Bismillah.

Alhamdulillah, tiada habisnya nikmat yang Allah curahkan kepada kita untuk kita puji, begitu besar rahmat dan kasih sayang-Nya kepada para hamba. Diantara nikmat agung yang Allah berikan kepada kita adalah petunjuk tentang membangun aqidah dan keyakinan dalam kehidupan.

Allah berfirman (yang artinya), “[Allah} Yang menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji kalian; siapakah diantara kalian yang terbaik amalnya.” (al-Mulk : 2)

Ayat ini sering kita dengar, begitu indah dan merdu, sebuah ayat yang menyimpan pelajaran-pelajaran berharga bagi kehidupan manusia. Allah menjelaskan kepada kita bahwa tujuan penciptaan kehidupan dan kematian adalah untuk menguji manusia. Mereka yang berhasil melalui ujian ini adalah yang mempersembahkan amal terbaik; yaitu yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan sunnah/tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kita pun sering mendengar atau membaca ayat (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Ayat ini pun demikian akrab di telinga kita. Sebuah panduan dan pedoman bagi manusia agar kembali ke jalan Allah; menghamba kepada-Nya dan tunduk kepada perintah dan larangan-Nya.

Seorang ulama pembaharu di masanya Abul Abbas al-Harrani rahimahullah menjelaskan bahwa hakikat ibadah itu mencakup segala bentuk ucapan dan perbuatan yang diridhai dan dicintai oleh Allah; baik berupa sesuatu yang lahir/tampak maupun suatu hal yang bersifat batin/di dalam hati.

Segala bentuk amal dan ketaatan tidak akan diterima oleh Allah kecuali apabila dibangun di atas pondasi aqidah yang benar; yaitu aqidah tauhid, pemurnian ibadah kepada Allah semata. Tanpa tauhid maka amal apa pun tidak akan diterima bahkan sia-sia dan mendatangkan malapetaka bagi hamba di akhirat kelak. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu; Jika kamu mempersekutukan Allah (berbuat syirik) pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Tauhid inilah pondasi dan asas agama; yang setiap muslim wajib untuk tunduk beribadah kepada Allah dan memurnikan amal ketaatan untuk-Nya semata. Bukan karena Allah membutuhkan amal dan ibadah kita, tetapi karena tauhid dan keikhlasan itulah kunci kebahagiaan kita. Tauhid inilah kewajiban terbesar manusia kepada Rabb dan penciptanya.

Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian; Yang menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 21). Seorang ahli tafsir Imam al-Baghawi rahimahullah menukil penjelasan sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma bahwa setiap kata ibadah dalam al-Qur’an -yang diperintahkan untuk ditujukan kepada Allah, pent- maka itu maksudnya adalah tauhid. Sungguh keterangan yang sangat penting dan berharga bagi kita…

Hakikat tauhid ialah beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan syirik. Inilah hak Allah atas setiap hamba yang Allah ciptakan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita semuanya adalah ciptaan Allah. Hanya Allah yang mengatur segenap alam semesta dan memberikan rezeki kepada kita. Allah tidak membiarkan kita hidup dalam kesia-siaan dan tanpa arahan yang jelas. Allah telah mengutus kepada kita seorang rasul yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Barangsiapa yang taat kepada beliau maka dia akan masuk surga dan barangsiapa durhaka kepadanya maka dia terancam masuk ke dalam neraka.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang menentang Rasul itu setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti selain jalan orang-orang beriman maka Kami akan biarkan dia terombang-ambing dalam kesesatan yang dia pilih, dan Kami akan memasukkannya ke dalam neraka Jahannam; dan sungguh Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (an-Nisaa’ : 115)

Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang taat kepada Rasul itu maka sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (an-Nisaa’ : 80)

Inilah aqidah besar dan keyakinan kokoh yang berupaya untuk dihancurkan dan dirusak oleh musuh-musuh dakwah tauhid. Sebuah keyakinan yang menanamkan pokok keimanan dan benih amal salih ke dalam hati setiap muslim. Bahwa ketaatan dan kebaikan yang dilakukan ini harus sesuai dengan aturan Islam dan petunjuk Nabi akhir zaman shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebagian ulama terdahulu mengatakan dalam kalimat yang ringkas tetapi sangat dalam maknanya; bahwa risalah/ajaran Islam ini berasal dari Allah, kewajiban Rasul adalah menyampaikannya, sedangkan tugas kita adalah tunduk dan pasrah menjalankannya. Minallaahir risalah, wa ‘alar rosuulil balaagh, wa ‘alainaa at-tasliim... Kepasrahan kepada ajaran Islam adalah kunci kebaikan dan pintu kebahagiaan; suatu perkara yang sangat diperangi dan ditolak oleh Iblis dan bala tentaranya di alam dunia…

Lihatlah bagaimana Iblis enggan dan menyombongkan diri di hadapan Allah. Ia menolaj tunduk kepada perintah Allah. Ia lebih mengedepankan hawa nafsu dan dangkalnya logika. Oleh sebab itu para ulama menyebutkan bahwa diantara sebab utama munculnya fitnah/kerusakan berupa syubhat/kerancuan pemikiran adalah taqdiimur ro’yi ‘alan naqli; yaitu mendahulukan pendapat akal di atas dalil naqli/wahyu dari Allah… Sebagaimana akar munculnya fitnah syahwat/kesenangan terhadap berbagai perkara yang diharamkan ialah taqdiimul hawa ‘alal ‘aqli’ lebih mendahulukan hawa nafsu di atas akal sehat.

Iblis dan bala tentaranya berusaha menyesatkan manusia dari jalan hidayah melalui dua celah; yaitu dengan berlebih-lebihan atau ekstrim atau dengan sikap meremehkan dan menyepelekan. Mereka tidak peduli dari celah mana seorang hamba itu akan tersesat dan binasa. Yang jelas ia selalu mengajak pengikutnya untuk bersama-sama menjadi penghuni neraka. Iblis pun telah bersumpah di hadapan Allah dengan menyebutkan kemuliaan-Nya untuk bekerja keras menyesatkan manusia…

Karena itulah Allah selalu memperingatkan manusia bahwa setan/Iblis itu adalah musuhnya maka wajib untuk menjadikan setan itu sebagai musuh. Semua orang yakin bahwa setan adalah musuh kita, tetapi banyak orang yang justru menjadikan setan sebagai teman dan pembimbing perjalanan hidupnya; ia tidak mau patuh kepada perintah dan larangan Rabbnya. Oleh sebab itu Allah menyebut di dalam al-Qur’an bahwa orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thaghut -dan Iblis merupakan gembongnya thaghut- yang justru mengeluarkan mereka dari cahaya menuju berlapis kegelapan…

Ibnul Qayyim rahimahullah menggambarkan kondisi banyak manusia :

Mereka berlari meninggalkan penghambaan

yang mereka tercipta untuknya

Maka mereka pun terjebak dalam perbudakan kepada

hawa nafsu dan setan…

Marilah kita berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah. Mintalah pertolongan kepada Allah. mintalah petunjuk dan bimbingan-Nya. Sebagaimana dalam doa yang selalu dibaca oleh umat Islam di dalam sholatnya; ihdinash shirothol mustaqim… Ya Allah, tunjukilah kami untuk bisa berjalan di atas jalan yang lurus ini…

Wahai Allah Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas ketaatan kepada-Mu, Wahai Allah Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu. Ya Allah, bantulah kami dalam berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu…

Hadza wallahu a’lam. Walahul hamdu

Markas YPIA Pogungrejo Sleman – semoga Allah menjaganya –


Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *