Bismillah.
Salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada para penimba ilmu agama adalah berupa kemudahan untuk mempelajari kitab-kitab para ulama salaf. Atau yang akrab dengan istilah ‘ngaji kitab’.
Sesuatu yang mungkin dianggap oleh banyak orang sebagai sesuatu yang membosankan. Padahal mencermati penjelasan para ulama yang dalam ilmunya di dalam kitab-kitab mereka sungguh kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan yang digambarkan oleh para ulama bisa mengalahkan lezatnya harta, perhiasan dunia ataupun pangkat dan jabatan.
Sebagian ulama menggambarkan betapa nikmatnya ilmu agama ini -yang disertai dengan iman dan amalan- dengan ucapan mereka, “Seandainya para raja atau putra-putra mahkota itu mengetahui apa-apa yang kami rasakan -berupa kenikmatan belajar dan mendakwahkan ilmu, pent- niscaya mereka akan menebaskan pedangnya kepada kami untuk bisa merampasnya…”
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa para ulama sangat mengerti betapa penting dan lezatnya ilmu agama Islam. Mereka pun sangat akrab dengan petuah para sahabat sekelas Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu yang mengatakan, “Kami adalah suatu kaum yang telah Allah beri kemuliaan dengan Islam, maka kapan saja kami mencari kemuliaan dengan selain-Nya niscaya Allah akan menghinakan kami.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak)
Akan tetapi perlu diingat pula bahwa untuk mendalami kitab para ulama salaf dibutuhkan bekal kemampuan ilmu bahasa arab terutama nahwu dan shorof. Ilmu yang dikatakan oleh Imam Syafi’i rahimahullah sebagai ‘kunci ilmu agama’. Beliau berkata, “Barangsiapa yang mendalami ilmu nahwu dengan baik niscaya dia akan dimudahkan untuk mempelajari segala bidang ilmu.”
Umar bin Khattab pun menegaskan bahwa ilmu bahasa arab merupakan bagian penting di dalam agama Islam. Beliau mengatakan, “Pelajarilah ilmu bahasa arab, karena sesungguhnya ia merupakan bagian dari agama kalian.” Dengan demikian semangat untuk belajar kitab ulama pun harus dibarengi dengan semangat belajar ilmu kaidah bahasa arab, keduanya tidak bisa dipisahkan…
Semangat untuk mengaji kitab para ulama salaf harus lebih digalakkan. Karena generasi muda dan kaum terpelajar di negeri ini sangat butuh bimbingan para ulama salaf dalam menghadapi berbagai bentuk ujian hidup yang melanda umat manusia di sepanjang zaman. Yang dimaksud para ulama salaf ialah para ulama yang mengikuti jalan para Sahabat Nabi radhiyallahu’anhum ajma’iin…
Seperti yang ditekankan oleh Imam al-Auza’i rahimahullah, “Wajib bagimu untuk mengikuti jejak-jejak para ulama yang terdahulu (para sahabat) meskipun orang-orang menolakmu. Dan jauhilah olehmu pendapat akal-akal manusia walaupun mereka berupaya menghias-hiasinya dengan ucapan yang indah.”
Apabila kita melihat para ulama di masa kini pun ternyata mereka sangat perhatian dalam mengajarkan kitab ulama salaf. Ada yang mengajarkan kitab tafsir semacam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim atau yang lebih terkenal dengan Tafsir Ibnu Katsir. Ada yang mengajarkan kitab aqidah semacam Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid. Ada yang mengajarkan kitab hadits seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ada yang mengajarkan kitab tentang adab dan akhlak semisal Riyadhush Sholihin dan al-Adab al-Mufrod… dan masih banyak lagi.
Diantara kitab para ulama tentu ada yang ringkas, ada yang menengah atau tidak terlalu tebal, ada juga yang tebal bahkan sampai berjilid-jilid. Menjadi kewajiban seorang penimba ilmu untuk belajar kepada guru dengan memulai dari kitab dan ilmu yang dasar. Agar ilmunya dibangun di atas kaidah dan pondasi yang kuat dan kokoh. Inilah jalan para ulama robbani di sepanjang sejarah.
Imam Bukhari rahimahullah di dalam Shahih-nya menyebutkan ucapan sebagian ulama bahwa orang yang disebut robbani adalah yang mengajarkan kepada manusia dengan ilmu-ilmu yang kecil/dasar sebelum ilmu-ilmu yang besar/rumit. Ini menunjukkan bahwa dalam belajar pun ada strategi dan tahapannya. Tidak bisa ilmu itu diraih hanya dengan sekali atau dua kali belajar. Ia butuh waktu dan perjuangan.
Imam az-Zuhri rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mencari ilmu -dalam jumlah besar- secara sekejap/instan niscaya ilmu itu pun akan hilang dalam waktu sekejap. Sesungguhnya ilmu itu akan bisa diperoleh dengan seiring perjalanan siang dan malam…”
Diantara kisah menakjubkan dari para ulama masa kini adalah kesabaran Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah membahas faidah dari kitab Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan alu Syaikh rahimahullah selama 10 tahun dan kini telah selesai pembahasannya. Begitu pula kesabaran Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah dalam menelaah kitab Shahih Bukhari hingga terbitlah kitab beliau yang menjelaskan kandungan Shahih Bukhari sebanyak 14 jilid. Kitab itu berjudul ‘Minhatul Malik al-Jalil Syarh Shohih Muhammad ibn Isma’il’.
Bagi penimba ilmu pemula maka sangat disarankan untuk mempelajari kitab-kitab aqidah dasar semacam Ushul Tsalatsah, Qawa’id Arba’ dan Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Kitab-kitab itu menjelaskan dasar-dasar ilmu tauhid dengan ilmiah dan runut. Terdapat banyak kitab syarah/penjelas yang disusun para ulama terhadap kitab-kitab ini. Atau bagi yang ingin mendapatkan gambaran yang cukup lengkap, mudah dan sistematis bisa juga membaca kitab ‘Aqidah Tauhid’ yang disusun oleh Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah.
Demikian sedikit sharing ringan terkait pentingnya belajar kitab para ulama dan hal-hal yang patut untuk disiapkan bersamanya. Semoga bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca. Wallahul musta’aan.
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com