Tauhid

Asas Kebahagiaan

Bismillah.

Diantara perkara yang selalu ditekankan oleh para ulama adalah bahwa seorang hamba tidak akan bisa meraih kebahagiaan dan keselamatan kecuali dengan bekal iman dan tauhid.

Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3)

Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan dan mereka itulah yang diberi petunjuk.” (al-An’am : 82)

Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)

Iman mencakup keyakinan di dalam hati, ucapan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan. Iman bertambah dengan melakukan ketaatan dan menjadi menyusut atau berkurang karena perbuatan maksiat. Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu hanya dengan berangan-angan atau menghiasi penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan.”

Adapun tauhid merupakan tujuan utama penciptaan jin dan manusia. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah. Menujukan segala bentuk ibadah kepada Allah dan menjauhi syirik kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut/sesembahan selain Allah.” (an-Nahl : 36)

Tauhid merupakan kewajiban yang paling besar di dalam Islam. Tauhid inilah yang terkandung dalam kalimat syahadat laa ilaha illallah; bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah (sesembahan) Yang Haq, dan bahwa apa-apa yang mereka seru selain-Nya adalah batil.” (al-Hajj : 62)

Kebahagiaan ada di tangan Allah dan tidak bisa diraih kecuali dengan iman dan tauhid kepada-Nya. Inilah hakikat ajaran Islam; berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk patuh kepada-Nya dengan penuh ketaatan, dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima darinya dan dia di akhirat akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85)

Taat kepada Allah mencakup 2 hal; melaksanakan perntah dan menjauhi larangan-Nya. Perintah yang paling agung adalah tauhid, sedangkan larangan yang paling besar adalah syirik. Ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah yang benar kecuali harus dilandasi dengan tauhid, dikerjakan dengan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Ibadah kepada Allah meliputi segala ucapan dan perbuatan yang dicintai oleh Allah, yang tampak maupun yang batin/tersembunyi. Ibadah dibangun di atas puncak perendahan diri dan puncak kecintaan kepada Allah. Oleh sebab itu Allah menyebut orang-orang musyrik telah mengangkat sekutu bagi Allah dalam hal kecintaan. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sebagian manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan sesembahan; mereka mencintainya sebagaimana kecintaan kepada Allah, sedangkan orang-orang beriman lebih dalam cintanya kepada Allah.” (al-Baqarah : 165)

Dengan demikian kita bisa mengetahui bahwa siapa pun yang mengejar kebahagiaan dengan meninggalkan iman, mencampakkan tauhid, membenci ajaran Islam, jauh dari keikhlasan, serta berpaling dari ibadah dan ketaatan maka sesungguhnya dia telah menempuh jalan kebinasaan dan kehancuran.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu sedikit pun penolong.” (al-Ma-idah : 72)

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang kafir seandainya mereka memiliki segala kekayaan bumi dan yang serupa dengannya untuk menebus azab pada hari kiamat maka tidak akan diterima darinya, dan bagi mereka azab yang sangat pedih.” (al-Ma-idah : 36)

Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *