Materi :
– Mengimani Hari Pembalasan
– Iman terhadap Fitnah dan Azab Kubur
– Konsekuensi Iman kepada Hari Akhir
Mengimani Hari Pembalasan
Yang dimaksud yaumud diin adalah hari pembalasan dan hisab/penghitungan. Demikian keterangan dari Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah dalam kitabnya Min Kunuz al Qur’an al-Karim (lihat dalam Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 1/151)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan, bahwa yang dimaksud yaumud diin adalah hari pembalasan yaitu hari kiamat. Ia disebut sebagai hari pembalasan karena pada saat itulah hamba dibalas atas segala amal perbuatan mereka (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 51)
Syaikh Shalih bin Abdillah al-‘Ushaimi hafizhahullah menerangkan, bahwa yang dimaksud dengan yaumud diin itu adalah hari penghisaban dan pembalasan atas amal-amal (lihat Ma’anil Fatihah wa Qisharil Mufashshal, hal. 9)
Kata ad-diin di dalam bahasa arab bisa bermakna al-jazaa’ wal hisaab; pembalasan dan penghitungan (lihat It-haf Dzawil ‘Uqul ar-Rasyidah, hal. 341)
Di dalam ‘maaliki yaumid diin’ terkandung iman kepada hari akhir dan iman terhadap pembalasan atas amal-amal, dan bahwasanya yang akan memberikan balasan atas amal-amal itu adalah Allah ‘azza wa jalla. Oleh sebab itu faidah yang bisa dipetik dari sini adalah dorongan untuk beramal dalam rangka menghadapi hari tersebut (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 57)
Iman kepada hari akhir merupakan salah satu diantara keenam rukun iman. Sebagaimana kehidupan kita di alam dunia adalah benar maka demikian pula adanya hari akhir adalah benar dan pasti akan terjadi. Allah berfirman (yang artinya), “Apakah kalian mengira bahwasanya Kami menciptakan kalian dengan sia-sia, dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami.” (al-Mu’minun : 115) (lihat Ahkam minal Qur’anil Karim, 1/27-28 karya Syaikh Utsaimin)
Iman terhadap Fitnah dan Azab Kubur
Termasuk dalam iman kepada hari akhir adalah mengimani tentang azab kubur. Allah berfirman (yang artinya), “Allah akan memberikan keteguhan kepada orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di akhirat…” (Ibrahim : 27). Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari al-Bara’ bin Azib radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan ayat ini lalu beliau bersabda, “Ayat ini turun berkaitan dengan azab kubur.” (lihat Ahwal al-Qubur, karya Ibnu Rajab hal. 47)
Di dalam hadits dikisahkan, bahwa ketika seorang mukmin berada di alam kubur maka dia pun didudukkan lalu dia pun didatangi oleh malaikat -yang bertanya kepadanya- kemudian dia pun bersaksi bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Itulah maksud dari ayat (yang artinya), “Allah akan memberikan keteguhan kepada orang-orang yang beriman, dst.” (Ibrahim : 27) (lihat Ahwal al-Qubur, hal. 48)
Dalam hadits lain diceritakan, bahwa ketika itu datanglah dua malaikat dan bertanya kepadanya, ‘Siapa Rabbmu?’ dia menjawab, “Rabbku adalah Allah.” Mereka juga bertanya, ‘Apa agamamu?’ dia menjawab, “Agamaku Islam.” Lalu mereka juga bertanya, ‘Siapakah lelaki yang diutus untuk kalian?’ maka dia menjawab, “Dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Mereka bertanya lagi, ‘Apa yang kamu ketahui?’ dia menjawab, “Aku membaca Kitabullah maka aku pun beriman kepadanya dan membenarkannya.” (lihat Ahwal al-Qubur, hal. 49)
Adapun orang kafir maka dua malaikat pun datang bertanya kepadanya, ‘Siapa Rabbmu?’ lalu dia menjawab, “Hah, hah. Aku tidak tahu.” Ketika dia ditanya, ‘Apa agamamu?’ dia menjawab, “Hah, hah. Aku tidak tahu.” Ketika ditanya, ‘Siapakah lelaki yang diutus kepada kalian?’ dia mengatakan, “Hah, hah. Aku tidak tahu.” Kemudian ada penyeru dari langit yang menyatakan, ‘Orang ini telah berdusta, maka gelarkanlah untuknya hamparan dari neraka dan sematkanlah untuknya ‘pakaian’ dari neraka, dan bukakanlah untuknya pintu menuju neraka’. Maka seketika itulah datang hawa panas yang membakar dari neraka dan disempitkanlah kuburnya sampai-sampai tulang-belulangnya bergeser dari tempat-tempatnya (lihat Ahwal al-Qubur, hal. 49-50)
Dalam riwayat lain dikisahkan, bahwa Allah menciptakan untuk orang kafir itu seorang yang buta, bisu dan tuli seraya membawa sebuah palu. Seandainya palu itu dipakai untuk memukul sebuah gunung niscaya ia akan hancur menjadi debu. Maka ‘orang’ itu memukulnya sehingga dia berubah menjadi debu. Kemudian Allah memulihkan keadaannya seperti semula. Kemudian dia dipukul lagi maka dia pun menjerit dengan sekeras-kerasnya sehingga bisa didengar oleh segala makhluk selain manusia dan jin. Kemudian dibukakanlah untuknya sebuah pintu menuju neraka dan dibentangkan untuknya hamparan dari neraka (lihat Ahwal al-Qubur, hal. 51)
Dalam hadits lain riwayat Bukhari dan Muslim dikisahkan, bahwa orang kafir dan munafik ketika ditanyakan kepadanya, ‘Apa pendapatmu mengenai lelaki ini -Muhammad-?’ maka dia menjawab, “Aku tidak tahu. Aku sekedar mengucapkan apa yang telah diucapkan oleh orang-orang.” Maka dikatakanlah kepadanya, “Kamu tidaklah mengikuti orang-orang itu, walaupun kamu ikut mengucapkan apa yang mereka ucapkan.” (lihat Ahwal al-Qubur, hal. 53)
Setiap orang kelak akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika meninggal. Orang mukmin dibangkitkan di atas keimanan sedangkan orang munafik dibangkitkan di atas kemunafikannya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Jabir radhiyallahu’anhu (lihat Ahwal al-Qubur, hal. 58)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Termasuk bagian keimanan kepada hari akhir adalah mengimani segala berita yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai berbagai kejadian setelah kematian. Maka mereka mengimani fitnah kubur, azab kubur dan nikmat yang ada di dalamnya.” (lihat Syarh al-Wasithiyah oleh Syaikh ar-Rajihi, hal. 101)
Yang dimaksud dengan fitnah/ujian di alam kubur itu adalah pertanyaan ‘Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Dan siapa nabimu?’. Ketiga pokok inilah yang dibahas oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam risalahnya yang terkenal yaitu al-Ushul ats-Tsalatsah. Di dalamnya beliau menjelaskan tentang mengenal Allah, mengenal Islam dan mengenal nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat Syarh al-Wasithiyah, hal. 102)
Kaum Mu’tazilah telah mengingkari azab kubur dan nikmat kubur. Padahal, dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah telah membantah pemahaman mereka itu. Diantara dalil tentang azab kubur di dalam al-Qur’an adalah kisah diazabnya Fir’aun beserta para pengikutnya. Allah berfirman (yang artinya), “Neraka itu ditampakkan kepada mereka setiap pagi dan petang. Dan pada hari kiamat nanti masukkanlah para pengikut Fir’aun itu ke dalam azab yang paling keras.” (Ghafir : 46). Selain itu masih ada banyak dalil yang lain (lihat Syarh al-Wasithiyah, hal. 102-103)
Barangsiapa tidak mengimani dibangkitkannya jasad-jasad manusia kelak pada hari kiamat setelah kematian mereka maka dia telah kafir berdasarkan ijma’ para ulama. Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang kafir itu mengira bahwasanya mereka tidak akan dibangkitkan. Katakalah : Sekali-kali tidak, demi Rabbku. Benar-benar kalian akan dibangkitkan kemudian akan dikabarkan kepada kalian dengan apa-apa yang telah kalian kerjakan. Dan itu semuanya adalah sangat mudah bagi Allah.” (at-Taghabun : 7) (lihat Syarh al-Wasithiyah, hal. 105)
Konsekuensi Iman Kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir menumbuhkan ketakwaan dalam diri seorang hamba. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian, karena sesungguhnya kegoncangan pada hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat. Pada hari itu kamu akan melihatnya, setiap ibu yang menyusui lalai dari susuannya, dan setiap ibu yang hamil pun berguguran kandungannya. Dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi siksaan Allah yang amat keras.” (al-Hajj: 1-2)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang sudah dipersiapkan olehnya untuk hari esok/negeri akherat.” (al-Hasyr: 18). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Kesudahan yang baik itu adalah bagi ketakwaan.” (Thaha: 132). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan [kebahagiaan] akherat di sisi Rabbmu itu adalah diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa.” (az-Zukhruf: 35). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, merasa takut kepada Allah serta bertakwa kepada-Nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (an-Nur: 52)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kalian kepada-Ku, wahai orang-orang yang memiliki akal pikiran.” (al-Baqarah: 197). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak perlu merasa takut dan tidak pula mereka akan bersedih. Yaitu orang-orang beriman dan senantiasa menjaga ketakwaan.” (Yunus: 63)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu, beliau berpesan, “Hisablah diri kalian sebelum kelak kalian dihisab -di hari kiamat-. Timbanglah amal-amal kalian sebelum kelak -amal- kalian ditimbang. Karena itu akan lebih ringan di timbangan kalian esok -di akherat- dengan kalian menghisab diri kalian pada hari ini -di dunia-. Hiasilah diri kalian -dengan takwa- untuk menyambut hari persidangan yang besar, yang pada hari itu kalian akan disidang dan tiada satu perkarapun yang tersembunyi dari kalian.” (lihat Ighatsat al-Lahfan, hal. 106)
Kesimpulan dan Faidah :
– Wajib beriman tentang adanya hari kebangkitan dan pembalasan
– Hari akhir terjadi sejak setelah kematian
– Termasuk iman kepada hari akhir adalah beriman tentang fitnah dan azab kubur
– Iman kepada hari akhir mendorong ketakwaan kepada Allah
– Sebaik-baik bekal menuju Allah adalah takwa
Pertanyaan Evaluasi :
– Sebutkan makna-makna yaumud diin!
– Sebutkan dalil al-Qur’an yang menunjukkan adanya azab kubur!
– Apa buah iman kepada hari akhir?
– Sebutkan nama kelompok/aliran yang mengingkari azab dan nikmat kubur!
– Sebutkan tiga pertanyaan kubur!