan iman Jibril dan Mika’il.”
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya dengan hanif, dan mendirikan sholat, serta menunaikan zakat. Dan itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah : 5)
Rukun Islam
Di dalam hadits Jibril, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang pokok-pokok islam ada lima; yaitu syahadat laa ilaha illallah wa anna muhammadar rasulullah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah bagi yang mampu.
Diantara kelima rukun ini yang paling pokok adalah dua kalimat syahadat. Oleh sebab itu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, beliau berpesan kepadanya, “Hendaklah yang paling pertama kamu serukan kepada mereka adalah syahadat laa ilaha illallah wa anna muhammadar rasulullah.” dalam riwayat lain disebutkan, “Supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim, kalimat yang terakhir adalah riwayat Bukhari)
Rukun Iman
Di dalam hadits Jibril pula, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa pokok keimanan itu mencakup enam hal; iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir. Barangsiapa tidak meyakini salah satunya maka dia bukan termasuk orang beriman.
Diantara keenam rukun ini yang paling pokok adalah iman kepada Allah. Iman kepada Allah ini juga telah terkandung di dalam syahadat laa ilaha illallah. Iman kepada Allah mencakup iman kepada wujud Allah, rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
Mengimani rububiyah Allah maksudnya adalah meyakini bahwa Allah satu-satunya pencipta, penguasa, dan pengatur alam semesta. Mengimani uluhiyah Allah maksudnya meyakini dan melaksanakan ibadah kepada Allah semata dan meninggalkan semua sesembahan selain-Nya. Mengimani nama dan sifat Allah maksudnya kita yakin bahwa Allah memiliki nama-nama yang terindah dan sifat-sifat yang sempurna sebagaimana telah disebutkan di dalam ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.