Bismillah.
Imam Malik berkata, “Ahlus Sunnah, mereka itu adalah orang-orang yang tidak memiliki julukan tertentu untuk mengenali, yaitu mereka bukan Jahmiyah (penolak sifat Allah), juga bukan Rafidhah (Syi’ah), dan juga bukan Qadariyah (penolak takdir).”
Beliau berkata, “Barangsiapa menginginkan keselamatan hendaklah dia berpegang dengan Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Beliau pun mengatakan, “as-Sunnah ini adalah perahu Nuh. Barangsiapa menaikinya akan selamat. Dan barangsiapa yang tidak ikut naik di atasnya pasti tenggelam.”
Beliau mengatakan, “Tidak bisa memperbaiki keadaan generasi akhir umat ini kecuali apa-apa yang telah memperbaiki keadaan generasi awalnya.”
Imam Malik berkata, “Barangsiapa yang dengan sengaja menyelisihi/menentang Sunnah, maka aku khawatir dia tertimpa fitnah. Dan fitnah apakah yang lebih besar daripada kamu memandang bahwa dirimu bisa mengalahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melakukan suatu keutamaan yang beliau tidak bisa kerjakan. Padahal Allah berfirman (yang artinya), “Hendaklah merasa takut orang-orang yang menyelisihi perintah/ajarannya, kalau-kalau mereka itu tertimpa fitnah atau tertimpa azab yang sangat pedih.” (an-Nur : 63)
Beliau jug berkata, “Iman adalah ucapan dan amalan. Tidak ada iman tanpa amalan, dan tidak ada amal tanpa iman. Iman bisa bertambah dan berkurang. Sebagian dari iman lebih utama dari sebagian yang lain…”
Beliau mengatakan, “Kami tidak mengkafirkan ahli tauhid karena dosa yang dia lakukan.”
Beliau mengatakan, “al-Qur’an adalah kalam Allah. Ia berasal dari-Nya. Dan tidak ada yang berasal dari Allah itu sesuatu yang merupakan makhluk. Barangsiapa mengatakan bahwa al-Qur’an adalah makhluk maka dia kufur kepada Allah Yang Mahabesar.”
Imam Malik mengatakan, “Allah di atas langit, sedangkan ilmu-Nya berada di semua tempat. Tidak ada satu tempat pun yang kosong dari ilmu-Nya…”
Beliau mengatakan, “Allah berfirman (yang artinya), “ar-Rahman di atas arsy menetap tinggi/istiwa’.” (Thaha : 5). Itsiwa’nya Allah bukanlah perkara yang majhul/tidak dimengerti. Sementara tata-caranya adalah perkara yang tidak bisa dicapai dengan akal/logika. Mengimani hal itu adalah wajib. Adapun mempertanyakan bagaimana istiwa’ itu adalah bid’ah.”
Beliau berkata, “Qadariyah itu adalah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah tidak menciptakan kemaksiatan.”
Beliau mengatakan, “Adalah para salaf dahulu mengajarkan kepada anak-anak mereka kecintaan kepada Abu Bakar dan Umar sebagaimana mereka mengajarkan sebuah surat dalam al-Qur’an.”
Sumber : al-Jami’ fi ‘Aqaid wa Rasa’il Ahlis Sunnah, hlm. 175 dst