Bismillah.
Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad, para sahabatnya, dan pengikut setia mereka. Amma ba’du.
Pendidikan dan pembinaan Islam bagi mahasiswa dan generasi muda pada umumnya merupakan perkara yang sangat penting. Hal ini tidak lepas dari peran kaum muda yang cukup strategis dalam kehidupan umat dan bangsa. Kaum muda menjadi ujung tombak kemajuan atau kemunduran masyarakat. Baik buruknya keadaan generasi muda menjadi ukuran gambaran kondisi masyarakat pada masa-masa sesudahnya. Dengan demikian upaya untuk memperbaiki keadaan generasi muda dan mahasiswa menjadi perjuangan yang harus dihidupkan dan dikembangkan.
Yayasan Pangeran Diponegoro (YAPADI) bersama Forum Studi Islam Mahasiswa (FORSIM) merupakan sebuah perwujudan misi untuk memperbaiki kondisi umat pada umumnya dan kaum muda pada khususnya. Untuk itulah dibentuk program-program kajian dan dakwah bagi kaum muda dan masyarakat umum yang diberi nama dengan Ma’had al-Mubarok.
Ma’had al-Mubarok merupakan kesatuan program kajian ilmu-ilmu dasar keislaman yang dibutuhkan untuk membekali diri bagi setiap muslim dan muslimah. Di dalam program ini dipelajari materi-materi pokok dan penting dalam agama semisal tauhid, akidah, fikih, akhlak, dsb. Materi-materi ini diambil dari kitab para ulama terdahulu maupun sekarang yang mengikuti manhaj/metode beragama para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian rujukan pelajaran menjadi lebih jelas dan sistematis. Kitab-kitab para ulama yang berbahasa arab dijadikan rujukan utama dalam setiap pembahasan. Dengan harapan peserta lebih terpacu untuk mengkaji agama dari sumber-sumbernya, dan tidak menggantungkan sepenuhnya kepada buku-buku terjemah yang ada. Hasil yang diharapkan dari program Ma’had al-Mubarok ini adalah terbentuknya karakter generasi muda pilihan yang memahami dasar-dasar agama Islam dan siap untuk memperdalam dan menyebarkannya.
Dalam proses perjalanannya, Ma’had al-Mubarok membutuhkan piranti penunjang berupa wadah khusus yang mendidik calon santri dengan pemahaman dasar-dasar ilmu kaidah bahasa arab sehingga diharapkan ketika sudah masuk dalam program Ma’had sudah menguasai dasar-dasar dan terlatih untuk membaca kitab arab gundul. Wadah khusus ini pun dibentuk dengan nama program Ma’had Ibnul Mubarok. Keberadaan Ma’had Ibnul Mubarok berfungsi untuk memberikan layanan pengajaran ilmu-ilmu kaidah bahasa arab semacam nahwu dan shorof serta praktek baca kitab. Hasil akhir dari program ini adalah calon-calon santri Ma’had al-Mubarok yang telah siap mengikuti kajian kitab dan memiliki bekal kemampuan ilmiah yang mendasar. Bahasa arab sebagai ilmu alat sangat mendukung pengembangan kualitas sumber daya manusia generasi muda di masa depan. Karena penguasaan ilmu bahasa arab akan memudahkan dalam memahami al-Kitab dan as-Sunnah.
Sebelum masuk pada jenjang ilmiah berupa program bahasa arab yaitu Ma’had Ibnul Mubarok ini biasanya kaum mahasiswa yang baru mengenal dakwah butuh bimbingan dan penanaman pokok-pokok agama yang dikemas dalam program kajian tematik maupun rutin. Program inilah yang menjadi misi pokok dari Forum Studi Islam Mahasiswa (FORSIM) yang bergerak dalam bidang pengenalan dakwah sunnah kepada mahasiswa dan masyarakat umum. Melalui kajian-kajian tematik atau tabligh akbar serta pengajian rutin pekanan diharapkan FORSIM bisa membimbing secara perlahan dan bertahap generasi muda untuk kembali sadar akan agamanya dan tumbuh semangatnya dalam mengkaji Islam lebih dalam. Kegiatan dakwah FORSIM ini menempati posisi terdepan dalam menjaring calon-calon santri Ma’had Ibnul Mubarok maupun Ma’had al-Mubarok. Untuk meningkatkan daya serap kader dibutuhkan upaya-upaya yang persuasif, terarah, dan terprogram sehingga mahasiswa benar-benar bisa tergerak menimba ilmu agama.
Apabila diurutkan maka jalur kaderisasi ini adalah sbb : kegiatan dakwah FORSIM – program bahasa Arab Ma’had Ibnul Mubarok – program belajar Islam Ma’had al-Mubarok. Setelah melalui ketiga fase pendidikan inilah akan ditempa kader-kader dakwah yang kelak diharapkan kontribusinya dalam memajukan perkembangan dakwah sunnah dari berbagai lini atau sektor kehidupan. Muatan utama dakwah yang harus selalu ditekankan dan dijelaskan adalah tauhid. Dengan demikian segala bentuk kegiatan yang ada memiliki arah dan landasan yang jelas dan positif. Tauhid ibarat pondasi dalam sebuah bangunan dan ia menjadi kunci keberhasilan perjuangan.
Dalam rangka membentuk lingkungan yang kondusif bagi para mahasiswa dan penimba ilmu agama, dibentuklah program Wisma Muslim al-Mubarok yang menampung para mahasiswa yang benar-benar bersemangat dalam menimba ilmu agama. Melalui wisma-wisma inilah kerjasama dan jalinan dakwah dipererat dan dikuatkan. Dengan demikian fungsi wisma bukan hanya menjadi tempat untuk beristirahat atau murni kegiatan inividu yang bersifat akademis maupun non akademis. Lebih daripada itu sebuah wisma yang baik haruslah memiliki program yang jelas dan terpantau dalam membina kualitas sumber daya manusia warga yang tinggal dan bergabung di dalamnya. Mudah berteori tetapi untuk mewujudkannya perlu usaha keras dan kerjasama, tentunya setelah taufik dan bantuan dari Allah kepada kita. Oleh sebab itu program wisma juga butuh pengawasan dan ketegasan peraturan. Di sisi lain dibutuhkan keasadaran dan tanggung jawab dari masing-masing warga.
Lebih luas lagi ke depan jalur kaderisasi ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dakwah Islam di lingkungan sekitar kampus. Hal ini bisa diwujudkan dalam bentuk pengelolaan kegiatan masjid seperti kajian rutin, TPA, perpustakaan, kaderisasi imam, mu’adzin, takmir mahasiswa, bakti sosial, bimbingan belajar, dsb. Semuanya tidak bisa dicapai apabila dasar-dasar materi dakwah di atas -yang ditanamkan dalam program Ma’had dan kajian- tidak membuahkan hasil nyata di dalam diri para peserta. Sebuah program dakwah baru bisa dikatakan berjalan apabila dampaknya muncul di dalam diri para pelaku dan pesertanya. Sehingga kegiatan dakwah bukan perekrutan masa atau rutinitas belaka. Untuk bisa membumikan pemahaman Islam yang benar itu pun butuh waktu dan proses yang tidak sebentar. Oleh sebab itu gambaran konsep ideal tidak menghalangi kita dari memahami kondisi mad’u dan berupaya untuk menerapkan perbaikan secara bertahap dimulai dari perkara-perkara yang paling utama. Di sini lah dibutuhkan kesabaran dan hikmah dalam menggerakkan dakwah di tengah masyarakat, tidak terkecuali dalam konteks pembinaan dakwah di kalangan mahasiswa dan anak muda.
Dukungan berbagai pihak tidak bisa dipandang sebelah mata. Mahasiswa sebagai penggerak perubahan dan ujung tombak perjuangan juga menyimpan segudang problematika. Problematika yang pada umumnya juga menimpa kaum muda. Untuk itulah peranan kaum tua atau senior serta para ustaz pembina menjadi pilar utama dalam mengarahkan dan mengawasi perkembangan dakwah yang dijalankan oleh kaum muda ini. Begitu pula dukungan dari para muhsinin dan donatur dalam menopang pembiayaan kegiatan dakwah dan kajian-kajian yang ada. Hal ini telah tampak pengaruh dan manfaatnya dengan dukungan fasilitas berupa wisma yang dipelopori oleh para dermawan dan pemerhati dakwah bagi kalangan mahasiswa dan generasi muda.
Keberadaan fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan dakwah ini pun perlu dukungan biaya. Di sinilah perlu adanya jalinan yang bagus antara pegiat dakwah dan para muhsinin yang telah mempercayakan hartanya. Nasihat dan masukan-masukan membangun akan sangat menunjang dalam memandu perkembangan kegiatan dakwah ini ke depan. Sudah menjadi kewajiban bagi para pegiat dakwah pula untuk mengapresiasi bantuan dan perhatian yang diberikan dengan pelayanan dan laporan kegiatan yang telah dijalankan dan kendala-kendala apa yang ditemui di lapangan. Dari situlah akan tercipta iklim kerjasama dan sinergi yang baik dalam membangun generasi muda dan mahasiswa secara khusus maupun pembinaan masyarakat muslim dalam konteks yang lebih luas.
Dalam rangka menopang kegiatan-kegiatan dakwah yang ada ke depan perlu dibentuk badan-badan usaha profesional yang bisa memberikan kontribusi secara finansial bagi kemajuan program dakwah yang bersifat internal maupun eksternal. Secara internal kekuatan sumber daya pengurus dan panitia tidak bisa dilepaskan dari dukungan pembiayaan, begitu pula secara eksternal berbagai kegiatan sosial dan dakwah masyarakat sangat memerlukan dukungan finansial yang kuat dan kontinyu. Keberadaan badan-badan usaha ini patut dikelola dan diawasi dengan sebaik-baiknya sehingga keberlangsungan dakwah bisa dipelihara dan dijaga. Dengan demikian usaha yang dibangun bukanlah usaha yang berorientasi dunia semata, lebih daripada itu usaha dan bisnis yang dikembangkan berpandangan ke depan untuk kebaikan agama dan dunia.