oleh : Redaksi al-mubarok.com
Bismillah.
Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Apakah sama antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu.” (az-Zumar : 9)
Allah berfirman (yang artinya), “Dia lah yang mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar.” (at-Taubah : 33)
Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan petunjuk adalah ilmu yang bermanfaat, sedangkan agama yang benar maksudnya adalah amal salih (lihat keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam al-Bayan li Akhtha’ Ba’dhil Kuttab, 1/12)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘petunjuk’ adalah berita-berita yang benar, keimanan yang lurus serta ilmu yang bermanfaat, sedangkan yang dimaksud ‘agama yang benar’ adalah amal-amal salih lagi benar yang bermanfaat di dunia dan di akhirat (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim, 4/136)
Dalam kitabnya Miftah Daris Sa’adah, Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan : Iman itu memiliki dua pilar. Yang pertama adalah mengenali ajaran yang dibawa oleh Rasul dan mengilmuinya. Yang kedua adalah membenarkan ajaran itu dalam bentuk ucapan dan amalan. Pembenaran tanpa landasan ilmu dan pemahaman adalah mustahil. Karena pembenaran merupakan cabang dan konsekuensi dari keberadaan sesuatu yang diyakini kebenarannya. Kalau begitu maka kedudukan ilmu dalam keimanan seperti peranan ruh di dalam jasad (lihat nukilan ini dalam kitab ‘Ibadatul ‘Umri karya Syaikh Abdurrahman as-Sanad hafizhahullah, hal. 10)
Kebaikan besar yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah tatkala dia mengenali kebenaran dan mengamalkannya. Allah berfirman (yang artinya), “Allah berikan hikmah itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang diberikan hikmah maka sungguh dia telah diberi kebaikan yang sangat banyak.” (al-Baqarah : 269)
Kata ‘hikmah’ di dalam al-Qur’an ini mengandung makna mengenali kebenaran, menyuarakannya dan beramal dengannya (lihat ‘Ibadatul ‘Umri, hal. 24)
Pokok utama dari hikmah itu adalah berupa rasa takut kepada Allah. Sebagaimana diriwayatkan hal itu dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah dalam kitabnya Syu’abul Iman (lihat ‘Ibadatul ‘Umri, hal. 25)
Allah berfirman (yang artinya), “Dan Allah tambahkan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk itu dengan tambahan petunjuk.” (Maryam : 76)
Allah berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah tambahkan kepada mereka petunjuk dan Allah berikan kepada mereka ketakwaan.” (Muhammad : 17)
Inilah yang dimaksud dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah pahamkan dia dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Orang yang menjadi baik dengan al-Qur’an adalah mereka yang mempelajarinya, merenungkan kandungannya serta melaksanakan ajarannya di dalam kehidupan.
Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)