Bismillah.
Ramadhan bulan yang ditunggu kian mendekat di hadapan. Kegembiraan di hati kaum beriman menyambut musim penuh kebaikan dan ganjaran. Seorang muslim merindukan ketaatan dan amal salih di waktu-waktu itu. Sebab keimanan dan semangatnya menjadi semakin mengokoh. Ibadahnya pun semakin bertambah.
Saudaraku yang dirahmati Allah, tidaklah diragukan bahwa Ramadhan memberikan kesempatan yang sangat luas bagi para pencari keutamaan. Berbagai pintu kebaikan dibuka bagi kaum muslimin perindu surga. Sehingga bulan Ramadhan bukan sekedar bulan puasa, tetapi juga bulan untuk meraup sejuta pahala… Allahu akbar!
Kerinduan bertemu tamu yang mulia itu semakin membuncah di akhir Sya’ban. Hari demi hari menjelang Ramadhan menjadi saat-saat yang sangat berharga untuk mempersiapkan ‘penyambutan istimewa’ untuk tamu yang super istimewa. Sebab di dalam rombongan tamu itu ada sebuah malam yang lebih baik daripada 1000 bulan yang pernah ditemui oleh umat manusia. Ya, Rabb… pertemukan kami dengan bulan itu dalam keadaan sehat dan penuh keimanan kepada-Mu dan kepatuhan terhadap syariat-Mu…
Ramadhan membuat kita menahan haus dan lapar di siang hari. Bukan karena perintah dokter, ketua RW atau instruksi Presiden. Akan tetapi ini adalah sebuah aturan dan bimbingan dari Rabb penguasa langit dan bumi kepada kita sebagai hamba-Nya. Maka tidak ada ‘pilihan’ untuk kita kecuali mematuhi dan menjalankannya dengan suka cita.
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidak pantas bagi orang yang beriman lelaki dan perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara kemudian masih ada bagi mereka pilihan yang lain dalam urusan mereka itu…” (al-Ahzab : 36). Ibadah puasa menjadi manifestasi keimanan seorang muslim.
Iman bukan sekedar keyakinan, atau semata ucapan dan pengakuan. Akan tetapi iman mencakup keyakinan hati, ucapan lisan dan amal dengan anggota badan. Ibadah puasa akan bernilai di hadapan Allah jika dibangun di atas keimanan dan pengharapan terhadap pahala-Nya. Oleh sebab itu perintah puasa ini ditujukan kepada mereka yang telah memegang erat iman dalam lubuk hatinya.
Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 183). Kewajiban puasa ini menjadi ibadah yang sangat penting dan mulia; sehingga Allah wajibkan kepada segenap umat beriman. Bahkan rukun Islam tidak lengkap tanpanya. Hal ini menunjukkan ibadah puasa Ramadhan sangat urgen dalam kehidupan seorang muslim dalam perjalanan hidupnya di alam dunia.
Bulan Ramadhan momen yang sangat berharga baginya. Sebab puasa membuktikan pengabdian seorang hamba kepada Rabbnya, sebagaimana sholat dan zakat pun menunjukkan ketundukan dirinya kepada Allah. Sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama bahwa islam itu merupakan kepasrahan kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan, dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya.
Puasa mengandung ibadah sabar. Yang mana seorang muslim bersabar menjalankan perintah Allah untuk menahan haus dan lapar sejak fajar hingga matahari terbenam. Ini merupakan madrasah aqidah dan ladang keimanan untuknya. Dengan puasa imannya menguat, dan dengan puasa keikhlasannya terpancar. Sebab ia bersabar dalam menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidupnya. Sebagaimana ia juga bersabar menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah selama ia menjalani ibadah puasa… Ini semua butuh pada mujahadatun nafs/perjuangan untuk menaklukkan hawa nasfu kepada perintah dan aturan Allah.
Dengan demikian bulan Ramadhan membuka kesempatan yang sangat lebar bagi umat Islam untuk mengekspresikan cinta dan pengagungan mereka kepada Allah. Dengan sholat, puasa, sedekah, nasihat, dakwah, membantu orang yang kesulitan, menyambung hubungan, berbakti kepada orang tua, dsb. Benar-benar menjadi musim berseminya amal salih dan media tumbuhnya tunas ketakwaan semakin tinggi menjulang.
Di bulan Ramadhan pula, akan menguat imannya kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan iman kepada takdir. Sebagaimana semakin tebal keyakinan dirinya kepada keagungan Allah dengan segala nama dan sifat-Nya. Dia yakin Allah Mahamengetahui dan mengawasi amal-amalnya. Allah Maha melihat dan Maha mendengar. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah.
Bulan Ramadhan juga membuatnya semakin akrab dengan al-Qur’an petunjuk kehidupan. Hal itu lah yang membuatnya semakin bahagia di saat lapar dan dahaga menerpa tubuhnya. Tetapi hatinya penuh kegembiraan dan kelezatan dalam mengabdi kepada Rabbnya. Kebahagiaan bersama petunjuk al-Qur’an. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)
Di bulan Ramadhan ia diperintahkan untuk melazimi al-Qur’an. Meresapi keindahan dan kesempurnaan ayat-ayat-Nya. Merenungkan kaidah dan arahan yang Allah berikan untuk manusia. Tiada hari tanpa membaca ayat-Nya, menyimak kalam-Nya dan menghadirkan hati dalam dzikir dan tilawahnya. Sungguh, kelezatan dan kenikmatan tiada tara yang akan melejitkan semangatnya dalam ibadah dan beramal salih.
Ada hikmah yang sangat besar dan maslahat yang agung di balik ibadah puasa. Seorang hamba meninggalkan apa-apa yang disukai oleh hawa nafsunya demi mengharapkan keridhoan Allah kepada dirinya. Karena keridhoan Allah jauh lebih penting dan lebih berharga baginya dari segala sesuatu. Ini merupakan aplikasi aqidah dalam hari demi hari yang dilalui oleh seorang muslim pada bulan puasa. Dia ingin meraih kecintaan dan keridhoan Allah… sehingga dia tunduk kepada perintah dan larangan-Nya, dia pun tidak ingin membuat Allah murka…
Inilah hakikat puasa yang jarang disadari oleh banyak orang. Puasa tanpa pondasi aqidah dan tauhid laksana badan tanpa ruh, kosong, hampa dan seperti bangkai yang ‘berjalan’ kesana-kemari tanpa nyawa. Dia hanya tersiksa, haus dan lapar tanpa memetik pahala dan keridhoan Rabbnya. Oleh sebab itu puasa yang hakiki akan menjaga pelakunya dari keburukan lisan dan perilakunya. Sebagaimana halnya sholat yang khusyu’ dan ikhlas akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.
Jelas, yang kita bahas di sini bukan puasa secara fisik semata. Sebab semua orang pun bisa melakukannya, orang atheis sekali pun bisa. Sangat keliru jika anda melihat puasa sekedar olah fisik dengan menahan makan dan lapar sekian jam lamanya, hanya untuk diet atau menurunkan berat badan serta membersihkan penyakit. Puasa jauh lebih berharga dan lebih mulia! Karena itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan tentang puasa : ‘laa mitsla lahu‘ yaitu tidak ada yang serupa atau sebanding dengannya… Begitu istimewanya ibadah ini…
Ya Allah, mungkin selama ini kita sering lalai atau lupa bahwa ibadah puasa ini adalah tangga keimanan yang akan meningkatkan derajat dan posisi kita di hadapan Allah. Derajat sabar. Tingkatan ihsan dan muraqabah. Kedudukan ikhlas dalam beramal. Apa yang lebih berharga daripada itu semua?!
Mudah-mudahan sedikit coretan ini memberikan motivasi bagi kami dan segenap pembaca untuk lebih memahami dan meresapi manfaat dan kedudukan yang sangat agung dari ibadah puasa dalam bingkai aqidah dan syariat Islam. Indahnya Ramadhan tidak akan terasa dan membekas kecuali dengan iman dan aqidah tauhid yang kuat di dalam dada, ingatlah hal itu wahai saudaraku… semoga Allah merahmatimu…
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com