Bismillah.
Tidaklah diragukan bahwa rumah yang bersih akan membuat nyaman orang yang tinggal di dalamnya dan membuat nyaman orang yang datang bertandang ke sana. Sebenarnya aktifitas membersihkan halaman atau menyapu halaman bukanlah aktifitas yang berat dan menguras banyak waktu dan tenaga kecuali jika halaman yang dibersihkan itu sangat luas.
Apabila seorang tinggal di sebuah rumah yang dekat dengan pepohonan maka seringkali dedaunan yang rontok tertiup angin dan menerpa pekarangan rumahnya. Begitu pula halnya gedung atau bangunan perkantoran yang di sekitarnya ditumbuhi pepohonan. Selain itu adanya sampah dari perbuatan manusia bisa jadi mengotori halaman dan menambah suasana semakin kurang nyaman. Seperti itulah gambaran sekilas yang sepatutnya diperhatikan oleh para pengurus dan perawat rumah. Bagaimana lagi jika yang diurus itu adalah rumah Allah alias masjid. Tentu perhatian untuk membersihkan bagian dalam dan luar masjid adalah suatu keniscayaan.
Kita tentu masih ingat kisah seorang badui yang kencing di masjid kemudian ditegur dengan halus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kisah ini mengandung banyak faidah, salah satunya adalah hendaknya masjid selalu dijaga kebersihannya. Hal itu disebabkan masjid adalah bangunan yang dipakai untuk sholat, berdzikir kepada Allah, dan membaca ayat-ayat al-Qur’an. Masjid adalah tempat di muka bumi ini yang paling dicintai oleh Allah. Sholat merupakan amalan yang paling wajib setelah dua kalimat syahadat. Dzikir merupakan amalan yang menjadi sebab hidupnya hati. Sementara al-Qur’an yang dibacakan akan memberikan tambahan iman pada diri kaum beriman.
Di dalam masjid itu akan ditemukan berkumpulnya banyak kebaikan. Oleh sebab itu para ulama terbiasa dan sangat senang membuka majelis ilmu di masjid-masjid. Diantara sebabnya adalah karena hal itu menjadi sebab turunnya ketenangan dan terliputi dengan kasih sayang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam salah satu rumah Allah seraya membaca Kitabullah dan mempelajari isinya diantara mereka kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, meliputi mereka kasih sayang, para malaikat pun mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Majelis ilmu adalah majelis untuk mengingat Allah dan ayat-ayat-Nya. Mengingat Allah itu sendiri merupakan sebab hidupnya hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang senantiasa mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak ingat kepada Rabbnya adalah seperti perumpamaan orang hidup dengan orang mati.” (HR. Bukhari). Salah satu keutamaan dzikir adalah menjadi sebab pelakunya mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Ketika menyebutkan tujuh golongan yang akan diberi naungan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa salah satunya adalah, “Dan seorang lelaki yang mengingat Allah dalam kesendirian/sepi lantas berlinanglah air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Karena besarnya keutamaan masjid inilah Allah menyandingkan perintah berdoa kepada Allah -yang itu merupakan ibadah yang paling agung- dengan penegasan bahwa seluruh masjid itu adalah milik-Nya. Hal itu mengisyaratkan bahwa masjid tidaklah dibangun melainkan untuk mentauhidkan-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian berdoa/menyeru bersama dengan Allah siapa pun juga.” (al-Jin : 18). Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah tidak ridha dipersekutukan bersama-Nya siapa pun juga dalam hal ibadah kepada-Nya, apakah itu berupa malaikat yang dekat -dengan Allah- ataupun seorang nabi utusan-Nya.” (lihat Tsalatsatul Ushul)
Hal ini mengingatkan kita pula akan ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah tentang makna ibadah, bahwa ibadah itu mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah. Sementara Allah tidak meridhai kesyirikan dan kekufuran. Oleh sebab itu para ulama kita menegaskan bahwa ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah yang benar kecuali apabila disertai tauhid. Tanpa tauhid kepada Allah maka segala amalan akan lenyap dan sia-sia. Allah berfirman (yang artinya), “Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)
Masjid adalah rumah Allah. Semua rumah adalah milik Allah, tetapi karena masjid memiliki keutamaan dan keistimewaan dibanding rumah-rumah yang lainnya maka ia disandarkan kepada Allah. Oleh sebab itu sudah selayaknya masjid-masjid itu mendapatkan perhatian dalam hal kebersihannya secara fisik maupun kebersihannya secara non fisik. Kebersihan secara fisik dipelihara dengan merawat kondisi bagian dalam dan luar masjid dari berbagai kotoran dan najis. Adapun kebersihan non fisik adalah dengan menjaga masjid dari berbagai bentuk kerusakan aqidah, syirik dan penyimpangan dari syari’at Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah melaknat Yahudi dan Nasrani karena mereka telah menjadikan kubur-kubur nabi mereka sebagai masjid/tempat ibadah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Merawat masjid dan mengurus masjid tentu tercakup dalam kategori amalan yang paling utama. Mengapa demikian? Karena masjid adalah tempat yang setiap hari digunakan untuk beribadah kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah ta’ala adalah yang paling terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Muslim). Tidak kurang dari lima kali dalam 24 jam masjid dipakai untuk sholat berjama’ah dan setiap pekannya digunakan untuk sholat jum’at dan khutbah jum’at. Betapa besar keutamaan dan pahala yang akan diraih bagi para pengurus masjid apabila diberi taufik oleh Allah untuk merawat masjid dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Terkadang kita jumpai masjid yang kurang terawat dan terjaga kebersihannya. Tentu hal ini adalah fenomena yang cukup memprihatinkan. Terkadang tugas membersihkan masjid agak diremehkan atau bahkan dianggap beban yang memberatkan. Hendaknya para takmir masjid bertakwa kepada Allah dan berusaha sekuat tenaga untuk mengupayakan kebersihan masjid bisa terjaga. Begitu pula bagi para pemuda -yang Allah berikan nikmat waktu luang dan kesehatan- bisa jadi dengan membersihkan dan merawat masjid ini menjadi sebab anda meraih keutamaan dan pahala besar di sisi Allah. Semoga dengan anda membantu merawat masjid itu pun termasuk dalam kategori melaksanakan perintah Allah untuk tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa.
Jogjakarta sebuah kota yang terkenal dengan banyak pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah yang tinggal dan mencari ilmu di dalamnya. Bukanlah aib apabila sebagai seorang pelajar atau mahasiswa muslim ketika anda aktif ikut menjaga kebersihan masjid dan membantu kegiatan ibadah di dalamnya. Bahkan itu merupakan sebuah karunia dari Allah dan kesempatan berharga bagi anda.
Kami teringat dahulu ketika Bapak Ridwan Kadir rahimahullah -Ketua Takmir Masjid Pogung Raya di masanya- menceritakan ada orang tua mahasiswa yang anaknya menjadi penjaga masjid atau takmir mahasiswa kemudian merasa sedikit keberatan karena anaknya menjadi ‘tukang sapu’ masjid. Maka beliau pun mengingatkan bahwa hal itu termasuk amalan yang sangat mulia.
Kami berusaha belajar dan mengambil faidah dari para guru kami yang dulunya di masa muda adalah para pembantu kegiatan masjid seperti Ustaz Afifi dan Ustaz Fauzan, semoga Allah menjaga mereka berdua dan memberkahi umur dan waktunya. Begitu pula keteladanan yang kami saksikan dari para ustaz lainnya yang ketika kuliah juga aktif mengurus masjid semacam Ustaz Abu Yazid, Ustaz Ammi Nur Ba’its dan Ustaz Didik Suyadi, semoga Allah merahmati kita dan mereka. Menjaga kebersihan masjid dalam makna yang luas adalah bagian dari kehidupan mereka.
Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi segenap pembacanya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Yogyakarta, 28 Syawwal 1440 H
Penyusun : Redaksi al-mubarok.com