Kaum muslimin yang dirahmati Allah, ilmu kaidah bahasa arab adalah ilmu yang sangat penting. Sebab, Allah menurunkan al-Qur’an -yang itu merupakan kalam-Nya- sebagai pedoman hidup kita; sementara al-Qur’an itu berbahasa arab.
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkan ia [al-Qur’an] berupa bacaan yang berbahasa arab, mudah-mudahan kalian memikirkan.” (QS. Yusuf: 2)
Allah ta’ala menurunkan al-Qur’an kepada kita agar kita memetik hidayah yang terkandung di dalamnya sehingga dengan sebab itulah seorang hamba akan dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan, di dunia dan di akhirat.
Allah ta’ala berfirman,
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
“Apabila datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku itu niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123)
Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Barangsiapa yang membaca al-Qur’an dan mengikuti ajaran yang terdapat di dalamnya, maka Allah akan tunjuki dirinya dari kesesatan dan Allah akan menjaganya pada hari kiamat dari hisab yang buruk.” (lihat Ma’alim at-Tanzil, hal. 829 oleh Imam al-Baghawi rahimahullah)
Mengikuti ajaran al-Qur’an dengan baik dan sempurna akan terwujud apabila seorang muslim memahami bahasa al-Qur’an; yaitu bahasa arab.
Ustadz Aceng Zakaria -semoga Allah membalas kebaikannya- mengatakan, “Sesungguhnya kebutuhan setiap muslim untuk mengenali kaidah-kaidah bahasa arab adalah sangat mendesak. Sebab, ilmu itulah yang menjadi ‘jembatan’ untuk memahami al-Qur’an dan as-Sunnah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah memerintahkan kita untuk berpegang teguh dengan keduanya dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Sementara tidak mungkin kita bisa memahami keduanya dengan pemahaman yang sempurna kecuali setelah mengetahui kaidah-kaidah bahasa arab.” (lihat mukadimah beliau terhadap kitab al-Muyassar fi ‘Ilmi an-Nahwi)
Ilmu bahasa arab ini -sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah; penulis kitab tafsir Taisir al-Karim ar-Rahman- termasuk kategori ilmu nafi’/ilmu yang bermanfaat bagi kebahagiaan dunia dan akhirat.
Beliau berkata, “Adapun ilmu nafi’/ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa mensucikan hati dan ruh yang pada akhirnya akan membuahkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ilmu itu adalah ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meliputi ilmu tafsir, hadits, dan fiqih serta segala ilmu yang menopang atau membantunya semacam ilmu-ilmu bahasa arab…” (lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar, hal. 42)
Oleh sebab itu kita dapati para ulama salaf/terdahulu sangat menaruh perhatian terhadap ilmu bahasa arab, sebab bahasa arab adalah kunci untuk memahami ilmu agama Islam dari sumbernya; yaitu al-Kitab dan as-Sunnah. Sahabat ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu berkata, “Pelajarilah bahasa arab, sesungguhnya ia termasuk bagian dari [ajaran] agama kalian dan pelajarilah fara’idh/ilmu waris sesungguhnya ia juga termasuk bagian dari [ajaran] agama kalian.” (lihat at-Ta’liqat al-Jaliyyah ‘ala Syarh al-Muqaddimah al-Ajurrumiyah, hal. 34)
Maka dari itu sudah semestinya seorang muslim -yang telah Allah anugerahkan kepadanya akal pikiran, waktu, dan kesempatan- untuk meraih keutamaan yang sangat agung ini yaitu mempelajari bahasa al-Qur’an dan as-Sunnah seraya berharap kepada Allah agar menjadikan amalnya ikhlas karena-Nya dan diterima di sisi-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan niscaya Allah akan pahamkan dia dalam urusan agama.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhuma)
Dengan memahami ilmu bahasa arab inilah seorang hamba bisa melandasi amalannya dengan ilmu. Melakukan amal tanpa ilmu justru akan menimbulkan kerusakan dan kekacauan dalam kehidupan. Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullah berkata, “Barangsiapa melakukan suatu amal tanpa ilmu maka apa-apa yang dia rusak itu justru lebih banyak daripada apa-apa yang dia perbaiki.” (lihat Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlihi, hal. 131)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan [cara] dalam rangka mencari ilmu [agama] niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
[al-mubarok.com]