Kondisi Zaman Yang Semakin Bertambah Buruk

1517682_525583004207302_1926010227_n

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan :

عن الزبير بن عدي قال أتينا أنس بن مالك فشكونا إليه ما نلقى من الحجاج فقال اصبروا فإنه لا يأتي عليكم زمان إلا الذي بعده شر منه حتى تلقوا ربكم سمعته من نبيكم صلى الله عليه وسلم

Dari az-Zubair bin Adi, dia berkata : Kami pernah mendatangi Anas bin Malik lalu kami mengeluhkan kepadanya mengenai apa-apa yang kami dapatkan dari al-Hajjaj -berupa tekanan dan kekejaman, pent-, maka beliau berpesan, “Sabarlah kalian, karena sesungguhnya tidaklah datang kepada kalian suatu zaman, kecuali zaman yang sesudahnya lebih buruk daripada sebelumnya, sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian. Aku mendengarnya dari Nabi kalian shallallahu’alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Fitan)

Allah ta’ala berfirman

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia itu mengira, dia akan dibiarkan begitu saja mengatakan ‘Kami beriman’ kemudian mereka tidak diuji/tidak difitnah?” (QS. al-‘Ankabut : 2)

Syaikh Sulaiman ar-Ruhaili hafizhahullah berkata :

قد يكون الإنسان طالب علم نفع الله به في مجاله، فيُحمَد فيقال: أنت علامة، أنت عالم، أنت إمام المسلمين! فيُفتن بهذا فيُصبح يتكلم في كل شيء، ثم ينقلب من أن يتكلم بما يُصلح الناس إلى أن يتكلم بما يُصالِح الناس، فيُفتَن بالناس.
فالمسلم قد يُفتن بالناس؛ سواء من جهة التشنيع أو من جهة الحمد.

Terkadang seorang insan menjadi penimba ilmu yang Allah berikan manfaat dengan sebab dirinya dalam bidangnya. Kemudian orang itu pun dipuji, semisal dikatakan kepadanya, “Kamu adalah ‘allamah [ahli dalam banyak bidang ilmu], kamu adalah ‘aalim, kamu adalah imam/pemimpin dan teladan kaum muslimin’!

Kemudian dia pun terfitnah dengan sebab pujian ini. Sehingga dia pun berbicara dalam segala hal, lalu dia berubah dari berbicara dengan hal-hal yang memperbaiki keadaan manusia menjadi berbicara demi mencari simpati dan dukungan manusia. Sehingga dia pun terfitnah disebabkan manusia. Ini artinya, seorang muslim bisa jadi terfitnah/terseret dalam keburukan akibat pengaruh orang lain; baik dalam bentuk celaan atau pujian yang mereka sampaikan.

[dinukil dari penjelasan beliau terhadap Kitab al-Fitan wa Asyrath as-Sa’ah dari Sahih Muslim]

Beliau juga menjelaskan :

والمعاصي كلها فتنة، وكل من فُتن بشيء من المعاصي والشهوات المحظورة فهو مفتون. وقد يكون في هذا الباب من الفتنة ما هو أشدّ من مجرد المعصية -كما ذكره الحافظ ابن عبد البر-؛ ألا وهو الإصرار على المعصية والإقامة على الذنب، فالإصرار على المعصية أمره خطير حتى في الصغائر، ولذلك جاء عن السلف: “لا كبيرة مع الاستغفار، ولا كبيرة مع الإصرار

Dan segala bentuk maksiat itu juga adalah fitnah/sumber keburukan. Setiap orang yang terfitnah dengan suatu bentuk maksiat dan memperturutkan syahwat/hawa nafsu yang terlarang maka dia adalah orang yang terfitnah. Bahkan, bisa jadi dalam konteks ini ada satu bentuk fitnah yang lebih parah dari sekedar berbuat maksiat -sebagaimana disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Abdil Barr- ketahuilah yang dimaksud adalah terus-menerus tenggelam dalam maksiat serta bersikukuh di atas dosa.

Terus-menerus dalam perbuatan maksiat adalah masalah yang sangat membahayakan, walaupun maksiat itu masuk dalam kategori dosa-dosa kecil. Oleh sebab itu sebagian salaf mengatakan, “Tidak ada dosa besar apabila diikuti dengan istighfar/taubat. Dan tidak ada dosa kecil -di sini ada salah ketik dari pen-transkrip, tertulis ‘kabirah’/dosa besar padahal yang benar adalah ‘shaghirah’; dosa kecil- apabila dikerjakan secara terus-menerus.

[lihat Syarah Kitab al-Fitan dari Sahih Muslim]

Semoga faidah singkat ini bermanfaat bagi kami dan kaum muslimin semuanya. Semoga Allah berikan kepada kita semua ilmu yang bermanfaat dan amal yang salih dan istiqomah di atasnya hingga ajal tiba. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

[al-mubarok.com]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *