Kunci Segala Kebaikan

Berikut ini kami sampaikan salah satu pembahasan dari kitab yang berjudul Kaifa Takunu Miftahan lil Khoir karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al Badr hafizhahullah.

Pada kiat yang ke-enam bagi orang yang ingin menjadi kunci kebaikan.

Syaikh berkata :

“Berdoa adalah kunci segala kebaikan.”

Kemudian beliau membawakan perkataan salah seorang ulama terdahulu:

“Saya telah memperhatikan di dalam cakupan semua kebaikan maka saya mendapati kebaikan ada banyak pintu-pintunya. Sholat itu adalah kebaikan, puasa itu kebaikan, berhaji itu kebaikan, pintu-pintu kebaikan itu begitu banyak. Dan saya mendapati bahwasanya segala kebaikan ada di tangan Allah subhanahu wa ta’ala. Maka saya pun meyakini bahwasanya doa adalah kunci segala kebaikan.”

Lalu Syaikh mengatakan :

Engkau tidak dapat mengerjakan sholat, berhaji, puasa, bersedekah, berbakti pada kedua orang tua, menegakkan amal baik kecuali apabila Allah subhanahu wa ta’ala membantumu.

Rasullullah shallallahu ‘alaihi was sallam pernah bersajak di saat perang Ahzab, beliau mengatakan:

Demi Allah, kalau bukan karena Allah kami tidak akan mendapat hidayah

Kami tidak bisa berpuasa dan tidak pula sholat.

(HR. Bukhari dan Muslim)

Kemudian, Syaikh menukil firman Allah subhanahu wa ta’ala pada surat an-Nur ayat 21 (yang artinya):

“Dan jikalau bukan karena keutamaan dari Allah dan dari rahmat-Nya untuk kalian niscaya Allah tidak akan mensucikan salah seorang dari kalian selamanya akan tetapi Allah mensucikan orang-orang yang Allah kehendaki.”

Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala yang lain pada surat al-Hujurat ayat 7-8 (yang artinya):

“Akan tetapi Allah membuat kalian itu cinta pada keimanan dan Allah menghiasinya di dalam hati-hati kalian, dan Dia menjadikan kalian itu membenci kekafiran, kefasikan dan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat -dari-Nya-.”

Kemudian, Syaikh memberikan nasehat :

Demikian pula apabila engkau menginginkan dirimu menjadi kunci/pembuka kebaikan, dan menjadi termasuk diantara orang yang utama, ahli ilmu yang besar, dan orang-orang yang mempunyai keutamaan yang agung, maka BERDOALAH PADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA.

Karena sungguh semua itu ada di tangan Allah jalla wa ‘alaa.

Kemudian, Syaikh menukilkan perkataan ulama yang lain :

Berdoa adalah kunci segala kebaikan. Barangsiapa yang diberikan oleh Allah taufik terhadap kunci ini maka dia mendapat taufik untuk kebaikan dan barangsiapa yang diharamkan/terhalang dari mendapatkan kunci ini -yaitu berdoa- maka dia diharamkan/terhalang dari kebaikan.

Berdoa dan bergantung pada Allah ‘azza wa jalla dengan disertai kejujuran niat dan menjaga adab-adab berdoa, memenuhi syarat-syarat dan pedoman-pedoman dalam hal do’a yang sudah baku di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini adalah perkara besar yang harus diwujudkan.

Ia adalah pondasi di dalam perkara ini. Apabila engkau menghadap/berdoa kepada Allah dengan tulus sementara engkau selalu berharap kepada Allah kemudian Allah pun mengabulkan doamu niscaya engkau akan bisa menjalani hidupmu sebagai kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan.

Doa-doa yang berkaitan dalam hal ini ini cukup banyak, dan Syaikh tidak ingin berpanjang-lebar untuk menyebutkannya, akan tetapi beliau menunjukkan sebuah doa yang disebutkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika setiap kali beliau keluar rumah.

Doanya adalah:

اللهم إنّي أعوذبك أن أَضِلَّ أو أُضَلَّ، أو أَزِلَّ أو أُزَلَّ، أو أَظلِمَ أو أُظلَمَ، أو أَجهَلَ أو يُجهَلَ عَلَيَّ

“Ya Allah sungguh aku berlindung kepadamu dari tersesat atau disesatkan, dari tergelincir atau digelincirkan, dan mendzalimi atau didzalimi orang lain, dan dari membodohi atau dibodohi oleh orang lain.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

Demikian cuplikan nasihat dan bimbingan dari Syaikh Abdurrazzaq al-Badr untuk kita.

Di sini penulis ingin menyoroti doa yang diajarkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perhatikanlah, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa agar tidak tersesat, tidak disesatkan, tidak tergelincir atau digelincirkan, tidak menzalimi atau dizalimi, serta supaya tidak berbuat bodoh atau dibodohi.

Hal ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ingin di setiap harinya melakukan keburukan atau menjadi pembuka keburukan.

Subhanallah, betapa mulia akhlak yang diajarkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allahu ‘alam.

Penulis : al-Akh Rivat Fauzi hafizhahullah

Diedit oleh : al-Faqir ila Rabbihi Ari Wahyudi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *