Manajemen Iman

Bismillah.

Salah satu perkara yang menunjukkan kesempurnaan Islam adalah penjelasan para ulama mengenai hakikat iman; bahwa iman itu mencakup keyakinan di dalam hati, ucapan dengan lisan dan amal dengan anggota badan, iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu hanya dengan berangan-angan atau memperindah penampilan, tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan.” Oleh sebab itu para ulama Ahlus Sunnah selalu menekankan bahwa amal merupakan bagian dari iman, berbeda dengan sekte Murji’ah yang menganggap amal bukan bagian dari hakikat iman.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri dari tujuh puluh lebih cabang; yang paling tinggi adalah ucapan laa ilaha illallah, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu merupakan salah satu cabang iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang beriman itu hanyalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah hatinya menjadi takut, apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah imannya, dan kepada Rabb mereka semata mereka itu bertawakal.” (al-Anfal : 2)

Di dalam hadits Jibril disebutkan bahwa pokok-pokok iman itu mencakup; iman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir. Pokok-pokok iman ini biasa disebut oleh para ulama dengan istilah aqidah atau i’tiqad/perkara keyakinan. Karena keyakinan yang menjadi landasan iman itu banyak maka perkara-perkara ini juga dikenal dengan istilah ushul i’tiqad/pokok-pokok aqidah. Para ulama juga menyebut perkara aqidah dengan nama as-Sunnah.

Iman merupakan perkara paling utama yang semestinya dijaga oleh setiap muslim. Banyak orang yang mengaku muslim tetapi aqidah dan imannya telah ternodai dengan berbagai bentuk amalan dan keyakinan yang bertentangan dan menggerogoti pondasi Islam. Terlebih di masa seperti sekarang ini ketika manusia dengan mudah mendapatkan informasi melalui kemajuan teknologi, kebutuhan untuk menjaga dan memelihara iman lebih ditekankan; apalagi bagi kaum muda….

Para sahabat nabi adalah teladan dalam hal penjagaan iman. Mereka berjuang hari demi hari untuk menjaga iman dan meningkatkan ketakwaan. Sebagian mereka mengatakan kepada temannya, “Mari kita duduk sejenak untuk menambah iman.” Mereka berkumpul untuk mempelajari kitab Allah, Sunnah rasul, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Para sahabat rela berhijrah dari Mekah ke Madinah untuk mempertahankan iman. Para sahabat rela menginfakkan hartanya di jalan Allah demi meningkatkan ketakwaan. Para sahabat rela berjuang di medan perang untuk membela iman. Para sahabat lebih mengutamakan saudaranya -padahal mereka juga membutuhkan dari perkara dunia- karena mereka ingin meraih kemuliaan iman.

Adapun sebagian orang di masa kini sangat-sangat tidak menghargai iman, tidak peduli dengan keadaan imannya, cuek dengan segala petunjuk dan panduan untuk menambah iman. Baginya hidup hanya untuk mencari kesenangan dunia dan memuaskan hawa nafsu tanpa kendali; tidak peduli halal dan haram. Untuk sekedar duduk di majelis ilmu atau membaca buku agama pun mereka enggan. Ini adalah malapetaka dan bencana besar yang menimpa banyak manusia di masa kini… Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.

Dari sinilah kita mengetahui bahwa mengelola keimanan bukan perkara sepele. Apabila manusia begitu detil dan bersemangat dalam mengelola keuangan demi menjaga kesejahteraan duniawi dan memenuhi kebutuhan keluarga atau negara maka sungguh aneh bin ajaib jika ada orang Islam yang begitu cuek tentang ilmu dan petunjuk Allah yang menjaga dan membimbing imannya, orang yang tidak mau peduli dengan segala sarana dan sebab untuk menambah keimanan dan menjaganya dari kerusakan!

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *