Penulis : Ziyadu Rizqi (Sastra Arab UGM 2019)
“Beri aku seribu orang tua niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncang dunia.” Sebuah kalimat yang dikobarkan oleh presiden pertama bangsa yang mampu membangkitkan semangat dan menggugah jiwa patriotisme para pemuda untuk bangkit. Dalam sejarah bangsa gerakan pemuda menjadi pemrakarsa tiap aksi perjuangan. Oleh karena itu, elemen pemuda juga merupakan sumber kekuatan dalam meneruskan roda pembangunan.
Berdasarkan Undang-Undang No.40/2009 pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting dalam pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Mengacu pengertian itu maka kelompok pemuda adalah kumpulan antara generasi Z dan sebagian generasi milenial. Hasil Sensus Penduduk 2020 yang diumumkan oleh BPS mengklasifikasi penduduk Indonesia menurut generasi, golongan umur dan jenis kelamin. Sumber pengklasifikasi menurut generasi merujuk yang mendominasi penduduk Indonesia saat ini adalah generasi Z sejumlah 27,94% penduduk Indonesia saat ini atau sejumlah 74,93 juta jiwa dan generasi Y (dikenal dengan generasi milenial) sejumlah 25,87% atau 69,38 juta jiwa.
Bersandar pada hasil Sensus Penduduk 2020, Generasi Z lahir pada rentang waktu 1997-2012, artinya umur mereka saat sensus penduduk terjadi adalah antara 8-23 tahun. Generasi ini lahir dan tumbuh di tengah lajunya perkembangan teknologi digital, paham dalam mengakses internet serta terampil dalam mengoperasikan perangkat digital. Sementara generasi milenial lahir pada waktu 1981-1996, dengan perkiraan umur 24-39 tahun. Sebagai generasi yang ada pada periode transisi, kaum milenial tahap pendidikan formal pada usia dini lalu harus menyesuaikan dengan teknologi digital ketika perjalanan hidupnya karena ketentuan dunia pendidikan maupun kerja
Membina generasi muda yang bermutu dan berkepribadian tangguh bukan persoalan mudah. Tantangan era digital makin kompleks dan kian nyata. Dunia digital yang sudah masuk ke setiap segi kehidupan manusia tanpa disadari ikut membentuk karakter pemuda bangsa. Karakter pemuda kini menjurus lebih ke mengutamakan hasil dibanding proses. Proses yang lama dinilai sebagai sesuatu yang membosankan. Mereka memimpikan memperoleh segala sesuatu dengan instan. Hal ini menimbulkan seluruh informasi yang didapat langsung ditelan mentah-mentah menyaring sebelumnya.
Pandemi yang terus berlarut-larut sampai saat ini seperti perangsang pada penggunaan teknologi digital di Indonesia. Beragam kebijakan pemerintah yang diterapkan untuk menyekat mobilitas masyarakat berakibat pada tingginya akses internet dan aktivitas dunia maya. Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informasi, penjelajahan internet berkembang pesat selama tahun 2020 sebesar 53,73% naik 6,04% dari tahun 2019 yang sebesar 47,69%. Kenaikan ini dipicu faktor pandemi yang memaksa masyarakat mengurangi kontak fisik dan memalingkan kegiatannya secara daring via platform digital. Segi positifnya masyarakat lebih melek teknologi. Di sisi lain kenaikan arus konten digital makin masif yang sangat digemari kawula muda bahkan anak-anak sekalipun.
Dampak negatifnya tindakan pornografi, hoaks, ujaran kebencian dan kriminal daring hingga kasus narkoba makin mengenaskan. Hala ini sebagai alarm untuk selalu waspada dan pilih-pilih dalam menyortir dan memanfaatkan informasi, jika tidak derasnya arus informasi bagaikan candu yang bisa menjerumuskan generasi masa depan bangsa.
Jika dulu, perjuangan dilakukan secara fisik mengangkat senjata melawan penjajah. Maka perjuangan era digital condong secara mental untuk menahan diri, menjaga dan meluruskan pola pikir agar tidak terbujuk apalagi sampai terprovokasi oleh maraknya berita hoaks juga konten-konten yang merusak.
Pemuda adalah generasi yang akan melanjutkan roda pembangunan juga pemegang estafet kepemimpinan di masa depan. Sehingga kemampuan pemuda harus benar-benar disiapkan dengan pengembangan kualitas dari segi pendidikan dan keterampilan serta pemahaman agama yang benar. Karena dari situlah pundak pemuda masa depan bangsa akan ditentukan.
—
NB : Bagi rekan-rekan mahasiswa muslim yang ingin ikut menyumbangkan artikel ilmiah dan bermanfaat -terutama terkait dengan Islam- bisa mengirimkan artikelnya dengan disertai identitas penulis kepada Redaksi di alamat : santritauhid[at]gmail[dot]com. Jazakumullahu khairan (redaksi)