Iman dan Amal

Bismillah.

Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3)

Iman dan amal salih adalah kunci kebahagiaan. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik, dan benar-benar Kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl : 97)

Iman adalah bekal untuk meraih petunjuk dan keamanan. Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman/syirik, mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk.” (al-An’aam : 82)

Iman terdiri dari keyakinan di dalam hati, ucapan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan. Ketaatan mencakup amal-amal yang wajib dan yang sunnah, sedangkan maksiat mencakup dosa kecil dan dosa besar. Apabila dosa itu termasuk syirik besar atau kufur akbar maka menyebabkan imannya batal alias keluar dari Islam. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu penolong.” (al-Maa-idah : 72)

Orang yang beriman adalah orang yang memeluk agama Islam. Karena Allah tidak menerima agama selain Islam. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85)

Orang yang beriman adalah yang mengucapkan syahadat dan melaksanakan konsekuensinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu ketika mengutusnya ke Yaman, “Hendaklah yang paling pertama kamu serukan kepada mereka adalah syahadat laa ilaha illallah.” dalam riwayat lain disebutkan, “…supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang beriman adalah yang beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan segala bentuk sesembahan selain-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas para hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang beriman tunduk kepada ketetapan dan hukum Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Sekali-kali tidak, demi Rabbmu, mereka tidaklah beriman sampai mereka menjadikan kamu sebagai hakim/pemutus perkara dalam apa-apa yang diperselisihkan diantara mereka, kemudian mereka tidak mendapati dalam hati mereka rasa sempit atas apa yang telah kamu putuskan itu, dan mereka pun pasrah dengan sepenuhnya.” (an-Nisaa’ : 65)

Orang yang beriman adalah yang melakukan amal dengan ikhlas karena Allah dan tidak mencampurinya dengan syirik besar. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Ibadah yang tercampuri syirik besar akan terhapus dan pelakunya jika meninggal dalam keadaan tidak bertaubat darinya akan kekal di neraka. Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh telah diwahyukan kepadamu -Muhammad- dan kepada orang-orang sebelum kamu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 62)

Ibadah wajib ditujukan kepada Allah semata. Barangsiapa beribadah kepada Allah dan juga kepada selain Allah maka dia telah berbuat syirik besar. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru/berdoa/beribadah bersama dengan Allah siapa pun juga.” (al-Jin : 19)

Syirik adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah apabila pelakunya tidak bertaubat sebelum mati. Adapun dosa-dosa lain di bawahnya bisa diampuni walaupun pelakunya belum bertaubat sebelum meninggal. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan akan mengampuni dosa-dosa lain di bawahnya bagi siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya.” (an-Nisaa’ : 48)

Amal-amal pelaku syirik akan tertolak dan sia-sia. Allah berfirman (yang artinya), “Seandainya mereka itu berbuat syirik pastilah akan terhapus dari mereka semua amalan yang dahulu telah mereka kerjakan.” (al-An’aam : 88)

Oleh sebab itu ibadah kepada Allah tidak boleh disertai dengan syirik dengan segala bentuknya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah memerintahkan; Janganlah kalian beribadah kecuali hanya kepada-Nya…” (al-Israa’ : 23)

Ibadah yang bersih dari syirik, inilah tujuan penciptaan jin dan manusia. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (semata).” (adz-Dzariyat : 56)

Ibadah yang bersih dari pemujaan kepada selain Allah, inilah misi dakwah para rasul. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Ibadah inilah yang diperintahkan oleh Allah kepada segenap manusia. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian; Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 21)

Ibadah inilah yang diwajibkan Allah kepada nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam -dan juga kepada kita- hingga datangnya kematian. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu keyakinan/kematian.” (al-Hijr : 99)

Ibadah inilah yang wajib dimurnikan untuk Allah atas setiap muslim. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidup dan matiku adalah untuk Allah Rabb seru sekalian alam, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintahkan dan aku adalah orang yang pertama-tama pasrah.” (al-An’aam : 162-163)

Oleh sebab itu iman yang benar adalah iman yang bersih dari syirik dan kekafiran, sebagaimana amal yang diterima adalah amal yang ditegakkan di atas iman dan keikhlasan.  

— 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *