Bismillah.
Di dalam Islam, kedudukan dzikir sangat agung. Allah perintahkan kaum beriman untuk berdzikir/mengingat Allah dengan sebanyak-banyaknya. Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang sangat banyak berdzikir dan ingat kepada Allah pada setiap kondisi.
Dalam Kitabullah, digambarkan iman itu seperti sebuah pohon yang akarnya kokoh menghunjam di dalam bumi dan cabang-cabangnya menjulang tinggi di langit. Orang yang beriman pun dilukiskan sebagai kaum yang apabila disebut nama Allah hatinya merasa takut dan tentram jiwanya dengan mengingat Allah.
Pokok-pokok keimanan itu tertanam kuat di dalam hati dalam bentuk pembenaran dan keyakinan tentang uluhiyah Allah, rububiyah-Nya, dan kesempurnaan nama dan sifat-Nya. Sementara dzikir bagi hati laksana air bagi seekor ikan. Tanpanya maka hati akan mati.
Sa’id bin Jubair rahimahullah menafsirkan bahwa hakikat dzikir adalah taat kepada Allah. Artinya, siapa pun yang taat kepada Allah sesungguhnya dia telah ingat kepada-Nya. Dzikir yang paling utama -sebagaimana diterangkan oleh Ibnul Qayyim- adalah yang bersesuaian antara apa yang diucapkan dengan lisan dengan apa yang ada di dalam hati.
Oleh sebab itu Allah menjelaskan bahwa salah satu ciri kaum munafik adalah ‘tidak ingat kepada Allah kecuali sedikit’. Hal ini menunjukkan celaan bagi orang yang hatinya lalai dari mengingat Allah. Karena orang yang melupakan Allah akan dilupakan pula oleh Allah.
Kehidupan yang hakiki dengan iman dan ketaatan hanya akan tumbuh dalam diri orang yang memupuk dan memelihara dzikir dalam jiwanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya seperti perumpamaan orang hidup dengan orang mati.” (HR. Bukhari)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mewasiatkan agar lisan kita selalu basah dengan kalimat dzikir kepada Allah. Mengisi waktu luang dengan dzikir adalah sebaik-baik amalan. Sampai-sampai disebutkan dalam riwayat bahwa tidak ada yang lebih menyelamatkan hamba dari azab Allah sebagaimana halnya dzikir kepada Allah.
Dan seutama-utama dzikir adalah kalimat tauhid laa ilaha illallah. Dzikir yang diyakini di dalam hati dengan menolak penghambaan kepada selain Allah dan menujukan ibadah untuk Allah semata; baik itu ibadah hati, ibadah lisan dan anggota badan. Inilah muatan pokok risalah Islam dan tujuan hidup segenap insan.