Bismillah.
Ramadhan semakin dekat di hadapan kita. Bulan yang sangat dinantikan oleh kaum beriman. Mereka yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah dan keindahan surga-Nya. Bulan di mana orang-orang berlomba menebar kebaikan dan meraup ganjaran amal ketaatan.
Memperbanyak kebaikan di bulan Ramadhan bukan perkara yang sepele. Banyak orang yang telah dipertemukan oleh Allah dengan bulan Ramadhan selama bertahun-tahun tetapi seolah Ramadhan tidak pernah singgah dalam lubuk hatinya. Betapa banyak orang kafir yang melewatkan bulan Ramadhan selama belasan tahun atau puluhan tahun dan tidak mengagungkan bulan ini karena mereka tidak memiliki pondasi iman dan Islam dalam hatinya.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, bulan Ramadhan bukanlah kesempatan yang biasa-biasa, ia merupakan saat istimewa dan peluang emas untuk meraih keutamaan dan pahala. Adalah sangat disayangkan apabila masih banyak diantara keluarga atau masyarakat di negeri ini -yang notabene mayoritas muslim- justru tidak merasakan indah dan nikmatnya bulan Ramadhan. Mereka menganggap Ramadhan bulan yang menyusahkan; karena harus menahan haus dan lapar sejak pagi hingga sore hari.
Akan tetapi berbeda dengan keadaan orang mukmin. Di dalam hatinya dia mengagungkan Allah dan hukum-hukum-Nya. Di dalam lisannya dia menyebut Allah dan membaca ayat-ayat-Nya. Dengan anggota badannya dia tunduk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kecintaannya kepada Allah membuatnya mau meninggalkan keinginan hawa nafsunya sementara waktu. Kecintaannya kepada Allah membuatnya malu untuk makan dan minum di siang hari; bukan sekedar malu kepada manusia, bahkan dia malu kepada Allah….!
Ibadah puasa yang akan kita jalankan bukanlah semata-mata ibadah dengan anggota badan. Bahkan ia mengandung ibadah hati berupa keikhlasan, kecintaan, takut dan harapan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu hanya akan dinilai dengan niatnya, dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan apa-apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagian ulama terdahulu mengatakan, “Betapa banyak amal yang kecil menjadi besar karena niatnya, dan betapa banyak amal yang besar menjadi kecil juga karena niatnya.” Meluruskan niat dan membersihkan hati dari kotoran yang merusak amalan bukanlah perkara ringan. Sebagian ulama salaf berkata, “Tidaklah aku berjuang menundukkan diriku dengan suatu perjuangan yang lebih berat daripada perjuangan untuk meraih ikhlas.”
Di dalam ibadah puasa juga terkandung muraqabah yaitu perasaan diawasi oleh Allah. Salah satu ibadah dan tingkatan islam yang paling tinggi. Oleh sebab itulah orang yang berpuasa juga berusaha menjaga lisan dan anggota badannya hari hal-hal yang bisa menghancurkan pahala puasa. Sebab betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak berhasil mendapatkan apa-apa selain lapar dan dahaga…
Bulan Ramadhan memberikan situasi dan lingkungan yang kondusif untuk menyuburkan amalan hati dan amalan lisan. Oleh sebab itu kita dapati al-Qur’an dibaca, dzikir diucapkan, ayat Allah direnungkan, hadits nabi dipelajari dan nasihat pun diserap ke dalam hati. Dan bentuk dzikir yang paling utama ialah ketika apa yang dibaca dengan lisan selaras dengan apa-apa yang ada di dalam hati pelakunya.
Puasa Ramadhan mengandung faidah penjagaan dari segala hal yang merusak iman dan ketauhidan. Puasa mengajarkan kepada kita untuk menjauhi segala bentuk keharaman; yang lahir dan yang batin. Puasa juga mengajarkan kepada kita untuk memurnikan amal untuk Allah, bukan karena mengharap pujian manusia atau kedudukan di tengah masyarakat. Puasa tidak hanya membekali kita dengan benih-benih ketakwaan; tetapi ia juga membentengi kita dari tenggelam dalam perbuatan keji dan kerusakan.
Ini semuanya hanya akan bisa diperoleh tatkala puasa itu dilakukan dengan landasan aqidah yang benar. Bukan sekedar tradisi atau ikut-ikutan. Puasa yang dilambari dengan iman kepada Allah dan rasa takut terhadap hari pembalasan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dalam keadaan beriman dan mengharap pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)