Keyakinan Yang Benar dalam Hal Tauhid Rububiyah

oleh : Syaikh Dr. Abdussalam bin Barjas rahimahullah

Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwasanya Allah ta’ala semata yang maha esa dalam hal penciptaan, kekuasaan, dan pengaturan [alam semesta]. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Rabb kalian adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa kemudian Dia menetap tinggi di atas Arsy, Dia menutupkan malam kepada siang dan malam itu mengikutinya dengan cepat. Dan matahari serta bulan dan bintang-bintang ditundukkan dengan perintah-Nya. Ketahuilah, bahwa hanya milik-Nya penciptaan dan perintah. Maha berkah Allah Rabb seru sekalian alam.” (al-A’raaf : 54)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Milik Allah semata kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa pun yang Dia kehendaki.” (asy-Syura : 49)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Milik-Nya semata kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia atas segala sesuatu maha mampu.” (al-Hadid : 2)

Kaum Musyrikin Tidak Menolak Tauhid Rububiyah

Tauhid semacam ini dinamakan dengan tauhid rububiyah. Hal itu -tauhid rububiyah- adalah perkara yang telah terpatri dalam jiwa manusia. Tidak ada seorang pun manusia yang mengingkarinya. Apakah dia seorang muslim ataupun kafir. Sebagaimana yang Allah ta’ala ceritakan mengenai keadaan orang-orang kafir (yang artinya), “Sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka; Siapakah yang menciptakan langit dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’.” (Luqman : 25)  

Allah ta’ala juga berfirman mengenai mereka (yang artinya), “Dan tidaklah beriman kebanyakan mereka itu kepada Allah kecuali dalam keadaan musyrik.” (Yusuf : 106). Mujahid rahimahullah mengatakan : Iman mereka itu adalah perkataan mereka bahwa Allah pencipta kami, yang memberikan rezeki kepada kami dan mematikan kami. Ini adalah keimanan, dan pada saat yang sama mereka juga berbuat syirik dengan beribadah kepada selain-Nya.

Mereka Meyakini bahwa Sesembahan Mereka Tidak Mencipta

Kaum musyrikin itu tidaklah meyakini bahwa sesembahan-sesembahan mereka bersekutu dengan Allah dalam hal penciptaan. Bahkan mereka dahulu meyakini bahwa itu semua milik Allah semata. Dan mereka pun meyakini bahwa sesembahan-sesembahan mereka menjadi perantara untuk beribadah kepada Allah. Dan mereka pun menjadikannya sebagai para pemberi syafa’at di sisi Allah ta’ala belaka. Sebagaimana dikisahkan oleh Allah ta’ala (yang artinya), “Ketahuilah, hanya milik Allah agama yang murni. Dan orang-orang yang menjadikan selain-Nya sebagai penolong/sesembahan itu mengatakan ‘Tidaklah kami beribadah kepada mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya.’.” (az-Zumar : 3)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Bagaimanakah pendapat kalian mengenai sekutu-sekutu kalian yang kalian seru selain Allah. Perlihatkan kepada-Ku apa yang mereka ciptakan di bumi ini, ataukah mereka memiliki sekutu di langit, ataukah Kami berikan kepada mereka suatu kitab sehingga mereka berada di atas bukti yang jelas darinya. Bahkan tidaklah orang-orang zalim itu menjanjikan satu sama salin melainkan tipuan belaka.” (Fathir : 40)

Allah ta’ala berfirman mengenai kaum musyrikin Quraisy (yang artinya), “Sesungguhnya mereka itu apabila dikatakan kepada mereka ‘laa ilaha illallah’ maka mereka pun menyombongkan diri. Mereka berkata ‘Apakah kamu harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kalian hanya demi mengikuti seorang penyair gila?’.” (ash-Shaffat : 36)

Allah ta’ala berfirman menceritakan ucapan mereka (yang artinya), “Apakah dia -Muhammad- hendak menjadikan sesembahan-sesembahan yang banyak ini menjadi satu sesembahan saja. Sesungguhnya ini adalah perkara yang sangat mengherankan.” (Shaad : 5)

Faidah Penetapan Tauhid Rububiyah

Sesungguhnya Allah ta’ala menetapkan tauhid -tauhid rububiyah- ini hanya dalam rangka mengokohkan dan mempertegasnya dan dalam rangka berdalil dengannya untuk menetapkan kewajiban tauhid uluhiyah (mengesakan Allah dalam hal ibadah, pent). Karena konsekuensi dari tauhid rububiyah ini adalah tidak boleh disembah kecuali Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 21)   

Allah berfirman (yang artinya), “Itulah Allah Rabb kalian, milik-Nya semata kerajaan. Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia, maka kemanakah kalian hendak dipalingkan.” (az-Zumar : 6)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hendaklah mereka menyembah Rabb/pemilik rumah ini (Ka’bah) Yang telah memberikan makanan mereka dari kelaparan dan memberikan rasa aman dari cekaman ketakutan.” (Quraisy : 3-4)

Allah ta’ala menyebutkan bahwa hanya Dia yang menciptakan mereka dan pemberi rezeki kepada mereka. Dan hal ini adalah perkara yang tidak mereka ragukan. Allah jadikan hal ini sebagai hujjah/argumen untuk menundukkan mereka dalam hal wajibnya memurnikan ibadah kepada-Nya semata yang tiada sekutu bagi-Nya.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Segala puji bagi Allah dan keselamatan semoga terlimpah kepada hamba-hamba-Nya yang pilihan. Apakah Allah yang lebih baik ataukah apa-apa yang mereka persekutukan. Atau siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkan kepada kalian air dari langit maka Kami pun menumbuhkan dengannya kebun-kebun yang indah; tidak mungkin kalian bisa menumbuhkan pohon-pohonnya. Apakah ada sesembahan lain bersama dengan Allah. Bahkan mereka itu adalah kaum yang mempersekutukan. Atau siapakah yang menjadikan bumi itu tetap dan menjadikan di sela-selanya ada sungai-sungai dan menjadikan baginya pasak-pasak (gunung) dan menjadikan antara kedua lautan itu pembatas. Apakah ada sesembahan lain bersama Allah. Bahkan kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. Atau siapakah yang menjawab doa orang yang terjepit ketia dia berdoa kepada-Nya dan siapa pula yang bisa menyingkap keburukan/bahaya dan menjadikan kalian sebagai khalifah/generasi yang silih berganti di muka bumi. Apakah ada sesembahan lain bersama Allah. Betapa sedikitnya kalian ini mengambil pelajaran. Atau siapakah yang memberikan petunjuk kepada kalian dalam kegelapan daratan dan lautan dan siapakah yang mengirim angin sebagai kabar gembira sebelum datangnya rahmat-Nya. Adakah sesembahan lain bersama Allah. Maha tinggi Allah dari apa-apa yang mereka persekutukan.” (an-Naml : 59-63)

Maka di dalam ayat-ayat ini Allah ta’ala mengingkari kaum musyrikin yang telah mengakui bahwasanya Allah ta’ala semata sebagai pencipta langit dan bumi dan bahwa Allah semata yang memberikan manfaat dan mudhorot, bahwasanya pengakuan mereka ini tidak bermanfaat bagi mereka, karena mereka telah mengangkat sesembahan lain bersama Allah. Mereka berdoa kepadanya sebagaimana mereka berdoa kepada Allah. Dan hal ini benar-benar kontradiksi yang sangat nyata dan menyelisihi syari’at dan akal sehat. Karena sesungguhnya barangsiapa yang memiliki keesaan dalam pegaturan perkara ini semuanya, baik berupa mencipta, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menjadi hak baginya untuk diesakan dalam segala bentuk ketaatan.

Karena itulah Allah mengingkari mereka dengan ucapan-Nya (yang artinya), “Apakah masih ada sesembahan lain bersama Allah.” Allah tidak mengatakan, “Apakah ada pencipta lain bersama Allah” karena mereka tidak menolak dalam masalah ini.

Kebatilan Syirik dalam Hal Rububiyah

Allah ta’ala pun telah menjelaskan kebatilan syirik dalam hal rububiyah, dan bahwasanya apabila memang seperti itu keadaannya -ada pencipta/pengatur selain Allah, pent- pastilah akan hancur langit dan bumi ini. Hal ini pun bisa dipahami dengan mudah secara logika yang sederhana. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah sama sekali tidak mengangkat anak, dan tidak ada bersama-Nya sesembahan (yang lain). Kalau lah ada niscaya setiap sesembahan akan pergi membawa apa yang diciptakannya dan sebagian mereka akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha suci Allah dari apa-apa yang mereka sifatkan.” (al-Mu’minun : 91)

Allah berfirman (yang artinya), “Seandainya pada keduanya [langit dan bumi] ada sesembahan-sesembahan yang lain (pencipta dan pengatur alam, pent) selain Allah niscaya keduanya akan menjadi rusak/hancur.” (al-Anbiyaa’ : 22)

# Sumber : al-Mu’taqad ash-Shahih, hal. 11-16

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *