6 Bab Pertama dari Kitab Tauhid

Bismillah…

Salah satu keistimewaan yang ada dalam Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah adalah materi pendahuluan yang beliau susun di bagian awal kitab ini. Materi-materi penting yang sangat mendasar untuk diketahui oleh kaum muslimin.

Sebagaimana namanya, kitab ini membahas seputar perkara tauhid. Oleh sebab itu pada bab pertama beliau beri judul dengan ‘Kitab Tauhid’ agar pembaca memahami bahwa tujuan utama penulisan kitab ini adaah dalam rangka menjelaskan tauhid. Dan tauhid yang dimaksud di sini adalah tauhid yang diajarkan oleh para nabi dan rasul kepada umatnya; yaitu beribadah kepada Allah semata dan menjauhi syirik.

Beliau juga ingin menjelaskan bahwa tauhid inilah hikmah diciptakannya jin dan manusia. Sebuah kewajiban terbesar umat manusia kepada Rabbnya. Karena hanya Allah pencipta alam semesta ini maka hanya Allah pula yang berhak untuk diibadahi. Oleh sebab itu beliau menyebut bahwa tauhid inilah hak Allah yang diwajibkan atas segenap hamba; sebagaimana telah dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu.

Pada bab kedua beliau menerangkan tentang keutamaan tauhid dan bahwa ia menjadi sebab terhapusnya segala macam dosa. Tauhid inilah syarat utama untuk mendapatkan maghfirah/ampunan dari Allah. Yang pada bab sesudahnya -yaitu pada bab empat- beliau juga akan menyampaikan tentang bahaya syirik sebagai bentuk dosa besar yang paling besar; dosa yang tidak diampuni oleh Allah bagi pelakunya yaitu apabia dia meningga dalam keadaan tidak bertaubat dari syirik besar.

Pada bab ketiga beliau membawakan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa orang yang merealisasikan tauhid dengan sempurna maka dia akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Yang dimaksud merealisasikan tauhid di sini adalah membersihkannya dari kotoran syirik, bid’ah dan maksiat. Ciri utama orang yang merealisasikan tauhid itu adalah bertawakal semata-mata kepada Allah.

Pada bab keempat beliau menerangkan bahaya syirik yang sangat menakutkan. Oleh sebab itu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang disebut sebagai imamul hunafa’/panutan ahli tauhid pun berdoa kepada Allah untuk dijauhkan dari syirik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengkhawatirkan syirik ashghar menimpa para sahabatnya. Dari sini kita mengetahui bahwa semakin tinggi iman dan tauhid seorang maka dia semakin khawatir amalnya rusak oleh syirik dan pembatal-pembatal amal.

Pada bab kelima, beliau ingin menjelaskan kepada kita bahwa konsekuensi dari pemahaman kita terhadap tauhid, kedudukannya dan bahaya dari syirik adalah kita wajib ikut serta dalam mendakwahkan tauhid. Dakwah tauhid inilah jalan para nabi dan rasul beserta pengikut setia mereka. Beliau juga mengingatkan bahwa daam dakwah ini dibutuhkan ilmu dan keikhlasan. Karena banyak orang yang berdakwah tetapi pada hakikatnya ia justru mengajak kepada diri pribadi dan kepentingannya. Dakwah tauhid inilah materi utama dalam dakwah Islam sebelum materi-materi yang lainnya.

Pada bab keenam, beliau membawakan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa tafsiran tauhid adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan syirik. Bukan sekedar meninggalkan syirik, tetapi kita juga wajib membenci perbuatan syirik dan pelakunya. Tauhid juga mengandung arti menujukan doa kepada Allah semata. Tauhid juga mengandung arti ketaatan mutlak kepada Allah dan tidak mengangkat pendeta/ahli ilmu atau rahib/ahi ibadah sebagai sekutu bagi Allah dalam hal penetapan syari’at/hukum. Ruh dari tauhid ini adalah pemurnian ibadah kepada Allah yang ia digerakkan oleh kecintaan yang murni kepada-Nya. Kecintaan yang disertai dengan puncak perendahan diri dan pengagungan kepada-Nya. Seorang yang bertauhid juga wajib mengingkari segala bentuk peribadatan kepada selain Allah.

Referensi : Kitab Tauhid, Maktabah Syamilah link https://shamela.ws/book/11318

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *