Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, surat al-Fatihah memiliki kedudukan yang sangat agung. Diantara buktinya adalah ia pembuka dalam mushaf al-Qur’an. Selain itu, al-Fatihah juga disebut sebagai Ummul Kitab; induk al-Qur’an karena makna-makna ajaran al-Qur’an berporos dan kembali kepada makna-makna yang ada di dalam surat ini.
Diantara kandungan pokok surat al-Fatihah ini adalah tauhid. Sebagaimana kita ketahui, bahwa tauhid terbagi menjadi tiga; tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma’ wa shifat. Tauhid rububiyah terkandung dalam kalimat alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Tauhid uluhiyah terkandung dalam kalimat iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Tauhid asma’ wa shifat terkandung dalam arrahmanirrahim dan maaliki yaumiddiin.
Selain itu di dalam al-Fatihah ini juga terkandung dua macam doa; doa ibadah dan doa mas’alah. Doa ibadah adalah berupa pujian dan sanjungan serta segala bentuk ibadah kepada-Nya. Adapun doa mas’alah adalah permintaan dan permohonan berbagai kebutuhan hamba kepada-Nya. Kedua macam doa ini hanya boleh ditujukan kepada Allah dan tidak boleh dipalingkan kepada selain-Nya.
Di dalam surat al-Fatihah juga terkandung penetapan risalah/kerasulan; bahwasanya Allah mengutus para rasul kepada umat manusia untuk menjelaskan kepada mereka tata-cara beribadah kepada-Nya. Para rasul itulah yang menunjukkan jalan yang lurus.
Di dalam surat al-Fatihah ini juga terkandung penetapan iman kepada hari kebangkitan dan pembalasan amal. Sehingga hal ini akan memberikan motivasi untuk beramal dan menanamkan rasa takut terhadap hukuman dan azab Allah.
Di dalam surat al-Fatihah ini juga terdapat pilar-pilar ibadah, yaitu cinta, harap, dan takut. Di dalam surat ini juga terdapat peringatan untuk tidak mengikuti jalan orang-orang yang dimurkai -seperti halnya Yahudi- dan jalan orang-orang sesat -seperti halnya Nasrani-.
Di dalam surat ini juga terkandung perintah untuk menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu yang telah dimiliki. Selain itu, surat ini juga mengandung peringatan keras dari bahaya para ulama suu’ serta ahli ibadah yang bodoh.
Di dalam surat ini juga terkandung kewajiban untuk bertawakal kepada Allah dan menjauhi sifat ujub dan sombong. Selain itu di dalam surat ini juga terkandung kewajiban untuk mengikhlaskan amal kepada Allah semata dan menjauhi riya’.
Di dalam surat ini juga terkandung bantahan bagi para penolak sifat Allah. Di dalam surat ini juga terdapat bantahan bagi para pengingkar hari kebangkitan. Selain itu di dalamnya juga terkandung bantahan bagi kaum musyrikin dan pemuja berhala.
Diantara ulama yang membuat tulisan atau pembahasan khusus seputar faidah surat al-Fatihah ini adalah; Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam risalahnya Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah. Kemudian risalah ini juga dijelaskan oleh Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah yang kemudian diterbitkan menjadi kitab Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah.
Demikian pula, Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah dalam kitab beliau Min Kunuz al-Qur’an al-Karim. Begitu pula putra beliau Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin hafizhahullah dalam kitabnya Min Hidayati Surah al-Fatihah. Begitu pula, Syaikh Abdullah bin Ibrahim al-Qar’awi hafizhahullah dalam kitab beliau Tafsir Surah al-Fatihah. Demikian juga Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh hafizhahullah yang membahas secara khusus kandungan surat al-Fatihah ini.
Diantara urgensi membahas kandungan surat ini juga adalah karena faidah-faidah ilmu tauhid dan akidah serta manhaj yang sangat penting di dalamnya. Selain itu, apabila kita bandingkan dengan kitab-kitab matan ilmu tauhid seperti qawa’id arba’ atau tsalatsatul ushul ataupun alwajibat maka tentu saja surat al-Fatihah jauh lebih sederhana dan lebih dikenal oleh masyarakat luas; sehingga dengan begitu memperkenalkaan akidah kepada umat akan jauh lebih mudah dan lebih membekas insya Allah.
Demikian pula apabila seorang ingin menjelaskan dasar-dasar manhaj yang pokok untuk masyarakat awam maka kiranya membaca tafsir surat al-‘Ashr dan menggali kandungan ilmu dan hikmah yang ada di dalamnya akan jauh lebih mudah diterima dan lebih mudah dipahami apabila dibandingkan dengan membaca kitab-kitab matan. Dan ini sama sekali bukan untuk merendahkan kedudukan kitab-kitab matan, akan tetapi sekedar mempermudah penyampaian materi dakwah tauhid ini bagi umat Islam secara umum.
Dan apabila kita cermati lebih teliti juga ternyata inilah yang diterapkan oleh para ulama -diantaranya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab- di dalam karya-karyanya. Sebagaimana ketika beliau membahas faidah dari surat al-‘Ashr di awal risalahnya Tsalatsatul Ushul. Demikian pula dalam awal risalah al-Qawa’id al-Arba’; bahwa yang lebih beliau tekankan adalah meringkas materi-materi dasar ini dengan bahasa yang mudah dan padat sehingga lebih mudah dicerna dan dimengerti oleh masyarakat luas.
Oleh sebab itulah, perlulah kiranya bagi kita untuk mengkaji lebih dalam faidah-faidah dari surat al-Fatihah ini. Sehingga dengan demikian kita akan bisa memetik faidah ilmu tauhid, akidah, dan manhaj dari dalamnya; untuk kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari dan juga untuk kita sebarkan kepada umat Islam di sekitar kita.
Bersambung insya Allah.