Menghancurkan Umur

clock-147257_640

Hidup adalah perjalanan waktu. Berlalunya waktu berarti berlalu pula sebagian dari hidup itu. Ahmad bin Masruq rahimahullah berkata, “Engkau sedang menjalani proses menghancurkan umurmu semenjak keluar dari perut ibumu.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ula’i, 2/22)

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah bertanya kepada seorang lelaki, “Umurmu berapa?”. Dia menjawab, “Enam puluh tahun.” Fudhail pun berkata, “Kalau begitu kamu semenjak enam puluh tahun yang lalu berjalan menuju Rabbmu dan sudah hampir sampai.” Maka lelaki itu pun berkata, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’uun!!” (lihat Aina Nahnu min Ha’ula’i, 2/25)

Ada seorang lelaki bertanya kepada Hatim Al-Asham rahimahullah, “Apakah yang kamu idam-idamkan?”. Beliau menjawab, “Aku mendambakan keselamatan/’afiat semenjak siang hari hingga malam.” Lalu dikatakan kepadanya, “Bukankah hari-hari -yang kamu lalui- selama ini semuanya adalah dalam keadaan afiat/selamat?”. Beliau menjawab, “Sesungguhnya hari keselamatan/afiat bagiku adalah hari dimana aku tidak berbuat maksiat kepada Allah pada hari itu.” (ihat Aina Nahnu min Ha’ula’i, 2/49)

Bilal bin Sa’ad rahimahullah mengatakan, “Apabila dikatakan kepada salah seorang dari kita, ‘Apakah kamu ingin mati?’ maka dia akan menjawab, ‘Tidak’. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Mengapa?’. Maka dia menjawab, ‘Sampai saya bertaubat dan beramal salih’. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Kalau begitu segeralah beramal’. Maka dia akan berkata, ‘Kelak saya akan beramal’. Dia tidak ingin mati dan juga tidak mau beramal. Dia menunda amal untuk Allah ta’ala sementara dia tidak mau menunda amal untuk dunia.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ula’i, 2/56-57)

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mengetahui bahwa ucapannya adalah bagian dari amalnya, maka akan sedikit ucapannya kecuali dalam apa-apa yang penting dan bermanfaat baginya.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ula’i, 2/72)

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Demi Allah, tidak halal bagimu untuk menyakiti seekor anjing ataupun babi kecuali dengan alasan yang dibenarkan, lantas bagaimana mungkin kamu dibolehkan menyakiti seorang muslim.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ula’i, 2/73)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Wahai lisan, ucapkanlah kebaikan niscaya kamu akan mendapatkan keberuntungan/pahala, dan diamlah kamu dari mengucapkan keburukan nisaya kamu selamat.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ula’i, 2/76)

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan, “Cukuplah menjadi sebuah dosa apabila seorang selalu menceritakan setiap berita/kabar yang dia dengar/dapatkan.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ula’i, 2/76)

10425476_1590346074517648_7181355556619012070_n

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *