Nasehat

Peduli Keadaan Masjid

Bismillah.

Tidak diragukan bahwa masjid merupakan tempat yang istimewa di hati kaum muslimin. Bagaimana tidak? Sementara ia merupakan tempat yang paling dicintai Allah di atas muka bumi. Tempat dikumandangkan adzan untuk sholat 5 waktu setiap harinya. Tempat ditegakkan sholat jumat dan sholat jamaah. Tempat bertemunya kaum mukmin dan memperkuat keimanan.

Diantara fungsi utama masjid adalah untuk menjadi pusat peribadatan kepada Allah. Oleh sebab itu di dalam al-Qur’an Allah mengaitkan antara kedudukan masjid sebagai tempat yang dimuliakan oleh Allah dengan perintah untuk bertauhid. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru bersama dengan Allah siapa pun juga.” (al-Jin : 18)

Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah membawakan ayat tersebut di dalam risalah Ushul Tsalatsah dengan menyatakan bahwa sesungguhnya Allah tidak ridha dipersekutukan bersama-Nya siapa pun juga dalam hal ibadah; apakah ia berupa malaikat yang dekat dengan Allah ataupun nabi utusan-Nya.

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa masjid itu dibangun untuk ibadah kepada Allah. Oleh sebab itu tidak boleh ia digunakan untuk melakukan berbagai bentuk perbuatan syirik. Dari sini kita pun bisa mengambil faidah, bahwasanya masjid merupakan pusat untuk pendidikan tauhid bagi kaum muslimin. Dari masjid itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan iman, islam dan tauhid kepada para sahabatnya…

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan ia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa tanda kebaikan seorang hamba adalah diberikan kepahaman dalam ilmu agama. Dan yang dimaksud kepahaman atau fikih di sini mencakup segala perkara agama, dan kunci pokoknya adalah dalam ilmu tauhid dan aqidah.  

Oleh sebab itu para ulama Islam dari masa ke masa selalu memberikan perhatian besar terhadap perkara tauhid dan aqidah ini. Mereka menyusun karya-karya untuk menjelaskan kepada umat tentang pokok-pokok agama. Diantaranya karya mereka yang berjudul Kitabul Iman; seperti Kitabul Iman karya Abu Ubaid al-Qasim bin Sallam rahimahullah. Begitu pula kitab as-Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim rahimahullah. Demikian pula kitab Ushul as-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Ada pula kitab Syarhus Sunnah karya Imam al-Muzani rahimahullah murid dekat Imam Syafi’i. Dan lain-lain banyak sekali…  

Dari sinilah kita perlui menyadari bahwa kepedulian terhadap pengelolaan masjid tidak boleh hanya berhenti dalam urusan fisik, pembangunan atau bahkan tahfizh al-Qur’an sekali pun! Sebab ini semuanya adalah sarana menuju tujuan pokoknya yaitu untuk mewujudkan penghambaan murni kepada Allah semata. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Kepedulian kepada kondisi masjid juga tidka bisa dilepaskan dari perhatian kepada kaum muda dan anak-anak harapan kaum muslimin. Di atas pundak mereka lah cita-cita peradaban Islam disematkan. Maka menjadi kewajiban para orang tua dan tokoh masyarakat untuk memberikan perhatian besar dalam mendidik dan mengarahkan generasi muda agar mencintai masjid dan memiliki perhatian besar kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.

Karena kunci kejayaan dan kemuliaan kaum muslimin adalah dengan kembali kepada Islam yang murni. Amirul mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu berkata, “Kami adalah suatu kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan islam. Maka kapan saja kami mencari kemuliaan dengan selain Islam pasti Allah akan menghinakan kami.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memuliakan dengan Kitab ini beberapa kaum dan akan merendahkan dengannya sebagian kaum yang lain.” (HR. Muslim)

Mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya merupakan sifat kaum yang terbaik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Para sahabat nabi adalah teladan terbaik dalam hal ini. Mereka mempelajari al-Qur’an kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya dalam hal cara membacanya, tetapi juga tafsir dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.

Sehingga al-Qur’an menjadi panduan hidup mereka dan pedoman untuk meraih kebahagiaan hakiki. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti pertunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.’ (Thaha : 124). Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma seorang ahli tafsir dan pemuda tangguh diantara para sahabat berkata menjelaskan maksud ayat ini, “Allah memberikan jaminan kepada siapa pun yang mebaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.”

Oleh sebab itu kita dapati para ulama dari masa ke masa mengajarkan Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi rahimahullah yang di dalamnya dimuat ayat-ayat dan hadits-hadits yang menjelaskan panduan untuk beribadah kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula para ulama terdahulu sebelum mereka seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallah menyusun pembahasan tentang Islam secara sistematis dalam kitab-kitab hadits mereka.  Para imam yang empat; Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad pun mengajarkan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat manusia agar mereka kembali dan berpegang teguh dengannya.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Kaum muslimin telah bersepakat bahwa barangsiapa yang telah jelas baginya suatu Sunnah/ajaran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak halal baginya untuk meninggalkan ajaran itu hanya karena ucapan/pendapat seorang tokoh.” Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Barangsiapa menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia berada di tepi jurang kebinasaan.”

Para ulama pun telah menjelaskan bahwa memakmurkan masjid mencakup pemakmuran yang bersifat fisik dan yang bersifat maknawi. Masjid harus dirawat dengan baik, dijaga kebersihannya dan dipelihara dari hal-hal yang merusak kekhusyu’an dalam beribadah. Untuk menjadi imam pun harus dipilih orang yang memiliki bacaan yang baik dan benar serta memahami hukum-hukum sholat. Orang tua yang mengajak anaknya ke masjid pun hendaknya menjaga anaknya agar tidak mengganggu jamaah yang lain. Semoga Allah berikan taufik kepada kita semuanya untuk mencintai masjid dan memakmurkannya dengan ibadah dan dakwah tauhid.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *