Bismillah.
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al-Qur’an untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dari gelapnya syirik menuju tauhid, dari gelapnya maksiat menuju terangnya ketaatan. Amma ba’du.
Adalah sebuah keniscayaan bagi seorang yang mendambakan kebahagiaan untuk menempuh jalan iman. Karena keimanan adalah satu-satunya jalan yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dan kemuliaan hakiki. Sementara iman itu mencakup keyakinan hati, ucapan lisan, dan amal-amal dengan anggota badan. Iman bertambah dengan melakukan ketaatan dan merenungkan ayat-ayat Allah. Dan iman menjadi menyusut karena perbuatan maksiat dan kemungkaran.
Ilmu adalah landasan bagi iman. Karena benarnya keyakinan, ucapan, dan perbuatan tidak bisa diwujudkan kecuali dengan mengikuti ilmu yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah petunjuk yang wajib diikuti dan membuka jalan keselamatan. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)
Setiap hari kita berdoa kepada Allah agar diberikan hidayah jalan lurus, yaitu jalan orang yang diberikan nikmat ilmu dan amal salih. Bukan jalannya orang yang sesat karena tidak berilmu dan juga bukan jalannya orang yang dimurkai karena tidak mengamalkan ilmunya. Sebagaimana pula kita diajari untuk berdoa kepada Allah setelah sholat subuh untuk meminta tiga perkara; ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tertanam di dalam hati dan membuahkan amalan serta rasa takut kepada Allah. Ilmu yang menumbuhkan ketakwaan pada diri pemiliknya. Ilmu yang mengikis kesombongan dan keangkuhan. Ilmu yang menancapkan keyakinan dan kesabaran. Keyakinan untuk menepis segala bentuk syubhat dan kerancuan pemahaman. Dan kesabaran untuk menolak segala bujuk rayu setan dan hawa nafsu yang memerintahkan kepada keburukan.
Dari sinilah kita bisa mengetahui letak keutamaan ilmu para ulama salaf di atas ilmu generasi sesudahnya. Mereka menghiasi ilmunya dengan ketakwaan dan iman. Mereka membangun ilmunya dengan keikhlasan dan aqidah yang lurus. Mereka menegakkan bangunan agama dengan ilmu dan mendakwahkannya dengan ilmu dan kebijaksanaan. Mereka itulah gambaran teladan umat akhir zaman. Mereka adalah bukti kebenaran sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang Allah kehendaki baik niscaya Allah pahamkan dia dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ilmu para sahabat nabi adalah ilmu yang bersemi di dalam hati yang bersih dari perusak keimanan. Ilmu mereka membuahkan ketaatan dan ketundukan. Semakin dalam ilmunya tentang Allah maka semakin besar rasa takutnya kepada Allah. Ilmu yang menyuburkan syukur dan dzikir. Ilmu yang menghembuskan taubat dan istighfar. Ilmu yang menancapkan akar kesabaran dalam kehidupan. Sabar dalam menjauhi maksiat, sabar dalam ketaatan, dan sabar ketika harus menghadapi ketetapan takdir dan musibah yang terasa pedih dan menyakitkan.
Itulah ilmu yang digambarkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, “Bukanlah ilmu itu dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi ilmu yang sejati adalah yang membuahkan rasa takut.” Oleh sebab itu Allah mensifati para ulama sebagai kaum yang merasa takut kepada Allah. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Setiap orang yang takut kepada Allah sesungguhnya dia adalah orang yang berilmu.” Semakin orang paham terhadap aqidah dan hukum-hukum Allah maka ia pun akan semakin berhati-hati dan berusaha kuat untuk menjauhi maksiat dan hal-hal yang diharamkan Allah.
Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut majelis-majelis ilmu agama sebagai taman-taman surga. Sebab surga hanya bisa diraih dengan iman dan takwa serta rasa takut kepada Allah. Allah katakan tentang surga, bahwa ‘itu merupakan balasan bagi orang yang takut kepada Rabbnya’. Majelis ilmu mengingatkan manusia tentang tujuan hidupnya. Majelis ilmu mendorong manusia untuk kembali taat dan bertaubat kepada Rabbnya. Majelis ilmu membuka pintu-pintu kebaikan dan menebarkan rahmat dan hidayah kepada segenap insan. Karena itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Ilmu yang sejati itu hanya akan diperoleh dengan merenungkan ayat-ayat Allah. Ilmu itulah yang mengantarkan manusia menuju kebaikan dan kemuliaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat beberapa kaum dengan Kitab (al-Qur’an) ini dan akan merendahkan dengannya sebagian kaum yang lain.” (HR. Muslim)
Inilah ilmu yang dibutuhkan oleh manusia lebih daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman. Ilmu tentang wahyu yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah ilmu yang dibutuhkan sebanyak hembusan nafas. Ilmu yang melandasi setiap ucapan dan amal perbuatan agar bisa mendatangkan keridhaan Allah dan pahala dari-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati; itu semuanya pasti akan dimintai pertanggungjawabannya.” (al-Israa’ : 36)
Inilah ilmu yang membuat seorang mukmin lapang dalam mengikuti syari’at Rabbnya. Allah berfirman (yang artinya), “Sekali-kali tidak, demi Rabbmu. Pada hakikatnya mereka tidaklah beriman sampai mereka menjadikan kamu (rasul) sebagai hakim/pemutus perkara dalam segala hal yang diperselisihkan diantara mereka, kemudian mereka tidak mendapati di dalam hati mereka kesempitan, dan mereka pun pasrah dengan sepenuhnya.” (an-Nisaa’ : 65)
Inilah ilmu yang membuat para ulama seperti Imam Syafi’i dan Imam Ahmad mengatakan, “Apabila telah sahih hadits itu maka itulah madzhab/pegangan-ku.” Sehingga Imam Ahmad pun berkata, “Barangsiapa menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia berada di tepi jurang kehancuran.” Mereka adalah para ulama yang mengagungkan al-Qur’an dan as-Sunnah dan menjadikannya sebagai pedoman dan panduan dalam kehidupannya. Mereka tidak mau mengatakan atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan al-Kitab dan as-Sunnah.
Mereka menjunjung tinggi firman Allah (yang artinya), “Katakanlah; Jika kalian mengaku mencintai Allah maka ikutilah aku (rasul) niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 19). Demikian pula firman Allah (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada rasul itu sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (an-Nisaa’ : 80)
Ilmu yang membuat mereka meniti jalan tauhid dan mendakwahkannya. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Katakanlah; Inilah jalanku, aku menyeru menuju Allah di atas bashirah/ilmu yang nyata, aku dan orang-orang yang mengikutiku…” (Yusuf : 108).
Ilmu yang membuat mereka tunduk beribadah kepada Allah dan mentauhidkan-Nya. Untuk mewujudkan maksud firman Allah (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)
Ilmu yang membuat mereka bisa merasakan lezatnya iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti merasakan lezatnya iman; orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim)
Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk meraih ilmu yang bermanfaat dan amal salih. Salawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka. Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.
Penyusun : Redaksi al-mubarok.com