Bismillah…
Ramadhan tinggal beberapa bulan lagi ya, sepertinya para pengurus masjid sudah mulai berpikir untuk memperbaiki kondisi masjid yang mungkin selama ini masih begitu-begitu saja.
Bagi kaum muslimin tentu Ramadhan bulan yang super istimewa. Bulan yang penuh dengan kebaikan dan pahala. Pagi, siang, sore, malam, penuh dengan agenda kebaikan dan ketaatan.
Akan tetapi Ramadhan akan menjadi kurang bermakna jika kita tidak punya persiapan bagus untuk menghadapinya. Namun jangan salah sangka, banyak orang mengira persiapan menyambut Ramadhan itu terbatas membeli karpet baru, sajadah baru, atau memasang lampu dan mengganti kran yang rusak atau yang semacam itu.
Padahal kesempatan beribadah di bulan Ramadhan itu membutuhkan persiapan yang lebih banyak dan lebih berharga. Terutama bagi para pengurus masjid tidak boleh menyepelekan perkara sholat lima waktu; ya sholat berjamaah 5 waktu yang sudah dilakukan setiap hari. Ini merupakan bentuk persiapan yang jarang diperhatikan. Padahal dengan menunaikan sholat 5 waktu pada waktunya dengan muadzin dan imam serta jamaah yang penuh antusias merupakan modal dan persiapan mental yang sangat penting untuk menghadapi bulan puasa.
Tiidakkah kita ingat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan keutamaan sholat lima waktu bagi seorang muslim seperti orang yang mandi 5 kali dalam sehari dari sungai yang mengalir di depan rumahnya. Hal itu menunjukkan bahwa sholat lima waktu dapat menghapuskan dosa-dosa. Dalam Sahih Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sholat lima waktu, ibadah jumat yang satu menuju jumat berikutnya, dan bulan Ramadhan yang satu menuju Ramadhan berikutnya merupakan penghapus dosa-dosa selama dosa-dosa besar dijauhi.”
Sebagai pengurus masjid, memilih penceramah -baik untuk khutbah jumat maupun untuk kultum tarawih- adalah kesempatan untuk meraup pahala yang sangat besar. Hal itu apabila cara memilihnya benar dan orang yang dipilih menjadi pembicara memang ahli di bidangnya; terutama di bidang agama. Hal ini patut kita ingatkan, karena sebagian orang tertipu dengan gelar dan titel -padahal titelnya juga banyak dari jurusan non agama- atau dari kemampuan berorasi atau membuat hadirin tertawa.
Imam Ibnu Sirin rahimahullah mengingatkan, bahwa ilmu adalah agama oleh sebab itu kita wajib memperhatikan dari mana kita mengambil agama. Hal ini juga mengisyaratkan pentingnya para pengurus masjid untuk belajar agama dan dasar-dasar Islam. Sebab bagaimana mungkin mereka bisa membedakan mana pembicara yang lurus dengan pembicara yang menyimpang kalau bukan dengan bekal ilmu agama?!
Imam Bukhari rahimahullah juga telah menegaskan pentingnya mendahulukan ilmu sebelum segala bentuk ucapan dan amalan. Dari situ kita bisa mengambil faidah bahwa segala ilmu yang dibutuhkan sebelum melaksanakan ibadah dan amalan di bulan puasa harus dipelajari sebelum memasuki atau melakukannya. Di sinilah peran para asatidz dan pengajar ilmu agama untuk kembali menyemarakkan kajian seputar ibadah di bulan puasa.
Semoga catatan singkat ini bermanfaat.
Redaksi www.al-mubarok.com