Keagungan Ibadah dan Tawakal

470317071

oleh : Imam Ibnu Katsir rahimahullah

لا نعبد إلا إياك ، ولا نتوكل إلا عليك ، وهذا هو كمال الطاعة . والدين يرجع كله إلى هذين المعنيين ، وهذا كما قال بعض السلف : الفاتحة سر القرآن ، وسرها هذه الكلمة : ( إياك نعبد وإياك نستعين ) [ الفاتحة : 5 ] فالأول تبرؤ من الشرك ، والثاني تبرؤ من الحول والقوة ، والتفويض إلى الله عز وجل . وهذا المعنى في غير آية من القرآن ، كما قال تعالى : ( فاعبده وتوكل عليه وما ربك بغافل عما تعملون ) [ هود : 123 ] قل هو الرحمن آمنا به وعليه توكلنا ) [ الملك : 29 ] رب المشرق والمغرب لا إله إلا هو فاتخذه وكيلا ) [ المزمل : 9 ] ، وكذلك هذه الآية الكريمة : ( إياك نعبد وإياك نستعين .

Kami tidak beribadah kecuali kepada-Mu [ya Allah], dan kami tidak bertawakal kecuali kepada-Mu. Inilah ketaatan yang sempurna. Ajaran agama ini seluruhnya berporos pada kedua makna ini. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf, “al-Fatihah adalah rahasia al-Qur’an, dan inti rahasianya adalah kalimat ini :

إياك نعبد وإياك نستعين

“Hanya Kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”

Bagian pertama -iyyaka na’budu- adalah sikap berlepas diri dari syirik, sedangkan bagian kedua -iyyaka nasta’in- merupakan berlepas diri dari bersandar kepada daya dan kekuatan hamba sehingga menyerahkan segala urusan kepada Allah ‘azza wa jalla.

Makna semacam ini bisa ditemukan dalam banyak ayat al-Qur’an. Seperti dalam firman Allah ta’ala,

فاعبده وتوكل عليه وما ربك بغافل عما تعملون

“Beribadahlah kepada-Nya dan bertawakallah kepada-Nya, dan Rabbmu tidaklah lalai dari apa-apa yang kalian kerjakan.” (QS. Huud : 123)

قل هو الرحمن آمنا به وعليه توكلنا

“Katakanlah; Dia lah ar-Rahman, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya semata kami bertawakal.” (QS. al-Mulk : 29)

رب المشرق والمغرب لا إله إلا هو فاتخذه وكيلا

“Rabb penguasa timur dan barat, tiada ilah/sesembahan yang benar selain Dia, maka ambillah Dia sebagai penolong.” (QS. al-Muzammil : 9)

Demikian pula ayat yang mulia ini (yang artinya), “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”

Sumber : Tafsir Ibnu Katsir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *