ash-Shiyam (puasa) secara bahasa artinya adalah menahan. Adapun dalam pengertian syari’at, puasa adalah menahan diri dari hal-hal tertentu dengan niat (secara sengaja) selama waktu tertentu, yang dilakukan oleh orang tertentu. Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang baligh dan berakal serta mampu melaksanakan puasa. Seorang anak yang masih kecil pun hendaknya diperintahkan untuk melakukannya apabila dia sanggup melakukannya (lihat Umdat al-Fiqh, hal. 49, Matn al-Ghoyah wa at-Taqrib, hal. 127)
Keutamaan Puasa Ramadhan
[1] Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mencari pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (Muttafaq ‘alaih)
[2] Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sholat lima waktu. Ibadah jum’at yang satu dengan ibadah jum’at berikutnya. Puasa Ramadhan yang satu menuju puasa Ramadhan berikutnya. Itu semua adalah penghapus dosa-dosa diantaranya selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim)
Berpuasa dan Berhari Raya Bersama Pemerintah
[3] Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa adalah hari di saat kalian bersama-sama puasa, sedangkan hari raya adalah di saat kalian berhari raya, dan idul adha adalah hari tatkala kalian menyembelih kurban.” (HR. Tirmidzi disahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Imam Tirmidzi mengatakan, “Sebagian ulama menafsirkan bahwa maksud hadits ini adalah bahwasanya puasa dan hari raya itu mengikuti jama’ah (pemerintah) dan kebanyakan orang.” (lihat Sunan at-Tirmidzi, hal. 174)
Berniat Puasa Sejak Malam Hari
[4] Dari Hafshah radhiyallahu’anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak memasang niat puasa di malam hari sebelum subuh maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu Dawud, dll. Dinyatakan sohih oleh Syaikh Samir az-Zuhairi)
Perintah Untuk Makan Sahur
[5] Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makan sahurlah, karena sesungguhnya pada makan sahur itu terdapat barokah.” (Muttafaq ‘alaih)
Keutamaan Makan Sahur
[6] Dari Amr bin al-‘Ash radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pemisah antara puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR. Muslim)
Batas Akhir Makan Sahur Adalah Adzan Subuh
[7] Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan ketika waktu masih malam -sebelum subuh, adzan pertama, pent- maka kalian boleh makan dan minum sampai Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan -yaitu adzan subuh, pent-.” (Muttafaq ‘alaih)
Tidak Mengapa Memasuki Waktu Subuh Dalam Keadaan Junub
[8] Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu’anhuma, mereka berdua menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpai waktu subuh dalam keadaan junub karena berhubungan dengan istrinya, lalu beliau pun mandi dan meneruskan puasa (Muttafaq ‘alaih)
Makan dan Minum Di Saat Puasa Karena Lupa
[9] Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang lupa padahal dia sedang puasa lantas dia makan atau minum. Hendaklah dia menyempurnakan/melanjutkan puasanya, karena Allah lah yang memberikan makan dan minum kepadanya pada saat itu.” (Muttafaq ‘alaih)
Hendaknya Membatalkan Puasa Apabila Menempuh Perjalanan Berat
[10] Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan termasuk kebaikan orang yang memaksakan diri untuk berpuasa ketika sedang safar/bepergian.” (Muttafaq ‘alaih)
Boleh Puasa Ketika Safar Apabila Tidak Memberatkan
[11] Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, beliau menceritakan bahwa Hamzah bin Amr al-Aslami berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bolehkah saya berpuasa ketika bersafar?” Dia ini adalah orang yang banyak berpuasa. Beliau pun menjawab, “Apabila kamu mau silahkan berpuasa, dan apabila kamu mau silahkan berbuka.” (Muttafaq ‘alaih)
[12] Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, beliau berkata, “Dahulu kami bersafar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, demikian pula orang yang berbuka tidak mencela orang yang tetap berpuasa.” (Muttafaq ‘alaih)
Menjaga Puasa Dari Hal-Hal Yang Merusak Pahalanya
[13] Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian sedang menjalani hari puasa janganlah berkata-kata kotor atau berteriak-teriak. Kalau ada orang yang mencaci atau mengajak berkelahi katakanlah, ‘Aku sedang puasa’.” (Muttafaq ‘alaih)
[14] Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan batil dan beramal dengannya maka Allah sama sekali tidak membutuhkan perbuatannya meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)
[15] Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa dan tidak ada yang didapatkannya selain rasa dahaga, dan betapa banyak orang yang mendirikan sholat malam dan tidak ada yang didapatkannya selain begadang.” (HR. ad-Darimi, sanadnya dinyatakan jayyid oleh Syaikh al-Albani dalam al-Misykat)
Anjuran Untuk Menyegerakan Berbuka
[16] Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umat manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaq ‘alaih)
Waktu Untuk Berbuka
[17] Dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila malam telah datang dari arah sini dan siang telah pergi dari arah sana, dan matahari pun telah terbenam, itu artinya telah tiba saat untuk berbuka bagi orang yang sedang berpuasa.” (Muttafaq ‘alaih)
Keutamaan Memberikan Hidangan Buka Puasa
[18] Dari Zaid bin Khalid al-Juhani radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyediakan hidangan buka bagi orang yang berpuasa dia akan mendapatkan pahala seperti pahalanya, hanya saja hal itu tidak mengurangi pahala orang yang berpuasa barang sedikit pun.” (HR. Tirmidzi, beliau katakan ‘hadits hasan sahih’)
Berburu Lailatul Qadar Pada Sepuluh Hari Terakhir
[19] Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Carilah lailatul qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.” (Muttafaq ‘alaih)
[20] Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anhu’anha, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh hari terakhir melebihi kesungguhan beliau pada hari-hari yang lain.” (HR. Muslim)
Tidak Boleh Puasa Pada Saat Hari Raya
[21] Dari Abu Sa’id radhiyallahu’anhu, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang puasa pada saat hari raya iedul fitri dan hari raya nahr/kurban.” (Muttafaq ‘alaih)
Keutamaan Puasa Syawwal
[22] Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawwal pahalanya seperti puasa setahun penuh.” (HR. Muslim)
Wallahu a’lam bish shawaab.